Tok tok tok
"Mas, Mas Aydin." Bi Nur memanggil Aydin sembari mengetuk pintu kamarnya. "Mas," panggilnya lebih keras lagi. Tangannya tak berhenti mengetuk, membuat tak hanya Aydin yang keluar, tapi Alfath yang kamarnya bersebelahan, ikut keluar. Ketukannya terdengar sangat heboh, tak pelak Alfath jadi penasaran ada apa.
"Ada apa sih, Bi?" tanya Aydin yang baru keluar. Dia yang tadinya sedang menunaikan sholat isyak, terpaksa buru-buru keluar setelah salam. Suara Bi Nur seperti orang panik, dia jadi takut ada apa-apa. Karena setiap ada emergensi, dia yang notabene adalah seorang dokter, pasti yang dipanggil paling duluan.
"Itu Mas, dibawah," jawabnya sambil menunjuk lantai bawah.
"Iya, ada apa di bawah?"
"Mbak yang tadi. Mbak yang tadi kesini, ada dibawah." Alfath yang juga ada didepan pintu kamarnya, mengerutkan kening. Untuk apa malam-malam Alula datang kesini nyari abangnya?
"Alula maksud Bibi?" Tak beda dengan Alfath, Aydin juga sedikit heran.
"Iya Mas, mbak cantik tadi siang. Dia ada dibawah. Kasihan banget Mas."
Mendengar itu, Aydin langsung turun kebawah dengan sedikit tergesa-gesa. Namun ruang tamu rumahnya kosong, dimana Alula? Melihat pintu yang terbuka, dia lalu keluar. "Lula!" Aydin terkejut melihat Alula datang dengan kondisi basah kuyup. Tubuhnya sedikit menggigil dengan wajah pucat dan bibir membiru. Saat ini memang sedang hujan.
"Mas dokter, a_ng," ujarnya dengan suara bergetar karena menggigil kedinginan.
"Apa?" Aydin tak faham apa yang dikatakan Alula. "Aku ambilkan handuk dulu." Dia hendak masuk tadi Alula menahan lengannya.
"U-hang, tak-sssi," ujar Alula sambil menunjuk kearah luar.
"Taksi?"
"Ba-bayar taksi." Aydin akhirnya faham. Dia kembali masuk untuk mengambil uang dan handuk.
Alula masih menunggu diluar, sungkan jika masuk kedalam rumah orang dalam kondisi basah kuyup. Tadi dia duduk didepan minimarket hingga gelap. Ditambah lagi turun hujan, dia jadi panik. Sungguh, tak pernah dia merasa setakut tadi. Berada diluar rumah sendirian saat malam hari disertai hujan tanpa uang sepeserpun. Tak ada taksi yang lewat, terpaksa dia hujan hujanan untuk mencari taksi. Beberapa taksi menolak karena kondisinya yang basah. Namun akhirnya ada taksi yang merasa iba melihat kondisinya dan memberikan tumpangan.
Setelah turun dari taksi tadi, dia kembali kehujanan untuk mencapai teras. Saat ini, kopernya masih ada didalam taksi, sebagai jaminan karena dia belum bayar.
Tak lama kemudian, Aydin kembali dengan handuk ditangannya. Memberikan handuk tersebut pada Alula, sedang dia membayar ongkos taksi. Aydin lumayan terkejut melihat koper besar yang diturunkan oleh driver taksi. Dia kembali ke tempat Alula sambil memegang payung dan menarik koper.
"Ayo masuk," ajak Aydin.
"Tapi badanku masih basah," sahut Alula sambil menggosok badan dan rambutnya.
"Gak papa, ayo masuk. Diluar sangat dingin." Aydin menarik tangan Alula masuk kedalam. Sesampainya diruang tamu, dia mangambil handuk ditangan cewek itu lalu membantu menggosok rambut. Dia melakukan itu karena sangat kasihan pada Alula yang tampak sangat memprihatinkan. Tak hanya wajah pucat dan menggigil, tapi matanya juga bengkak. "Apa yang terjadi?"
Ditanya seperti itu, mata Alula otomatis berkaca-kaca.
"Ada apa, La?"
Alula langsung memeluk Aydin, bersamaan dengan itu, tangisnya pecah. Sementara ditempatnya mengintip, Alfath langsung mengumpat sambil mengalihkan pandangan. Tak seharusnya dia ikut turun dan kepo apa yang terjadi kalau ujung-ujungnya, dia sakit hati seperti ini. Tak mau lebih sakit lagi, dia memilih pergi darisana dan kembali ke kamar.
Aydin berhenti menggosok rambut Alula, tangannya mulai bergerak mengusap rambut dan punggung gadis itu. "Ada apa?" dia kembali bertanya.
"Aku, aku diusir, Mas." Aydin reflek berdecak pelan. "Mama udah tahu kalau aku hamil."
Aydin sungguh menyayangkan kejadian ini. Kenapa juga harus ketahuan sebelum dia melamar Alula. Harusnya kejadian seperti ini tak perlu terjadi jika dia cepat datang untuk menyatakan siap tanggung jawab.
"Kenapa gak telepon aku? Aku bisa jemput kamu."
"Pon-ponsel dan uangku diambil Mama. Aku gak punya apa-apa," sahutnya sambil sesenggukan. "Aku bingung Mas dokter. Aku gak tahu harus kemana."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
May Tanti
kasihan nya Lula
2024-05-03
0
Julik Rini
Lula yang malang
2024-04-23
1
Rahmawati
kasiahan lula
2024-04-11
0