KE RUMAH CALON MERTUA

Alula menggigit bibir bawahnya. Kakinya tak bisa berhenti bergerak, begitupun dengan jantungnya, berdebar tak karuan. Beberapa kali dia terdengar mendecak dan membuang nafas kasar. Aydin yang duduk disebelahnya, beberapa kali menoleh. Meski tak bicara apapun, tapi dia tahu jika saat ini, Alula gugup.

"Masih jauh?" tanya Alula sambil menoleh kearah Aydin yang sedang menyetir.

"Lumayan."

"Saya boleh muter musik gak?"

"Silakan."

Alula segera menyalakan radio yang ada didalam mobil. Mencari saluran yang lagunya kira-kira bisa menenangkan hatinya. Sumpah, saat ini dia gugup setengah mati. Tak pernah membayangkan sebelumnya, jika akan secepat ini dia bertemu calon mertua. Padahal dalam anggannya, masih 5 atau bahkan 10 tahun lagi dia akan menikah. Tapi sepertinya, Tuhan mempertemukan dia dengan jodoh lebih cepat dari perkiraan.

Pengennya denger lagu yang happy, yang semangat, eh...nemunya lagu melow terus.

"Kenapa dimatiin?" tanya Aydin.

"Lagunya gak ada yang enak," sahut Alula sambil menyandarkan punggung.

"Kamu gugup?"

"Enggak. Ya iyalah, masa enggak," dia langsung ngegas ditanya seperti itu.

"Jawabnya biasa aja kali, gak usah ngegas gitu," geram Aydin. Padahal niatnya baik, pengen sedikit membantu mengurangi kegugupan, tapi malah disemprot.

"Ya lagian, udah tahu orang gugup, masih ditanya."

Suasana kembali hening. Tak ada obrolan, suara radio, atau apapun. Aydin sudah malah mau mengajak bicara, takut disemprot lagi.

"Mas dokter."

"APA!"

Alula reflek memegang dadanya mendengar sahutan Aydin yang super ngegas.

"Habis nelen LPG?" Alula mengerutkan kening. Padahal tadi mau nanya masih jauh gak, jadi batal, takut jawabnya makin parah, kayak semburan api dari mulutnya naga.

Alula terkesiap saat mobil yang dia tumpangi berbelok ke area perumahan. "Udah deket ya?"

"Udah sampai."

"Astaga, tadi bilangnya masih jauh." Dia mendadak belingsatan tak karuan. Nengok kanan, kiri, depan, belakang. Belum pernah dia segugup ini sebelumnya.

"Santai, orang tuaku gak makan orang, gak doyan."

"Doyannya apa?" dengan bodohnya, Alula malah tanya seperti itu.

"Doyannya martabak."

"Mas dokter kok gak bilang dari tadi sih," rengek Alula sambil memegangi lengan Aydin. "Tahu gitukan kita tadi mampir dulu beli martabak." Melihat Aydin menatap tangannya yang ada lengan pria itu, buru-buru Alula melepaskannya. "Sorry."

"Kamu pikir lagi silaturahmi, pakai bawa martabak. Yang mau kita omongin, lebih serius daripada sekedar silaturahmi."

"Apa nanti, mereka akan marah-marah sama Lula?"

"Kita lihat saja nanti," sahut Aydin sambil membelokkan mobilnya ke halaman rumah yang kebetulan pagarnya sedang terbuka.

Alula menatap rumah dihadapannya. Tak kecil, tapi juga tak terlalu mewah. Bisa dibilang, masih bagusan rumahnya. "Ini rumah Mas dokter?"

"Bukan."

"Lha terus ngapain kita belok kesini," geram Alula.

Aydin mematikan mesin mobil. Menghela nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Urusan sama ABG memang ribet. Ngomongnya selalu ngegas dan pikirannya masih labil. "Ini rumah orang tuaku."

"Tadi bilangnya bukan." Alula sedikit melotot, kesal karena merasa dikerjain.

"Tadi kamu nanyanya apa ini rumahku? Ya aku jawab bukanlah. Aku belum punya rumah. Makanya nanti kalau udah nikah, ngirit, biar kita bisa segera beli rumah," sahut Aydin sambil melepas seatbelt.

"Nanti aku bilangin Papa, biar kita dibeliin rumah," ujar Alula santai. Beda dengan Aydin, pria itu seketika menatap Alula dengan mulut sedikit terbuka. Sumpah, bingung dengan apa yang ada diotak ABG labil didepannya itu. "Ke-kenapa ngeliatin aku kayak gitu?" Alula merasa ada yang salah.

Aydin menepuk dahinya sendiri. Sumpah, kalau tidak karena janin yang ada diperut Alula, ogah dia berurusan dengan gadis bodoh itu.

"Aku gak dihajar sama Papa kamu aja, udah untung. Masih ngarep mau dibeliin rumah? Sepertinya otak kamu sudah konslet." Alula mendengus sebal dikatain seperti itu. "Mau turun apa tetap disitu?" tanya Aydin yang sudah membuka pintu.

"Boleh gak, tetep disini saja." Pelototan Aydin membuat Alula buru-buru melepas seatbelt. "Iya, iya, aku turun. Galak banget sih," gerutunya.

Kedua berjalan beriringan menuju pintu masuk. Berkali-kali Alula menarik nafas dalam dan membuangnya perlahan untuk mengurangi kegugupan. Namun sepertinya, cara itu sama sekali tak efektif. Buktinya bukannya tenang, yang ada jantungnya makin terpacu dengan semakin dekatnya dia dengan pintu masuk.

Saat Aydin hendak membuka pintu, Alula reflek memegangi lengannya. Lupa kalau tadi udah dipelototin gara-gara pegang lengan. "Ada apa?"

"Aku takut."

Melihat wajah pias cewek itu, Aydin kasihan juga. "Mereka gak akan marah sama kamu, tenang aja."

"Tapi..."

"Tapi sudah terlambat untuk putar balik." Aydin membuka pintu lalu menarik Alula masuk. Tangan gadis itu terasa sangat dingin. "Duduklah disana, aku panggilkan orang tuaku." Setelah memastikan Alula duduk disofa ruang tamunya, Aydin masuk kedalam.

Alula memperhatikan sekeliling ruangan. Sesekali tangannya meremat sofa empuk yang dia duduki. Mungkin jika dikenalkan secara wajar pada calon mertua, dia tak akan segugup ini. Tapi masalahnya, dia dalam posisi hamil. Bagaimana kalau nanti, orang tua Aydin malah mengoloknya, mengatainya wanita murahan. Dan yang paling parah, bagaimana jika mereka tak setuju Aydin menikahinya. Astaga, jika itu benar terjadi, akan makin runyam hidupnya.

"Lula."

Alula yang sedang menunduk langsung mengangkat wajah mendengar seseorang memanggilnya. "Al." Dia kaget bertemu Al di rumah ini.

"Kok lo ada disini?" Al yang baru pulang dari minimarket setelah disuruh mamanya membeli sesuatu, terkejut mendapati Alula tiba-tiba ada di ruang tamu rumahnya. "Kok lo tahu alamat rumah gue?" Cowok itu garuk-garuk kepala, ditangannya ada keresek bertuliskan nama salah satu minimarket.

Rumah gue? Alula langsung lemas mendengar Alfath menyebut ini rumahnya. Setelah dia perhatikan, Alfath mirip dengan Dokter Aydin. Astaga, kenapa dia baru nggeh hari ini. Jangan-jangan, Dokter Aydin adalah kakak Al. Alfath pernah cerita kalau kakaknya dokter. Sejak Alfath menyatakan cinta kemarin saja, dia sudah merasa canggung saat bertemu cowok itu. Apalagi nanti, saat Alfath benar menjadi adik iparnya, akan secanggung apa hubungan keduanya.

"Ada apa, La?" Alfath mendekati Alula. Dia yakin ada sesuatu jika Alula sampai datang ke rumahnya, mencari dia.

"Gue...." Alula bingung harus menjawab apa.

"Pasti ada sesuatu yang seriuskan, sampai lo bela-belain datang ke rumah gue?" Alfath mulai berfikir, mungkinkah pria yang menghamilinya tak mau tanggung jawab sampai cewek itu nekat mencarinya ke rumah. Memutuskan untuk menerima tawarannya menikahinya? "Ngomong aja, La."

"Ini orangnya, Mah." Alula dan Alfath langsung menoleh mendengar suara Aydin. Ternyata pria itu muncul dari dalam bersama kedua orang tuanya.

"Se-selamat pagi Om, Tante," sapa Alula.

"Jadi ini yang namanya Alula, cantik sekali," puji Mama Nara sembari mendekatika Alula. Dan cewek itu, dengan tangan sedikit gemetar, mencium punggung tangan calon mertuanya.

Alfath, cowok itu masih bergeming. Bingung kenapa Mamanya sudah tahu nama Alula. Apa jangan-jangan, tadi Alula sudah menyebutkan namanya pada pembantu yang membukakan pintu?

"Gak usah terlalu tegang, santai saja." Ujar Mama Nara yang merasakan dinginnya tangan Alula.

Melihat Ayah Septian mendekat, Alula ganti mencium tangannya.

"Oh iya, udah kenalan belum tadi. Ini Alfath, adiknya Aydin," Ayah Septian menunjuk kearah Alfath.

Alfath makin bingung. Jika Alula datang mencarinya, kenapa orang tuanya malah memperkenalkan dia sebagai adiknya Bang Ay. Apa yang sebenarnya terjadi?

"Al, kok bengong aja," Mama Nara menyentuh lengan anak bungsunya tersebut. "Kenalan dulu dong sama calon kakak ipar kamu."

Terpopuler

Comments

kholifah ifah

kholifah ifah

jeduarrrrr Al pasti syok... wanita yang dicintainya akan menjadi kakak iparnya dannnn Kakaknya telah menghamili wanita pujaannya 🥺🥺 Hadewh riwehnyaaaaaa.....

2024-05-06

0

Maya Ratnasari

Maya Ratnasari

ngeh thor, kalo nggeh kebanyakan huruf "g"

2024-05-02

1

Oca Kimin

Oca Kimin

jeduar emang

2024-05-09

0

lihat semua
Episodes
1 SAYA HAMIL
2 SALAH SASARAN
3 SALING MEMBUTUHKAN
4 MAAFKAN AKU
5 DUA PILIHAN
6 GUE HAMIL
7 SOLUSI
8 TAK MAU JADI PEMBUNUH
9 MAKAN BERSAMA
10 PENGAKUAN AYDIN
11 BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12 MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13 GUE CINTA SAMA LO
14 KE RUMAH CALON MERTUA
15 KENAPA HARUS ABANG?
16 SILAKAN MARAH SAMA LULA
17 FOTO USG
18 DIUSIR
19 TAMU SAAT HUJAN
20 SUDAH MULAI JATUH CINTA
21 DASAR BOCAH
22 PENJELASAN ALULA
23 LO BERUNTUNG BANG
24 IBU KANDUNG ALULA
25 KEDATANGAN PAPA ALULA
26 SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27 JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28 HARI INI
29 SIAPA SILVIA?
30 TENTANG SILVIA
31 TENTANG SILVIA 2
32 MAMA JANGAN PERGI
33 PERSIAPAN PERNIKAHAN
34 PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35 AKAD
36 PETUAH NENEK
37 PENGANTIN BARU
38 SAMBUTAN ADIK IPAR
39 SIAP-SIAP
40 NGIDAMNYA PARA BUMIL
41 JADI IPAR
42 SAMBUTAN ISTRI
43 GAK KELUAR KAMAR
44 FIX, PURA-PURA
45 NGAMBEK
46 NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47 GALAU
48 MISI BIKIN CEMBURU
49 CEMBURU YA?
50 BUMIL CARI GARA-GARA
51 BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52 KESIANGAN
53 KAYAK SEMALAM
54 MENGAKULAH
55 HADIAH DARI NENEK
56 GARA-GARA RAMBUT
57 MASIH DILEDEKIN
58 KENA MULU
59 PERTEMUAN TAK SENGAJA
60 BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61 PERCAYA PADAKU
62 MOOD BOOSTER
63 JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64 KAPAN BILANG CINTA?
65 PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Coba jelaskan
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 Bab 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 Bab 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 Bab 91
92 Bab 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
SAYA HAMIL
2
SALAH SASARAN
3
SALING MEMBUTUHKAN
4
MAAFKAN AKU
5
DUA PILIHAN
6
GUE HAMIL
7
SOLUSI
8
TAK MAU JADI PEMBUNUH
9
MAKAN BERSAMA
10
PENGAKUAN AYDIN
11
BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12
MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13
GUE CINTA SAMA LO
14
KE RUMAH CALON MERTUA
15
KENAPA HARUS ABANG?
16
SILAKAN MARAH SAMA LULA
17
FOTO USG
18
DIUSIR
19
TAMU SAAT HUJAN
20
SUDAH MULAI JATUH CINTA
21
DASAR BOCAH
22
PENJELASAN ALULA
23
LO BERUNTUNG BANG
24
IBU KANDUNG ALULA
25
KEDATANGAN PAPA ALULA
26
SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27
JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28
HARI INI
29
SIAPA SILVIA?
30
TENTANG SILVIA
31
TENTANG SILVIA 2
32
MAMA JANGAN PERGI
33
PERSIAPAN PERNIKAHAN
34
PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35
AKAD
36
PETUAH NENEK
37
PENGANTIN BARU
38
SAMBUTAN ADIK IPAR
39
SIAP-SIAP
40
NGIDAMNYA PARA BUMIL
41
JADI IPAR
42
SAMBUTAN ISTRI
43
GAK KELUAR KAMAR
44
FIX, PURA-PURA
45
NGAMBEK
46
NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47
GALAU
48
MISI BIKIN CEMBURU
49
CEMBURU YA?
50
BUMIL CARI GARA-GARA
51
BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52
KESIANGAN
53
KAYAK SEMALAM
54
MENGAKULAH
55
HADIAH DARI NENEK
56
GARA-GARA RAMBUT
57
MASIH DILEDEKIN
58
KENA MULU
59
PERTEMUAN TAK SENGAJA
60
BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61
PERCAYA PADAKU
62
MOOD BOOSTER
63
JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64
KAPAN BILANG CINTA?
65
PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Coba jelaskan
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
Bab 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
Bab 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
Bab 91
92
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!