Tidak terasa sudah satu minggu waktu berlalu, akan tetapi keadaan Nasya malah semakin kacau dan memburuk. Kali ini dia tidak hanya mengunci mulut tapi juga tidak mau makan mengingat ucapan Sarah tempo hari. Sekilas pipi gembul nya nampak tirus, berat badannya turun drastis karena sama sekali tidak mau menyentuh makanannya.
Pagi ini seorang bibi datang ke kamar Nasya mengantarkan sarapan. Sesaat setelah membuka pintu, alangkah terkejutnya dia menemukan tubuh mungil itu tergeletak di lantai. Sumi terkesiap hingga nampan yang ada di tangannya terlepas, semua makanan yang dia bawa berserakan bersamaan dengan serpihan beling.
"Non Nasya..." pekik wanita tua itu seraya berhamburan menghampiri sang bocah. Dia benar-benar panik dan tidak tau harus melakukan apa. Sontak terbersit di benaknya untuk menghubungi sang majikan yang tengah melakukan perjalanan bisnis ke luar kota.
Sumi bergegas mengambil ponsel milik Nasya yang terletak di atas nakas, dia segera menghubungi Nala tapi tidak mendapatkan jawaban sama sekali.
Tidak ingin hal buruk terjadi pada bocah yang sudah dia anggap seperti cucu itu, Sumi pun akhirnya berlari meninggalkan kamar. Dia berteriak memanggil suaminya yang bekerja sebagai tukang kebun dan memanggil penjaga yang bertugas di rumah itu.
Suara Sumi yang sangat lantang sontak membuat dua orang pria itu terbang berhamburan, tentu saja mereka sangat panik dibuatnya.
Sesaat setelah Sumi menceritakan apa yang terjadi, Agus yang merupakan suami Sumi lantas berlari menuju kamar Nasya dan diikuti oleh sang istri. Sedangkan Rudi yang merupakan penjaga rumah langsung berbalik menyiapkan mobil.
Ya, mereka bertiga tidak boleh teledor. Kesalahan sekecil apapun bisa saja membahayakan nona muda rumah itu. Entah apa yang akan terjadi jika Nala tau bagaimana keadaan putrinya saat ini?
Selang beberapa menit, Agus berlarian seraya membopong tubuh Nasya di gendongannya. Sumi lekas menyusul dan masuk ke dalam mobil yang sudah standby di depan teras.
Setelah Agus membaringkan Nasya di paha Sumi, dia lekas menutup pintu. Rudi yang sudah duduk di bangku kemudi langsung tancap gas menuju rumah sakit. Tidak dengan Agus yang memilih tinggal untuk menjaga rumah.
Setibanya di depan gedung rumah sakit, Rudi memarkirkan mobil sembarangan. Dia lekas turun dan membuka pintu belakang lalu menggotong Nasya menuju ruang IGD.
Cranggg...
Terdengar suara pecahan gelas yang tiba-tiba jatuh dari genggaman Indira. Wanita itu nampak panik, raut wajahnya berubah pucat seiring detak jantung yang bergemuruh sangat kencang.
Entah apa lagi yang terjadi pada dirinya. Indira merasa gelisah hingga dadanya kian sesak.
Belum sempat Indira membersihkan serpihan beling yang berserakan di lantai, dia lantas dikejutkan dengan kedatangan seorang suster yang tiba-tiba menyelonong masuk ke ruangannya tanpa permisi.
Lalu suster itu memberitahukan bahwa ada pasien yang harus ditangani secepatnya. Darah Indira lantas berdesir saat suster itu menyebut nama Nasya. Indira pun terbang berhamburan tanpa berucap sepatah katapun.
Di ruang IGD, Nasya sedang mendapatkan pertolongan pertama dari dua orang suster. Indira segera masuk dan lekas mengambil tindakan.
Tidak lama berselang, Indira menghela nafas lega. Wajah yang tadinya nampak panik kini sudah kembali tersenyum saat mendapati mata anggur Nasya yang mulai terbuka secara perlahan.
"Mama..." gumam bocah itu, suaranya terdengar kecil namun masih bisa didengar oleh Indira.
Indira mengulas senyum simpul dan menatap muka Nasya dengan sendu. Entah mengapa hatinya terasa damai memandangi wajah polos bocah itu.
"Nasya kenapa lagi?" tanya Indira dengan lembut.
Nasya tidak menjawab, matanya tiba-tiba berbinar mematut Indira dalam-dalam. Indira yang melihat itu merasa tidak tega, dia pun menggenggam tangan Nasya dan mengusap pucuk kepalanya.
Nasya tidak dapat membendung perasaan rindunya terhadap sosok seorang ibu. Tangan mungilnya terbuka dan memeluk Indira seraya menangis tersedu.
"Cukup sayang, Nasya jangan menangis lagi! Ingat, anak baik tidak boleh cengeng!" bujuk Indira, hatinya benar-benar terenyuh melihat keadaan bocah malang itu.
Nasya tidak mau melepaskan Indira, dia merasa nyaman seperti berada di dalam dekapan ibu kandungnya sendiri. Mau tidak mau Indira terpaksa memasrahkan diri demi ketenangan bocah itu.
Di luar, Sumi akhirnya berhasil menghubungi Nala. Dia menceritakan semua yang terjadi dan meminta maaf atas keteledorannya, namun dia tidak dapat memberitahu bagaimana kondisi terkini bocah itu.
Tentu saja kabar yang diterima Nala membuatnya panik bukan kepalang. Dia pun memutuskan pulang detik ini juga dan menyerahkan tanggung jawabnya pada asisten pribadi yang ikut bersamanya ke luar kota.
Satu jam berlalu, Nasya akhirnya tertidur setelah Indira menyanyikan lagu pengantar tidur untuknya. Punggung tangan bocah itu diinfus untuk mengalirkan cairan dan obat penenang ke dalam tubuh ringkih-nya.
Setelah memastikan bahwa Nasya benar-benar sudah tertidur, Indira menugaskan suster untuk memindahkannya ke ruang perawatan. Dia meninggalkan ruangan itu terlebih dahulu dan menemui Sumi lalu menjelaskan bagaimana keadaan Nasya.
Sumi mengusap wajah kasar sembari menghela nafas lega. Dia mulai sedikit tenang setelah mengetahui bahwa Nasya baik-baik saja. Indira pun pamit dan berlalu pergi menuju ruangannya.
Indira terperangah setelah tiba di ruangannya, dia pun menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Lagi-lagi dia merasa aneh setelah melihat Nasya untuk kedua kalinya.
"Ya Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi denganku? Kenapa setiap kali melihat bocah itu hatiku menjadi tidak karuan?" batin Indira seraya memicingkan mata barang sejenak. Dia merasa kasihan, sedih dan juga senang. Tidak tau apa yang sebenarnya ada di hatinya.
Dalam pemikiran yang tengah berkecamuk di benaknya, Indira pun tiba-tiba tertidur dalam posisi duduk. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah bergelut dengan batinnya sendiri.
"Ma... Mama..."
Seeerrr...
Baru saja merasakan kedamaian, Indira harus kembali terbangun setelah mendengar suara Nasya yang tengah memanggilnya. Jantung Indira bergemuruh kencang hingga dia pun tersentak dari sofa.
Indira mengerlingkan manik matanya, menyisir setiap sudut ruangan tapi tak melihat siapapun di sana. Lalu suara siapa yang baru saja dia dengar?
Apa Indira sedang berhalusinasi? Ataukah mungkin dia tengah bermimpi?
Indira memilih bangkit dari duduknya kemudian berjalan menuju kamar mandi dan mencuci muka untuk menghilangkan perasaan kacau yang membelit hatinya.
Usai mencuci wajah, Indira meninggalkan kamar mandi lalu bersiap-siap untuk pulang. Baru saja kakinya menginjak lobby rumah sakit, seorang suster berseru hingga langkah ibu satu anak itu terhenti.
"Maaf, Dok. Bisakah Anda menemui Nasya sebentar? Bocah itu tidak mau makan, dia selalu saja memanggil nama Anda sejak terbangun tadi." jelas suster itu.
Indira menghela nafas berat, mau tidak mau dia terpaksa urung meninggalkan rumah sakit dan memilih kembali untuk melihat keadaan Nasya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
mama naura
semangat next update terbaru KK thorr cantik 💪💪💪
2023-10-28
1
Kasih Bonda
next Thor semangat
2023-10-28
1