MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK

Aydin menatap foto keluarga yang diambil entah berapa tahun yang lalu. Diusapnya foto yang selalu tersimpan rapi diatas nakasnya. Foto saat dia dikhitan. Ingatannya kembali pada tahun-tahun yang lalu. Sejak kecil, Ayah adalah sosok panutannya. Dan Mama, meski wanita itu suka mengomel dan tak pandai masak, Mama tetaplah cinta pertamanya.

Dia sama sekali tak menyangka, jika dia adalah anak yang lahir diluar pernikahan. Istilah orang awam, dia anak haram. Rasanya hampir tak percaya, seorang Ayah yang selalu berwibawa dan rajin ibadah, pernah melakukan kesalahan fatal dimasa mudanya.

"Tidak ada yang namanya anak haram. Entah kamu, entah calon anak kamu, semua anak suci saat dilahirkan. Yang salah orang tuanya, dan tidak ada yang namanya menanggung dosa. Jangan pernah menarik garis yang menghubungkan kejadian masa lalu kami, dengan apa yang terjadi padamu saat ini."

Aydin teringat kembali apa yang tadi Ayahnya katakan.

"Jika ada sesuatu yang rusak, tugas kita adalah memperbaikinya. Sama dengan perilaku, keimanan, dan hati kita. Menyesal, kecewa, sedih, itu hal yang wajar. Tapi yang lebih penting dari itu semua, adalah memperbaiki. Memperbaiki kualitas diri dan keimanan, serta melakukan taubat nasuha."

Benar, memperbaiki, itulah kuncinya. Sama seperti kedua orang tuanya. Meski pernah berbuat salah, dan menikah karena terpaksa, tapi mereka bisa membuktikan, jika mereka mampu menjadi orang tua yang baik dan mampu menciptakan keluarga yang harmonis. Tak ada yang salah dengan didikan orang tuanya, dia sendiri yang salah disini. Meski rasa kecewa itu ada, kedua orang tuanya, tetap panutannya, tetap tokoh idolanya.

Aydin tertidur dengan foto yang masih berada dipelukannya.

"Bang, Abang." Suara pangggilan serta ketukan dipintu membangunkan Aydin. "Udah bangun belum, Bang? Udah siang." Aydin mengerjabkan mata sambil menguap. Bibirnya menyunggingkan senyum. Inilah suara nyaring yang selalu dia rindukan, suara teriakan mamanya. Kadang sehabis subuh, dia memang tidur lagi. Makanya setiap jam 6, Mamanya selalu mengetuk pintu kamarnya.

"Iya, Mah. Aydin sudah bangun." Aydin melihat jam diponselnya, ternyata sudah jam 6. Baru semalam dia bertekad memperbaiki diri, pagi ini malah sudah terlewat sholat subuh. Padahal dia sudah mengunci alarm harian diwaktu subuh. Tapi mungkin karena semalam tidur terlalu larut, dia sampai tak mendengar bunyi alarm.

Setelah mandi dan bersiap-siap, Aydin keluar kamar. Menuruni anak tangga lalu menuju meja makan.

"Morning my Mom." Aydin memeluk dari belakang Mamanya yang sedang sibuk menyusun makanan diatas meja.

Mama Nara menoleh. Air matanya meleleh melihat senyum diwajah putranya. Sama seperti dia yang kecewa pada Aydin, putranya itu juga pasti kecewa padanya. Tapi rupanya, Aydin lebih memilih berdamai dengan takdirnya. Sama sekali tak menunjukkan sedikitpun perubahan sikap.

"Pelukan kok gak ajak-ajak." Alfath yang baru datang langsung ikut memeluk Mama Nara. Cowok yang sedang patah hati itu, sepertinya juga sedang butuh sandaran ternyaman.

"Udah, udah, nanti kalian bisa telat kalau gak segera sarapan," ujar Mama Nara. Kedua anak bujangnya itupun langsung melepaskan pelukan dan mengambil duduk ditempatnya masing-masing seperti biasanya.

"Ayah mana?" tanya Aydin.

"Belum balik dari masjid sejak subuh tadi," sahut Mama Nara.

"Tahu gitu tadi Alfath ikutan," ujar Alfath sambil menghela nafas.

"Tumben?" tanya Mama Nara. Alfath memang yang paling susah diajak ke masjid. Katanya lama sholat di masjid, enak dirumah, satu menit kelar.

"Ayah pasti dzikiran disana, sampai lupa waktu," sahut Alfath. "Ayah selalu bilang, kalau lagi ada masalah. Kalau hati tidak tenang, paling enak diam diri di masjid, dzikir."

"Emang kamu lagi ada masalah?" tanya Aydin.

"Ma-masalah?" Alfath mendadak gugup karena hampir ketahuan kalau dia lagi patah hati. "Enggak, cuma pengen nenangin diri, bentar lagikan ujian," elaknya.

Aydin dan Alfath segera mengambil makanan, sementara Mama Nara, dia masih menunggu suaminya pulang.

"Gimana persiapan ujian kamu, Al?" tanya Mama.

"Kalau Al mah, selalu siap," sahut Ayah yang tiba-tiba muncul. "Bener gak, Al?" tanyanya sambil menepuk bahu si anak bungsu.

"Iyalah, Al selalu siap." Meski dia mengucapkannya sambil tersenyum, tetap saja, kalimatnya barusan tak terdengar semangat sama sekali "Al pengen jadi kayak Bang Ay."

"Jangan!" pekik Mama Nara reflek.

"Jangan?" sontak Al mengerutkan kening menatap mamanya. "Kenapa? Bukannya Abang selalu ngebanggain Mama sama Ayah ya? Kenapa Al gak boleh jadi kayak Abang?"

Mama Nara gugup saat sadar telah keceplosan. Tapi tak mungkinkan, dia menjawab, jangan seperti Abang yang sudah menghamili anak orang. Sedang Aydin, dia pura-pura tidak tahu. Makan nasi pecel diatas piring sambil terus menunduk. Apa yang harus dia katakan nanti pada Alfath saat adiknya itu tahu jika kakak yang selalu dia banggakan, ternyata membuat aib besar.

"Maksudnya Mama, kamu jangan pengen jadi kayak Abang, tapi jadi diri kamu sendiri." Mama Nara lega saat Ayah bisa menjawab pertanyaan Alfath. "Semua anak punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Jangan sampai kesuksesan Bang Ay, jadi momok buat kamu. Jadi semangat boleh, tapi jangan terlalu jadi acuan, takutnya jika gak kesampaian, kamu kecewa. Apalagi sampai minder sama Abang. Mama dan Ayah, tidak pernah menuntut kamu harus begini begitu. Apalagi mewajibkan kamu harus bisa seperti Abang Ay. Jadi diri sendiri, Ok." Kalimatnya diakhiri dengan senyuman hangat, yang membuat Alfath seketika mengangguk. Dan Mama Nara, makin terpesona pada suaminya.

Sekali lagi, Aydin dibuat bangga dengan Ayahnya. Satu kesalahan Ayah dan Mamanya dimasa lalu, tak akan mengubah rasa bangganya pada mereka. Mereka tetap orang tua terbaik baginya.

"Sambal pecelnya, siapa yang bikin, Mamah?" tanya Ayah saat lidahnya merasakan nikmatnya nasi pecel.

"Mama makin pinter aja masak. Kali ini, Ay kasih nilai 9 dari dari 10," Aydin menimpali.

"Hehehe...." Mama Nara tersenyum kecul. "Itu sambal kiriman dari Nenek."

Aydin dan Ayah Septian saling tatap, sesaat kemudian, mereka sama-sama menahan tawa. Biasanya kalau seperti ini, Alfath yang paling getol meledeki, tapi pagi ini, cowok itu hanya diam. Menghabiskan makanannya dengan cepat, lalu pamit berangkat ke sekolah.

"Ngerasa gak, ada yang beda sama Al?" tanya Ayah Septian.

"Iya. Mama juga ngerasa, Al agak beda. Apa dia sedang ada masalah?"

Mama dan Ayah kompak menatap Bang Aydin.

"Kenapa pada ngeliat Abang?"

Mama Nara membuang nafas berat. "Semoga saja cuma kamu yang bikin masalah. Jangan sampai Al ikutan punya masalah. Bisa kena migren Mama nanti."

Aydin beranjak dari duduknya, menghampiri sang mama lalu memeluknya. "Maafin Ay, Mah."

Terpopuler

Comments

guntur 1609

guntur 1609

begh..gak disangkan alfath kawan alula....gmna reaksinya ya kalau kula jadi kakak iparnya

2024-05-11

0

Setya

Setya

patah hati sama cewek yg nantinya jdi kakak ipar

2024-03-26

6

🦋⃟ℛ💜𝓐𝔂⃝❥~ˢᵁᶠᴵ🍁⍣⃝కꫝ🎸❣️

🦋⃟ℛ💜𝓐𝔂⃝❥~ˢᵁᶠᴵ🍁⍣⃝కꫝ🎸❣️

galau org yg dicintai hamil 😢 nambah galau kalau tahu org yg dicintai bakal jadi akak iparnya 😢

2024-01-21

1

lihat semua
Episodes
1 SAYA HAMIL
2 SALAH SASARAN
3 SALING MEMBUTUHKAN
4 MAAFKAN AKU
5 DUA PILIHAN
6 GUE HAMIL
7 SOLUSI
8 TAK MAU JADI PEMBUNUH
9 MAKAN BERSAMA
10 PENGAKUAN AYDIN
11 BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12 MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13 GUE CINTA SAMA LO
14 KE RUMAH CALON MERTUA
15 KENAPA HARUS ABANG?
16 SILAKAN MARAH SAMA LULA
17 FOTO USG
18 DIUSIR
19 TAMU SAAT HUJAN
20 SUDAH MULAI JATUH CINTA
21 DASAR BOCAH
22 PENJELASAN ALULA
23 LO BERUNTUNG BANG
24 IBU KANDUNG ALULA
25 KEDATANGAN PAPA ALULA
26 SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27 JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28 HARI INI
29 SIAPA SILVIA?
30 TENTANG SILVIA
31 TENTANG SILVIA 2
32 MAMA JANGAN PERGI
33 PERSIAPAN PERNIKAHAN
34 PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35 AKAD
36 PETUAH NENEK
37 PENGANTIN BARU
38 SAMBUTAN ADIK IPAR
39 SIAP-SIAP
40 NGIDAMNYA PARA BUMIL
41 JADI IPAR
42 SAMBUTAN ISTRI
43 GAK KELUAR KAMAR
44 FIX, PURA-PURA
45 NGAMBEK
46 NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47 GALAU
48 MISI BIKIN CEMBURU
49 CEMBURU YA?
50 BUMIL CARI GARA-GARA
51 BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52 KESIANGAN
53 KAYAK SEMALAM
54 MENGAKULAH
55 HADIAH DARI NENEK
56 GARA-GARA RAMBUT
57 MASIH DILEDEKIN
58 KENA MULU
59 PERTEMUAN TAK SENGAJA
60 BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61 PERCAYA PADAKU
62 MOOD BOOSTER
63 JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64 KAPAN BILANG CINTA?
65 PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Coba jelaskan
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 Bab 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 Bab 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 Bab 91
92 Bab 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
SAYA HAMIL
2
SALAH SASARAN
3
SALING MEMBUTUHKAN
4
MAAFKAN AKU
5
DUA PILIHAN
6
GUE HAMIL
7
SOLUSI
8
TAK MAU JADI PEMBUNUH
9
MAKAN BERSAMA
10
PENGAKUAN AYDIN
11
BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12
MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13
GUE CINTA SAMA LO
14
KE RUMAH CALON MERTUA
15
KENAPA HARUS ABANG?
16
SILAKAN MARAH SAMA LULA
17
FOTO USG
18
DIUSIR
19
TAMU SAAT HUJAN
20
SUDAH MULAI JATUH CINTA
21
DASAR BOCAH
22
PENJELASAN ALULA
23
LO BERUNTUNG BANG
24
IBU KANDUNG ALULA
25
KEDATANGAN PAPA ALULA
26
SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27
JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28
HARI INI
29
SIAPA SILVIA?
30
TENTANG SILVIA
31
TENTANG SILVIA 2
32
MAMA JANGAN PERGI
33
PERSIAPAN PERNIKAHAN
34
PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35
AKAD
36
PETUAH NENEK
37
PENGANTIN BARU
38
SAMBUTAN ADIK IPAR
39
SIAP-SIAP
40
NGIDAMNYA PARA BUMIL
41
JADI IPAR
42
SAMBUTAN ISTRI
43
GAK KELUAR KAMAR
44
FIX, PURA-PURA
45
NGAMBEK
46
NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47
GALAU
48
MISI BIKIN CEMBURU
49
CEMBURU YA?
50
BUMIL CARI GARA-GARA
51
BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52
KESIANGAN
53
KAYAK SEMALAM
54
MENGAKULAH
55
HADIAH DARI NENEK
56
GARA-GARA RAMBUT
57
MASIH DILEDEKIN
58
KENA MULU
59
PERTEMUAN TAK SENGAJA
60
BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61
PERCAYA PADAKU
62
MOOD BOOSTER
63
JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64
KAPAN BILANG CINTA?
65
PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Coba jelaskan
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
Bab 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
Bab 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
Bab 91
92
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!