MERASA LEBIH BAIK

Hari ini Ali pulang lebih cepat dari biasanya karena sudah ada janji dengan Zara untuk pergi bersama. di rumahnya, kini ia tengah bersiap-siap dengan penampilannya. Ia memakai kemeja bewarna kuning di padukan dengan celana hitam. Dari pantulan kacanya, ia melihat jika adiknya tengah mengintipnya dari sela-sela pintu yang terbuka.

Tentu ia sangat tahu apa yang ada dipikiran adiknya itu. Walaupun begitu tentu kehidupan pribadinya hanya ia saja yang boleh tau.

''Kenapa Bi?" celetuk Ali yang membuat Bianca tersenyum canggung saja karena kepergok tengah mengintip kakaknya.

"Nggak papa kak. kakak mau kemana? Kok tumben rapinya nggak kaya biasanya?" tanya Bianca.

"Aku ada janji sama Zara." jawab Ali dengan mengancingkan bajunya.

"Janji apa?" tanya Bianca penasaran.

"Ya janji. Kenapa kamu tiba-tiba jadi penasaran gitu?" tanya Ali dengan terheran-heran.

"Kakak suka kan sama mbak Zara?" tanya Bianca lagi.

"Nggak tau." jawab Ali seadanya.

"Ih kakak kok gitu sih, aku kan pengen tau." ujar Bianca dengan merengek.

"Kamu masih kecil. Udah kakak mau berangkat.'' kata Ali dengan mengacak-acak rambut Bianca.

"Kak!!! Jawab dulu dong!!" teriak Bianca tapi tak di hiraukan oleh Ali.

"Mau pergi lagi?" tanya Lidia yang di angguki oleh Ali

"Iya Bun sama Zara kok." jawab Ali dengan mencium tangan ibunya.

"Hati-hati di jalan Li, kalau nggak sibuk suruh mampir ke rumah sekalian aja bunda masak banyak soalnya." kata Lidia yang di angguki pria itu dengan tersenyum kemudian berangkat.

"Bunda tau nggak sih kalau kak Ali aneh banget." kata Bianca.

"Udahlah Bi, kakakmu udah dewasa tau mana yang baik dan enggaknya. Dia juga udah waktunya nikah." kata Lidia.

"Bunda nggak keberatan kalau kak Ali nikahnya sama...." ucap Bianca dengan menatap ibunya.

"Semua orang punya masalalu dan semua orang bisa berubah Bi. Kamu juga kapan mau merubah diri kamu, rambut di warnai, keluyuran, mau jadi apa kamu." kata Lidia yang membuat gadis itu berdecak kesal.

"bukan gitu maksud Bi bund." kata Bianca.

"Udah biar jadi urusan kakakmu saja kamu. mending kamu fokus sama studi kamu." ujar Lidia.

_____

Kini Ali sudah sampai di depan kos Zara. Ia menunggu di luar mobil sambil bersender di mobilnya. Zara datang dengan balutan pakaian khasnya bewarna biru membuat Ali hanya tersenyum kecil saja.

"Mau kemana sih pak?" tanya Zara yang masih penasaran.

"Udah ikut aja." kata Ali dengan membuka pintu mobil untuk Zara masuk.

"Oh ya tadi bunda pesen sama aku kalau kamu nggak sibuk nggak ada urusan lain, pulang nanti mampir ke rumah dulu, bunda masak banyak." kata Ali membuat Zara menoleh terkejut.

"Be begini pak bukannya nggak mau tapi nanti masih ada urusan." ucap Zara dengan suara pelannya.

"Nggak papa, nanti aku sampaiin ke bunda." ujar Ali.

Tak butuh waktu lama kini mereka sampai di sebuah cafe mewah dengan pengunjung yang tidak terlalu ramai. Hanya ada 5 mobil saja, itupun semuanya rekan Ali.

Dari kejauhan, terlihat jika semua rekan Ali sudah datang dan ia yang paling terkahir datangnya. Ia langsung menyapa mereka semua dengan tidak enaknya karena membuat semuanya menunggu.

"Wahhh siapa nih, bisa dong di kenalin ke kita." kata Haris salah satu rekan kerja Ali.

Ya tentu saja melihat Ali membawa seorang wanita membuat semua terkejut karena sebelum jika ada acara seperti itu Ali hanya datang seorang diri saja. Tapi sekarang secara tiba-tiba Ali datang dengan membawa seorang wanita cantik berhijab.

Zara hanya tersenyum canggung saja melihat semuanya yang tengah menatapnya. Entah apa arti dari tatapan mereka tapi hal itu membuat Zara merasa tidak nyaman sekali. Ali yang menyadari pun langsung mengajak Zara untuk duduk dan memegang tangannya meyakinkan Zara jika semua akan baik-baik saja.

''Teman aku." kata Ali dengan tersenyum.

"Teman apa teman."

"Wah parah banget nih si Ali masa nggak di akuin."

"saya emang temannya pak Ali." celetuk Zara membuat semua langsung terdiam dan saling tatap saja, tapi kemudian mereka tertawa terbahak-bahak mendengar panggilan Zara pada Ali.

"Ya aku akui kamu udah setua itu Li, mangkanya nikah. Sendiri mulu, nggak bosan kamu."

"Ya gimana...belum ada jodohnya." ujar Ali dengan terkekeh saja.

"Itu di sampingmu siapa?"

"Kan udah denger tadi, kita cuman temen kok." kata Ali dengan menatap Zara membuat wanita itu tersenyum canggung.

Pertemuan itupun sudah berlalu. Kini mereka pun dalam perjalanan pulang. Walaupun awalnya canggung bagi Zara, tapi entah kenapa wanita itu merasa nyaman lama-kelamaan. ia berfikir mereka seperti itu karena tidak tahu apa yang sudah terjadi dengannya, walaupun begitu ia tidak akan percaya diri dengan menganggap jika semua itu adalah seperti yang ia harapkan.

''Maaf ya buat tadi, pasti kamu nggak nyaman ya? nggak usah di masukin ke hati ya, mereka emang kata gitu kok, tapi sebenarnya mereka baik." kata Ali.

"Kamu misal mereka tahu siapa saya sebenarnya gimana ya pak? pasti pak Ali bakal malu banget karena pernah bawa saja." kata Zara dengan tersenyum kecut.

"Nggak bakal ada kejadian kaya gitu. Percaya sama aku deh. Mereka orang baik, kamu percaya itu kan." kata Ali.

"Nggak ada yang tahu masa depan pak. sifat manusia gampang sekali berubah. Seharusnya saya yang minta maaf karena udah bikin malu pak Ali tadi." kata Zara

"Ra, boleh aku ngomong sesuatu sama kamu?" kata Ali.

"Ya pak silahkan."

"Stop panggil aku dengan sebutan pak dong, terkesan aku kayak udah tua banget. Kita kan seumuran dan satu kelas dulu, jadi panggil nama aja." kata Ali.

"Nggak lah pak mana mungkin saya panggil nama. Pak Ali itu pimpinan perusahaan." ujar Zara.

"Ya kalau kita lagi di luar kantor panggil nama aja, kamu bisa panggil pak kalau waktu di kantor aja.'' kata Ali.

"Emang nggak papa kalau panggil nama?" tanya Zara.

"Dulu kamu sering panggil aku kutu buku." kata Ali yang membuat Zara canggung.

"maaf buat waktu pak." kata Zara membuat Ali hanya mendengus kesal saja.

"Panggil aja Ali." kata Ali.

"I iya A...li...." ucap Zara dengan memalingkan wajahnya.

"Mau langsung aku antar pulang atau gimana Ra?" tanya Ali.

"Kamu bilang tadi suruh mampir ke rumah kamu dulu." kata Zara.

"Ya nggak nyuruh juga, cuman kalau kamu nggak sibuk bisa banget soalnya bunda bilang gitu." ujar Ali.

"Yaudah.''

"Yaudah apa?"

"Ke rumah kamu."

Ali hanya tersenyum saja dan kini mereka menuju ke rumah Ali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!