ZARA POV
Tak pernah terbayang dalam benakku jika akan secepat ini. aku juga tidak percaya jika ancaman Rizki tidaklah main-main. Harusnya aku tidak mengabaikan ancaman dari Rizki dan ini semua tidak akan pernah terjadi. Aku menangis terisak-isak sambil menunggu mas Adam pulang. nomornya tidak aktif membuatku benar-benar bingung harus bagaimana.
Pukul 10 malam aku masih berdiri di luar dan tetap menunggu mas Adam pulang, hingga akhirnya sorot lampu mobil mas Adam terlihat membuat ku lega.
"Mas Adam." panggilku tapi tidak di hiraukan olehnya. Aku tidak putus asa dan terus berusaha untuk menjelaskan semuanya. Tapi bukannya mendapatkan jawaban dari mas Adam, justru aku di dorong dengan kerasnya hingga terbentur tembok. mas Adam memakiku dengan kata-kata kasarnya
"Nggak sudi aku punya istri seperti kamu Zara!!! Kalau tau kamu sudah di tiduri pria lain, sumpah demi Allah aku nggak akan menikahi kamu!!"
Bagai di sambar petir mendengar perkataan mas Adam. hatiku benar-benar sangat sakit dan air mataku sudah tak bisa aku bendung lagi.
"Mas aku mohon tarik ucapan kamu barusan hiks." ucapku pada mas Adam yang membuat dia semakin marah dan menampar ku beberapa kali.
Walaupun sudah begitu aku tetap tidak akan mundur dan aku akan terus berusaha meyakinkan dan memberikan pengertian pada mas Adam. Aku tahu itu memang aib dan kesalahan ku, tapi bukankah semua manusia pernah melakukan kesalahan? akan aku katakan jika aku sudah berunah dan tidak pernah lagi aku melakukan hal sehina itu atau hanya sekedar mendekatinya dan aku berusaha keras untuk sampai di titik seperti sekarang dan itu tidaklah mudah.
"Nggak usah sentuh sentuh aku lagi, aku mengharamkan mu jika kau akan menyentuh ku!!! Aku tidak sudi!!!"
Hatiku benar-benar sangat sakit ketika suamiku mengucapkan kata-kata itu. Aku sudah memutuskan jika mas Adam adalah rumahku setelah aku menjalin hubungan dengannya sampai pada akhirnya kita menikah, aku dan dia akan berbagi segalanya berdua, tapi sekarang, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut seorang pria yang sudah aku anggap sebagai rumah benar-benar terasa sangat menyakitkan.
Aku hanya bisa menangis sambil memegangi dadaku yang sesak. Kenapa?? kenapa engkau sangat tidak adil padaku Yaallah, aku memang hamba mu yang tidak taat akan peraturan dan larangan mu, tapi bisakah kau tidak melakukan hal ini padaku, aku tidak tahu apakah aku akan kuat atau tidak. Cobaan yang engkau berikan sekarang sangat berat bagiku Yaallah.
"Untuk malam ini saja aku akan membiarkanmu tidur di rumah ini, tapi tidak di dalam, kau tidur di luar."
Aku menggedor-gedor pintu seraya terus memanggil manggil mas Adam, aku masih berharap jika mas Adam akan sedikit mengerti. Aku menangis dengan terduduk lemas di lantai. Entah pada siapa aku harus menceritakan semua yang aku alami. Aku punya engkau Yaallah, tapi kenapa? Kenapa kau membiarkan aku mengalami semua ini sendiri, tidak cukupkah kau terus memperlakukan aku seperti ini???
Aku menyalahkan takdir, aku menyalahkan diriku sendiri, aku menyalahkan semuanya. Kenapa semua ini terjadi padaku? Aku sudah berusaha menjadi hamba yang baik, tapi kenapa kau malah memberikan cobaan seperti ini lagi hiks...
Malam itu aku tetap berada di luar dan masih berharap jika mas Adam akan mengasihani ku sedikit saja. Dingin malam tak membuatku pindah dari sana, hingga akhirnya pagi telah tiba, aku menyipitkan mataku tak kala sinar matahari menyilaukan ku. Aku memandangi sekitar dan sudah tidak mendapati mobil mas Adam di halaman rumah. Aku bertanya-tanya apakah mas Adam pergi pagi-pagi buta sekali untuk menghindariku.
"Akkhhhh...."
Tiba-tiba saja aku merasakan pusing dan kemungkinan karena angin malam. Aku ingin masuk ke rumah tapi ternyata rumah sudah di kunci. apakah sebenci itu sekarang mas Adam denganku? Lagi-lagi air mata kembali membasahi pipiku. Aku bermaksud ingin menghampiri mas Adam ke kantornya, yaaa ada sedikit uang yang masih aku pegang, jadi aku bisa ke sana dengan uang ini.
"Mbak sakit ya? Kok wajahnya pucet?" aku menoleh tak kala supir taksi mengatakan hal itu.
"Eh enggak kok pak, tadi malam sedikit begadang aja jadi kaya gini." jawab dengan berbohong.
"Ohh saya kira mbaknya sakit. "
"Hehehe enggak kok pak."
Saat melihat wajahku sendiri melalui kaca cermin, memang benar wajahku terlihat agak pucat, aku menambahkan sedikit lipstik agar tidak terlihat pucat lagi. setelah sampai di kantor tempat mas Adam bekerja, aku langsung menemui resepsionis dan menanyakan dimana ruang kerja mas Adam. sejak aku masuk, aku sudah mendapatkan tatapan aneh dari para karyawan, mungkin karena kejadian kemarin dan mereka menganggap ku wanita murahan dan tidak benar.
"Itu pak Adam nya mbak.".
Aku langsung menghampiri mas Adam tapi ternyata aku malah di dorong dengan kasarnya dan jatuh ke lantai membuat beberapa karyawan langsung menolongku. Bahkan saat di muka umum seperti sekarang mas Adam tega memakiku. Rasanya benar-benar sangat sakit mendengarnya.
"Kau tidak pantas menjadi istriku." katanya di depan banyak orang.
"Mas, kita bicarakan baik-baik ya, aku tau kamu marah sama aku. "
"Nggak ada yang perlu di bicarakan lagi, semuanya sudah selesai. sudah selesai!!!"
"Nggak mas nggak. kamu nggak boleh ngomong kaya gitu. Kita bicarakan ini baik-baik ya."
"Bukankah sudah aku bilang jangan sentuh aku!!! Aku tidak sudi di sentuh oleh wanita murahan seperti kamu!!!"
Yaallah rasanya sangat sakit mendengar suamiku sendiri mengatakan itu padaku. Dadaku rasanya sesak, rasa malu ku terkalahkan dengan rasa sakit. Aku harus bagaimana yaallah, suamiku sendiri sudah tidak menginginkan aku lagi. bahkan ia menalak lagi aku di depan semua orang.
"Dengarkan aku baik-baik lagi Fatimah Az Zahra, Aku menalakkmu, AKU MENALAKKMU, disini, di hadapan semua orang kau bukan lagi istriku!! tidak ada yang perlu di bicarakan lagi, enyahlah dari hadapanku sekarang juga!!!"
Air mataku tak lagi bisa di bendung. Talak ketiga itu sudah mas Adam ucapan, aku bukan lagi istrinya menurut agama. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi, apa yang harus aku lakukan lagi untuk mempertahankan pernikahan ini? Mas Adam benar-benar sudah tidak menginginkan ku lagi.
"Mbak duduk, minum dulu ya." Resepsionis itu memberikan air minum dan menenangkan aku. Aku tahu bukan hanya dia saja yang iba padaku tapi semua orang yang melihat itu pasti mengasihani pada nasibku ini.
"Mbak tenang ya, mungkin suami mbak lagi banyak pikiran, jangan di masukan ke hati."
"Nggak papa mbak. makasih ya, saya pergi dulu."
Zara POV END
"Tega banget pak Adam ngomong gitu ke istrinya ya..."
"Sebenarnya ada apa sih? Bukannya mereka baru aja menikah ya?"
"Istrinya ternyata udah pernah begitupun sama pria lain dan pak Adam nggak terima. tapi kan itu masalalu, ku lihat istrinya sekarang baik kok."
"Yakan nggak semua orang bisa menerima masalalu yang kayak gitu Fi."
"Aku kasihan ngelihatnya. Kenapa nggak di bicarain langsung di rumah. kalau kayak gini kan istrinya malu, pak Adam juga secara nggak sengaja memperlihatkan bagaimana sikap aslinya ya kan."
"Waktunya kerja ya kerja jangan malah gibahin masalah orang lain. Kalian mau saya pecat??" sebuah suara berat membuat semuanya terkejut dan langsung balik bekerja.
"Maaf pak."
Ali hanya menghela nafasnya saja karena ia tahu apa yang tengah karyawannya bicarakan tadi. ia berjalan keluar kantor dan mendapati Zara yang tengah sesegukan sambil duduk tak jauh dari kantornya.
"Kamu nggak pantas dapat laki-laki seperti Adam Ra." sebuah suara membuat Zara menoleh.
"Pak Ali." ucap Zara dengan menghapus air matanya.
"Nggak usah di tangisi, kamu pantas dapat pria yang baik." ucap Ali dengan berusaha menenangkan Zara.
"Apakah menurut bapak, setelah semua orang tahu bagaimana aku di masalalu masih ada yang menginginkan aku? Aku rasa nggak ada pak." ucap Zara dengan menghapus air matanya.
"Di dunia ini laki-laki nggak cuman satu, banyak. dan aku yakin masih ada laki-laki yang menerima semua kekurangan kamu dan masalalu kamu." kata Ali.
"Aku nggak yakin pak. Aku bukan wanita baik-baik hiks." ucap Zara dengan sesegukan karena mengingat pernikahannya sudah hancur dalam waktu yang sangat singkat, padahal dia sudah membayangkan akan mempunyai anak dan hidup bahagia bersama suami yang ia cintai.
"Kamu nggak percaya sama rencana Allah Ra? Allah yang mengatur segala sesuatu untuk hambanya, tinggal menunggu waktu saja. Kamu yakin kan setelah badai pasti akan ada pelangi?" kata Ali tapi Zara hanya menggelengkan kepalanya saja
"Nggak pernah ada pelangi dalam hidupku pak, semuanya hanya badai, hanya cobaan yang bertubi-tubi Allah berikan padaku. mungkin karena aku melakukan kesalahan jadi Allah ingin menghukum ku lagi dengan cara ini." ucap Zara.
"Kamu hanya perlu jadi diri kamu sendiri yang sekarang. Nggak perlu menoleh ke belakang dan mengingatnya, kamu harus berjalan ke depan, buktikan ke suami kamu kalau kamu bisa jadi lebih baik lagi." kata Ali.
"Bukan suami ku lagi pak. Mas Adam sudah mengucapkan talak ketiganya." ucapnya dengan sesegukan membuat Ali terkejut bukan main.
"Kamu harus kuat Ra, aku tau kamu kuat kok." kata Ali dengan berusaha menenangkan Zara.
"Kalau kamu butuh apa-apa, jangan sungkan buat hubungi aku, sebisa mungkin aku pasti bakalan bantu kamu. Ini kartu namaku kalau kamu butuh bantuan tapi nggak tau mau minta tolong ke siapa. Aku masih ada urusan Ra, maaf ya aku pergi dulu." kata Ali dengan memberikan kartu namanya pada Zara kemudian berlalu pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Reny Ervina
Ali temen sekolahnya dulu sudah ada rasa dlm hati, tapi gak berani mengungkap kan nya, semoga saja Zara sadar akan hatinya Ali
2024-02-12
0