DUA PILIHAN

Dering ponsel menyadarkan Alula dari lamunannya. Saat melihat kearah jendela bis, dia baru sadar jika sudah melewati halte dimana dia seharusnya turun. Dia menghela nafas berat sambil mengurut pangkal hidungnya. Masalah ini rasanya terlalu berat baginya.

Baru beberapa saat berhenti berdering, ponselnya kembali membuat suara yang membuat orang yang duduk disebelahnya melirik kearahnya. Segera dia membuka tas ransel yang sejak tadi dia pangku, lalu mengambil benda pipih tersebut karena tak mau suaranya mengganggu orang lain.

"Hallo, Al."

"Lo, dimana? Kenapa gak masuk sekolah? Sakit?" Suara pria diseberang sana terdengar cemas.

"Ini bukan jam istirahat, kok lo bisa nelfon gue?"

"Itu gak penting. Yang penting saat ini, kenapa lo gak masuk sekolah? Sakit?"

"Enggak."

"Lalu? Habis dimarahi lagi sama nyokap lo?"

"Enggak."

"Terus, kenapa gak masuk?"

Aku hamil, Al.

Alula hanya bisa mengatakan itu dalam hati sambil membekap mulutnya. Tak ingin Al mendengar suara isakannya.

"La, kok diam? Lo baik-baik aja kan?"

Karena masih menangis, Alula tak menjawab pertanyaan Al.

"La, please jangan diem kayak gini. Jangan bikin gue khawatir. Willy gak bikin ulah lagi kan?" Alula menggeleng, meski Al tak mungkin bisa melihatnya. Malam itu, Al termasuk salah satu orang yang menyelamatkannya saat hendak dilecehkan oleh Willy. "Lo dimana sekarang, gue susul?"

"Ga-gak usah, Al. Gue baik-baik aja kok. Gue dirumah. Udah dulu ya, Al." Alula segera mengakhiri panggilan dari Al. Tak mau cowok itu menyadari jika dia sedang menangis. Dia melihat banyak sekali chat masuk ke ponselnya dari Al dan Nifa. Berarti sejak tadi ponselnya mengeluarkan bunyi notifikasi, bisa-bisanya dia tak sadar sama sekali.

Alula menoleh saat seseorang disebelahnya mengangsurkan tisu. "Ambillah."

"Terimakasih," Alula meraih tisu tersebut sambil tersenyum pada wanita disebelahnya.

"Dari tadi saya lihat kamu melamun. Pulanglah, gak baik dalam kondisi seperti ini ada diluar sendirian. Takut ada yang manfaatin keadaan. Pencopet misalnya, bahayakan."

"Iya, Mbak," sahut Alula. Dia kemudian turun di halte berikutnya. Mau langsung pulang, takut ketahuan bolos, jadi duduk disana beberapa jam dan baru pulang disaat jam pulang sekolah.

Bugh

"Awww.." Pekik Alula saat bantal sofa melayang mengenai wajahnya. "Apa-apaan sih, Ma?" Dia mengusap kepalanya yang terasa pening. Baru masuk, sudah seperti ini sambutannya.

"Apa-apaan kamu bilang? Darimana kamu hah?" Mama Iren mendekati Alula lalu menjewer telinganya.

"Aduh Ma, sakit."

"Udah pinter bolos sekarang kamu ya? Mau jadi apa hah?" Mama Iren melepaskan jewerannya lalu ganti menjambak Alula. Tadi dia mendapatkan telepon dari wali kelas Alula. Menanyakan tentang gadis itu yang tak masuk tanpa pemberitahuan.

"Ampun, Ma, ampun. Sakit." Alula berusaha melepaskan rambutnya dari tangan sang Mama.

"Bandel banget kamu ini jadi anak. Gak bisa apa, kayak Kakak kamu yang selalu bikin Mama dan Papa bangga," bentaknya sambil melepaskan rambut Alula. "Mau jadi apa kamu setelah ini. Mama yakin, setelah kemarin gagal melalui jalur nilai, tes masuk fakultas kedokteran nanti, kamu juga akan gagal."

Alula menghela nafas berat. "Kata-kata itu doa, Mah. Kalau Mama udah yakin Lula bakal gagal, ya beneran gagal nantinya. Lagian, Lula emang gak pengen kok jadi dokter."

"Udah pinter ngejawab kamu ya. Ini nih, akibat kalau terlalu dimanjain sama Papa kamu. Begini jadinya anak, badung," makinya.

Jika biasanya dia akan meladeni Mamanya debat, tidak untuk hari ini. Dia sudah pusing dengan masalahnya, tak mau lagi berantem yang akan dua kali membuatnya pusing.

"Lula capek, Mah. Lula masuk kamar dulu." Alula pergi begitu saja meninggalkan Mamanya yang masih teriak-teriak. Dia bahkan bisa mendengar Mamanya mengatainya anak gak tahu diuntung.

Alula masuk kedalam kamar lalu menguncinya dari dalam. Menjatuhkan tubuhnya dengan sedikit kasar keatas ranjang. Menatap langit-langit sambil menyeka air mata.

"Apa salah Lula, Mah? Kenapa Mama benci banget sama Lula. Lula selalu salah dimata Mama."

....

Aydin yang baru memasuki kamar setelah makan malam, mengambil ponselnya yang ada diatas nakas. Ada puluhan panggilan tak terjawab. Meski tak ada namanya, dia tahu siapa yang memanggil. Gadis yang menemuinya di rumah sakit pagi tadi. Gadis yang bahkan sampai saat ini, dia tak tahu namanya. Entah malam itu maupun tadi pagi, mereka memang belum sempat berkenalan.

Sekali lagi, ponselnya berdering, masih dari nomor yang sama. Namun Aydin masih ragu untuk menjawab. Dia belum menemukan solusi untuk masalah ini. Sebenarnya bukan belum menemukan, karena solusinya hanya ada 1 tak ada pilihan lain lagi seperti soal pilihan ganda. Menikah, hanya itu solusinya, karena tidak mungkin menggugurkan kandungan yang sudah berusia sekitar 3 bulan, terlalu beresiko. Selain itu, dia juga tak sampai hati jika harus menyuruh gadis kecil itu menggugurkan kandungannya. Tapi masalahnya, gadis itu masih sekolah. Harus seperti apa dia mengatakan pada kedua orang tuanya jika benihnya telah tumbuh dirahim seorang gadis SMA.

Ting

Sebuah pesan masuk keponselnya.

[ Mas Dokter, kenapa panggilanku gak dijawab? Mas Dokter gak mau lari dari tanggung jawabkan? ]

Aydin makin stress lagi setelah membaca pesan itu. Dia memejamkan mata sambil menyandarkan punggung dikursi. Bisa dibilang, ini ujian terberat selama hidupnya.

Ting

Sebuah pesan kembali masuk.

[ Kenapa hanya diread? Mas Dokter beneran gak mau tanggung jawab? ]

Ponsel ditangan Aydin kembali berbunyi. Sepertinya gadis itu tidak akan berhenti menghubunginya. Tak ada pilihan lagi, terpaksa dia menjawab daripada terus diteror seperti ini.

"Akhirnya." Itulah kata yang pertama kali didengan Aydin. "Mas Dokter, kenapa gak diangkat dari tadi panggilanku?"

"Aku sibuk," sahut Aydin singkat.

"Gimana, udah nemu solusi buat masalah kita?"

"Belum."

"Terus kapan nemunya? Nunggu perut aku besar?" Alula sedikit berteriak sampai Aydin menjauhkan ponsel dari telinganya. "Cepet nyari solusi. Malu sama jas putihnya kalau masalah gini aja gak bisa nyari solusi."

Gadis ini, tekan Aydin dalam hati. Ternyata selain bodoh, pelupa, juga tempramen, batinnya.

"Mas Dokter, kenapa diam?" tanya Alula yang panik.

"Aku lagi mikir."

"Jangan lama-lama mikirnya."

"Astaga, iya bawel." Aydin memijat pelipisnya. Kepalanya benar-benar pusing. Cukup lama keduanya saling diam, sampai Alula benar-benar sudah tak bisa sabar.

"Kelamaan nunggu Mas Dokter mikir. Gini aja, aku kasih 2 pilihan, nikahin aku, atau bantu aku melakukan aborsi." Mata Aydin langsung melotot mendengar Alula menyebut kata aborsi. "Aku yakin sebagai dokter, Mas punya banyak kenalan yang bisa melakukan itu. Atau carikan aku obat penggugur kandungan. Dokter tak akan sulitkan, mendapatkan obat itu."

"Besok kita ketemu, aku share tempatnya." Aydin segera mematikan sambungan telepon. Dia tak menyangka jika anak SMA, sudah berani mau melakukan abortus. "Apa gadis itu tidak takut mati?" gumamnya.

Terpopuler

Comments

Rina Rina

Rina Rina

mungkin kkk sama mama nya benci sama lula

2024-04-19

2

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

kok kk nya si alula bisa bisanya gak tau kejadian pacarnya mau perkosa adeknya

2024-03-09

2

chrysan the mom

chrysan the mom

al? apakah al ini alfath adiknya aydin?

2023-11-29

1

lihat semua
Episodes
1 SAYA HAMIL
2 SALAH SASARAN
3 SALING MEMBUTUHKAN
4 MAAFKAN AKU
5 DUA PILIHAN
6 GUE HAMIL
7 SOLUSI
8 TAK MAU JADI PEMBUNUH
9 MAKAN BERSAMA
10 PENGAKUAN AYDIN
11 BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12 MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13 GUE CINTA SAMA LO
14 KE RUMAH CALON MERTUA
15 KENAPA HARUS ABANG?
16 SILAKAN MARAH SAMA LULA
17 FOTO USG
18 DIUSIR
19 TAMU SAAT HUJAN
20 SUDAH MULAI JATUH CINTA
21 DASAR BOCAH
22 PENJELASAN ALULA
23 LO BERUNTUNG BANG
24 IBU KANDUNG ALULA
25 KEDATANGAN PAPA ALULA
26 SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27 JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28 HARI INI
29 SIAPA SILVIA?
30 TENTANG SILVIA
31 TENTANG SILVIA 2
32 MAMA JANGAN PERGI
33 PERSIAPAN PERNIKAHAN
34 PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35 AKAD
36 PETUAH NENEK
37 PENGANTIN BARU
38 SAMBUTAN ADIK IPAR
39 SIAP-SIAP
40 NGIDAMNYA PARA BUMIL
41 JADI IPAR
42 SAMBUTAN ISTRI
43 GAK KELUAR KAMAR
44 FIX, PURA-PURA
45 NGAMBEK
46 NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47 GALAU
48 MISI BIKIN CEMBURU
49 CEMBURU YA?
50 BUMIL CARI GARA-GARA
51 BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52 KESIANGAN
53 KAYAK SEMALAM
54 MENGAKULAH
55 HADIAH DARI NENEK
56 GARA-GARA RAMBUT
57 MASIH DILEDEKIN
58 KENA MULU
59 PERTEMUAN TAK SENGAJA
60 BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61 PERCAYA PADAKU
62 MOOD BOOSTER
63 JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64 KAPAN BILANG CINTA?
65 PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Coba jelaskan
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 BAB 72
73 BAB 73
74 Bab 74
75 BAB 75
76 BAB 76
77 BAB 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 BAB 82
83 BAB 83
84 BAB 84
85 BAB 85
86 BAB 86
87 BAB 87
88 Bab 88
89 BAB 89
90 BAB 90
91 Bab 91
92 Bab 92
Episodes

Updated 92 Episodes

1
SAYA HAMIL
2
SALAH SASARAN
3
SALING MEMBUTUHKAN
4
MAAFKAN AKU
5
DUA PILIHAN
6
GUE HAMIL
7
SOLUSI
8
TAK MAU JADI PEMBUNUH
9
MAKAN BERSAMA
10
PENGAKUAN AYDIN
11
BUKAN TAK MAU MARAH, TAPI MALU
12
MEREKA TETAP ORANG TUA TERBAIK
13
GUE CINTA SAMA LO
14
KE RUMAH CALON MERTUA
15
KENAPA HARUS ABANG?
16
SILAKAN MARAH SAMA LULA
17
FOTO USG
18
DIUSIR
19
TAMU SAAT HUJAN
20
SUDAH MULAI JATUH CINTA
21
DASAR BOCAH
22
PENJELASAN ALULA
23
LO BERUNTUNG BANG
24
IBU KANDUNG ALULA
25
KEDATANGAN PAPA ALULA
26
SIAPA LAKI-LAKI ITU?
27
JANGAN PUKUL MAS DOKTER
28
HARI INI
29
SIAPA SILVIA?
30
TENTANG SILVIA
31
TENTANG SILVIA 2
32
MAMA JANGAN PERGI
33
PERSIAPAN PERNIKAHAN
34
PERSIAPAN PERNIKAHAN 2
35
AKAD
36
PETUAH NENEK
37
PENGANTIN BARU
38
SAMBUTAN ADIK IPAR
39
SIAP-SIAP
40
NGIDAMNYA PARA BUMIL
41
JADI IPAR
42
SAMBUTAN ISTRI
43
GAK KELUAR KAMAR
44
FIX, PURA-PURA
45
NGAMBEK
46
NANTI SAAT SUDAH PINTAR
47
GALAU
48
MISI BIKIN CEMBURU
49
CEMBURU YA?
50
BUMIL CARI GARA-GARA
51
BUKAN PENGEN NGAJAK BELAJAR
52
KESIANGAN
53
KAYAK SEMALAM
54
MENGAKULAH
55
HADIAH DARI NENEK
56
GARA-GARA RAMBUT
57
MASIH DILEDEKIN
58
KENA MULU
59
PERTEMUAN TAK SENGAJA
60
BAGAIMANA JIKA ORANG TAHU?
61
PERCAYA PADAKU
62
MOOD BOOSTER
63
JALAN-JALAN TENGAH MALAM
64
KAPAN BILANG CINTA?
65
PERASAAN INI, ARTINYA APA?
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Coba jelaskan
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
BAB 72
73
BAB 73
74
Bab 74
75
BAB 75
76
BAB 76
77
BAB 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
BAB 82
83
BAB 83
84
BAB 84
85
BAB 85
86
BAB 86
87
BAB 87
88
Bab 88
89
BAB 89
90
BAB 90
91
Bab 91
92
Bab 92

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!