"Cukup Isa, kali ini tolong dengarkan Ibu!"
Suara lantang Indira menggema memarahi seorang bocah laki-laki yang berusia sekitar lima tahun.
Ya, beberapa tahun yang lalu Indira dinyatakan hamil setelah memeriksakan diri ke dokter. Delapan bulan kemudian dia pun melahirkan sepasang bayi kembar yang lucu. Namun sayang bayi perempuan yang lahir menyusul sang kakak harus pergi meninggalkan dunia tanpa sempat bertemu dengan sang ibu.
Saat itu Indira mengalami pendarahan hebat dan sempat koma selama satu minggu. Setelah sadar, dia benar-benar syok berat kala mengetahui kabar duka tersebut dari sang ibu angkat yang selama ini membantu dirinya.
Flashback...
Pada malam itu Indira terbangun sekitar pukul sepuluh malam. Saat membuka mata dia terkesiap setelah menyadari bahwa koper dan tas miliknya sudah tidak ada.
Ya, dalam keadaan tertidur pulas, tiba-tiba Indira didatangi oleh dua orang preman. Kesempatan itu mereka gunakan untuk mengambil apapun yang ada di dekat sang gadis.
Indira benar-benar panik, semua uang dan benda berharga yang dia bawa raib tanpa tau siapa yang telah mengambilnya.
Sempat terbersit di benak Indira untuk kembali, tapi hal itu tentu saja membutuhkan biaya untuk membeli tiket bis.
Dalam kegelapan malam Indira berjalan menyisir jalan raya yang mulai sepi, hanya ada beberapa mobil saja yang berlalu lalang di sana. Indira sampai kelelahan karena belum sempat mengisi perut, tubuhnya benar-benar lemas hingga ambruk di bibir trotoar.
Di waktu bersamaan, sebuah mobil Avanza berhenti tepat di dekat Indira tergeletak. Seorang wanita paruh baya turun dan meminta sang sopir membantunya naik ke mobil.
Flashback Selesai...
"Isa, kamu dengar Ibu tidak?" gerutu Indira, dia sudah kewalahan menghadapi sikap sang putra yang menurutnya sangat nakal, berbeda sekali dengan bocah seumurannya.
Terkadang Indira sempat mendongkol mengingat ayah biologis dari sang putra. Apa pria itu bukan orang baik? Kenapa Isa bisa se-nakal ini meski sudah sering kali dinasehati?
Namun semakin Indira mengingat malam kelam itu, hatinya terasa semakin sakit. Dia bahkan tidak tau bagaimana rupa pria brengsek yang sudah menghancurkan masa depannya itu.
"Sudahlah, Dira! Tidak ada bocah yang tidak nakal." ucap seorang wanita paruh baya sembari tersenyum simpul lalu berjalan menghampiri Isa yang tengah berguling-guling di tanah. Wajah imut bocah itu nampak seperti donat yang dilumuri dengan coklat, bahkan pakaiannya sudah basah kuyup setelah bermain lumpur.
"Tapi, Bu..."
"Ibu bilang sudah, biarkan saja Isa berkembang sesuai keinginannya! Bermain kotor seperti ini tidak akan membuat Isa sakit, justru ini sangat baik untuk perkembangan otaknya." sela Ulfa, wanita yang kini dipanggil nenek oleh Isa, wanita yang sudah menyelamatkan Indira dan membawanya pulang ke rumah, bahkan memberinya nama belakang dan tempat tinggal serta kehidupan yang layak. Tidak terbayang bagaimana nasib Indira jika tidak bertemu dengan wanita berhati malaikat itu.
"Sekarang pergilah, biar Ibu saja yang membujuk Isa! Bukankah siang ini kamu sudah punya janji dengan Ayah dan calon pasien kalian?" imbuh Ulfa mengingatkan Indira tentang jadwal pertemuan penting dengan seseorang.
"Iya, Bu. Dira ingat, tapi tolong jangan biarkan Isa berguling-guling lagi di tanah!" dengan terpaksa Indira mengalah lalu berpamitan pada Ulfa dan berlalu pergi membawa mobil mewah menuju rumah sakit milik keluarga angkatnya itu.
Ya, Indira baru saja menyelesaikan studinya di sebuah fakultas kedokteran. Saat ini dia sedang melakukan penelitian akan penyakit langka yang digambarkan seorang keluarga pasien padanya.
Dua hari yang lalu Hendri yang merupakan ayah angkat sekaligus pemilik rumah sakit mengirimkan email pada Indira. Pria itu meminta Indira untuk mencari tau penyakit apa yang dimaksud oleh calon pasien mereka.
Indira sudah berusaha semampu yang dia bisa, akan tetapi sulit baginya untuk menerka sebelum melihat sendiri bagaimana kondisi pasien tersebut.
Sesampainya di rumah sakit, Indira bergegas turun dari mobil lalu mengayunkan langkah besar menuju ruangan VVIP yang sudah disediakan sesuai permintaan tamu istimewa tersebut.
Tidak lama setelah Indira tiba di ruangan itu, sebuah mobil mewah dengan harga fantastis berhenti di depan pintu masuk rumah sakit. Dari kejauhan nampak seorang pria turun dari pintu belakang dan menggendong seorang bocah perempuan. Bocah itu berkulit putih dan berambut keriting pirang, wajahnya mirip sekali dengan pria yang tengah menggendongnya.
"Selamat datang, Tuan. Silahkan, Anda sudah ditunggu di ruangan yang Anda minta." sapa seorang petugas rumah sakit yang sengaja diperintahkan untuk menyambut kedatangan pria itu dan mengantarnya ke lantai enam.
Pria itu hanya berdeham dengan sombongnya lalu mengikuti langkah kaki petugas tersebut dari belakang.
Setibanya di depan pintu ruangan, sang petugas mengetuk pintu terlebih dahulu kemudian menekan kenop dan mendorongnya sedikit. "Permisi Pak, Bu, tamu kita sudah datang." ucapnya pada Hendri dan Indira yang tengah duduk di sofa.
"Ya, suruh masuk saja!" jawab Hendri yang nampak sibuk dengan laptop yang masih menyala di hadapannya.
"Silahkan, Tuan!" petugas itu membuka pintu lebar-lebar lalu sedikit bergeser memberi ruang untuk tamu terhormat itu.
Pria itu lagi-lagi tidak bersuara dan segera masuk untuk berkonsultasi dengan Hendri sesuai janji yang sudah dibuat.
Sekilas tidak ada yang salah, Hendri dan Indira menyambut kedatangan pria itu dengan sopan seperti pasien lain pada umumnya. Namun tiba-tiba darah Indira berdesir saat mendengar seruan bocah perempuan yang memanggilnya dengan sebutan mama.
"Ma... Mama..."
Tidak hanya Indira yang terkejut, ayah dari bocah itu bahkan tak kalah terkejut mendengar suara putrinya sendiri.
Bocah itu memberontak di atas gendongan sang papa, mau tidak mau pria itu terpaksa menurunkannya. Alangkah syok-nya pria itu melihat gadis kecil kesayangannya berlari kencang dan mendekap Indira yang tengah duduk di sofa.
Indira nampak panik, dia bingung menghadapi sikap bocah yang baru pertama dia lihat itu. Akan tetapi naluri keibuan Indira tidak dapat dibohongi, dia tidak berani mengelak dan malah mendekap tubuh mungil itu seraya mengusap kepalanya.
"Halo cantik, siapa namanya?" tanya Indira dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ma... Mama..."
Lagi-lagi hanya suara itu yang keluar dari mulut mungil sang bocah, dia bahkan tidak mau melepaskan Indira yang tengah dipeluknya dengan sangat erat.
"Nasya, namanya Nasya." ucap pria itu memperkenalkan putrinya pada Indira dan Hendri. Lalu pria itu pun memperkenalkan diri sebelum akhirnya memilih duduk berhadapan dengan Indira yang masih menunduk memeluk sang bocah.
"Sebelumnya saya minta maaf atas kelakuan putri saya. Tolong, jangan diambil hati!" imbuh pria itu merasa tidak enak.
"Santai saja, Tuan. Tidak masalah!" jawab Hendri, tidak dengan Indira yang tiba-tiba mendongak dan menatap ke arah pria yang duduk di hadapannya itu.
Indira sedikit mengangkat sudut bibir membentuk senyuman tipis, kemudian memutus kontak mata dengan pria itu. Tapi tidak dengan pria itu, dia malah tak dapat berkedip mematut ibu satu anak itu.
Ya, pria yang diketahui bernama Nala itu merasa tidak asing dengan wajah Indira. Tapi dimana mereka berdua pernah bertemu?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
mama naura
lanjut next update terbaru KK thorr cantik 🥰
2023-10-25
1
Kasih Bonda
next Thor semangat
2023-10-25
1