Nindy masih belum bisa tidur. Sakit rasanya ingat kejadian tadi. Tapi apa yang bisa ia lakukan, cuma bisa menerima nasib. Akhirnya ia tertidur.
Nindy terbangun karena suara alarm yang ia setel agar tidak terlambat bangun. Buru-buru ia mandi dan segera siap-siap ke rumah ke-2nya yaitu kantor.
"Nggak sarapan dulu, Nin?" tanya ibu yang melihatnya tergesa-gesa.
"Sudah terlambat bu, nanti saja di kantor." jawabnya sambil menyambar tas dan menenteng high heelsnya.
"Hati-hati." kata ibu yang masih sibuk di dapur.
"Iya bu." sahut Nindy sambil buru-buru keluar.
"Mau berangkat..?" tanya ayah yang kebetulan berada di teras depan.
"Iya yah." jawab Nindy lalu berpamitan dengan ayahnya. Nindy bergegas ke depan rumah dan naik taksi seperti biasanya. Beberapa menit kemudian, sampailah ia di kantor. Dengan langkah agak tergesa, Nindy segera menuju ruang kerjanya.
Sementara itu, Vano adik Ririn ternyata melamar kerja di kantornya juga. Tepatnya satu kantor tapi beda ruangan saja. Nindy belum tahu kalau dia pulang ke kota ini dan melamar kerja di perusahaan Nindy.
***
"Selamat datang..."
Sambut personalia ketika Vano memasuki ruangan interview untuk tes melamar kerja. Vano mengangguk sambil tersenyum kepada personalia yang akan mewawancarainya.
Vano melamar di perusahaan yang bergerak di bidang desain interior rumah sama dengan Nindy. Sesuai dengan jurusan kuliah yang ia pelajari selama ini, desain interior ruangan.
***
"Len aku mau pulang duluan, soalny ada urusan keluarga." kata Nindy yang sudah siap untuk pulang.
"Iya Nin, paling setengah jam lagi aku juga mau pulang." ucap Ellen.
"Aku duluan ya Len, Li.."
"Iya Nin.." sahut Ellen dan Lily barengan.
Nindy sengaja berjalan kaki pulang dari kantor, karenaia ingin sekalian jalan-jalan sore, menikmati cuaca sore hari itu untuk menutupi kesedihan hatinya.
Sudah 10 menitan berjalan kaki. Akhirnya Nindy duduk di trotoar untuk menunggu taksi karena kakinya teeas capek. Tak berapa lama ia duduk, sebuah mobil lewat tepat di depanya dengan kaca mobil yang terbuka.
Seperti si Vano yang naik mobil tadi? Ahhh...mungkin aku salah liat tadi. Tapi mana mungkin, dia kan nggak di kota ini? Nindy Nindy....
Gumam Nindy dalam hati lalu ia pun duduk sambil memainkan ponselnya. lagi asik-asiknya main handphone tiba-tiba seseorang berdiri di depannya dan ia sangat terkejut saat mendongakkan kepalanya.
"Vano...!! Ternyata benar kamu ya, kirain tadi mbak salah lihat." teriak Nindy yang tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
"Iya mbak, ini aku Vano." kata Vano sambil tersenyum manis kepadanya.
"Kapan kamu pulang Van?" tanya Nindy yang berhenti memainkan ponselnya.
"Emm, kemarin mbak..."ucap Vano sambil tersenyum.
"Nggak mau peluk adik mbak yang baru pulang ini?" kata Vano sambil merentangkan kedua tangannya.
"Hemmm..." gumam Nindy kemudian memeluk erat Vano. Ia dan Vano memang sudah akrab dari dulu. Dia orangnya tinggi gagah dan putih. Nindy hanya sepundaknya jika berdiri sejajar dengan dia. Mereka pun ngobrol dan bercanda. Hingga pertemuan mereka berakhir makan di restoran.
"Gimana kabar mbak? Sekarang tambah cantik saja." ucap Vano yang membuat Nindy tersedak. Vano segera mengambilkan minum untuknya.
"Kabar mbak baik Van, cantik dari mana? Tambah tua sih iya." jawab Nindy sambil mengunyah makananya.
Mereka saling ngobrol tentang segala hal. Vano orangnya enak, kalau di ajak ngobrol langsung nyambung. Walaupun lawan bicaranya, usianya lebih jauh darinya, tapi dia pandai menempatkan posisi.
"Kamu punya pacar belum?" tanya Nindy.
"Aku..? Belum mbak?" jawab Vano.
"Kenapa belum?" tanya Nindy lagi.
"Sampai saat belum ada yang klik di hati mbak, gadis yang aku kenal nggak ada yang secantik dan sebaik mbak Nindiy, Vano pengen cari pacar kaya mbak Nindy saja." sahut Vano berkelakar kemudian tertawa.
"Bisa saja kamu." sahut Nindy sambil tersenyum.
Selesai makan mereka bergegas keluar dari restoran itu.
"Ayo mbak aku anterin pulang sekalian mau ketemu sama paman dan bibi. Soalnya sudah lama nggak ketemu, jadi kangen." kata Vano. Sepanjang prjalanan pulang, tak hentinya Nindy dan Vano saling bercanda dan tertawa.
"Malem paman, bibi..." sapa Vano ketika sampai di rumah Nindy.
"Nak Vano? Lama ngga kelihatan?" tanya ayah dan ibu kepada Vano.
"Vano kuliah di luar kota paman, bibi." jawab Vano setelah di persilahkan duduk.
"Oo...pantes nggak kelihatan. Kakak kamu nggak ikut kemari?" tanya ayah yang membuat suasana semakin akrab dan tentunya hangat.
"Kapan-kapan paman, akan Vano ajak ke sini..." jawab Vano tersenyum.
"Mbak permisi ke dalam dulu Van, mau ganti baju..?" ucap Nindy seraya tersenyum kepada Vano. Kemudian segera ia bergegas ke kamar untuk ganti baju, dan Vano menunggu sambil ngobrol sama ayah ibunya. Begitu asikk mereka ngobrol ini dan itu dan sesekali terdengar gelak tawa mereka.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 280 Episodes
Comments
flower garden
semangat Thor 💪
2020-09-10
2
flower garden
sama satu gedung Ririn dan Vano,sama kayak Drakor Something in the Rain,satu gedung ada bbrp perusahaan....jadi inget kisah drama....klo Nindy diputusin di drkor diselingkuhin.
2020-09-10
1
🍃🥀Fatymah🥀🍃
Semangat kk....
Salam dari MAYLEA SI GADIS MASA DEPAN
2020-09-05
2