Sejak kemarin, Rey nampak tak tenang memikirkan bagaimana caranya untuk membujuk mamanya agar mau menepati janji awal agar menyerahkan perusahaan tanpa harus menunggu Ara hamil dulu karena hal itu tak mungkin akan pernah terjadi. Namun, seberapa keras ia berpikir, tak ada satupun cara yang ia temukan.
Ara yang keluar dari kamar mandi menyita perhatian Rey yang sejak tadi duduk tak tenang di tepi tempat tidurnya. Begitu melihat Ara, Rey seketika terpikirkan sesuatu, bergegas ia menghampiri istrinya itu.
"Ada apa?" Tanya Ara dengan ekspresi terkejut melihat Rey tiba-tiba saja berdiri dihadapannya, menghadang langkahnya.
"Sekarang coba kamu katakan, apa yang harus kamu lakukan agar pernikahan kontrak ini cepat berakhir?" Raut wajah Rey terlihat serius, tapi Ara justru dibuat bingung dengan ucapannya itu.
"Apalagi memangnya? Ya tunggu sampai perusahaan dialihkan atas namamu. Tapi kalau kamu mau mengakhiri pernikahan kontrak ini sekarang juga, ya gak masalah. Itu malah bagus." Kata Ara, lalu bergeser ke kiri dan melanjutkan kembali langkahnya menuju sofa.
"Tapi Mama hanya akan memberikan perusahaan padaku setelah mendengar kabar kehamilanmu." Ucapan Rey berhasil menghentikan langkah Ara.
"Itu tidak akan mungkin pernah terjadi! Jadi silahkan kamu pikirkan sendiri bagaimana solusinya." Ujar Ara tanpa membalikkan badannya.
"Ya kau benar, itu tidak akan mungkin pernah terjadi. Aku sama sekali tidak sudi memiliki keturunan dari wanita sepertimu."
Ara memejamkan mata mendengar kalimat yang secara tidak langsung menghina harga dirinya. Tapi itulah dirinya dimata Rey.
"Tapi kabar kehamilanmu tetap harus terdengar di dalam rumah ini." Ucap Rey lagi sembari mengayun langkah dan berhenti tepat dibelakang Ara.
"Jika kamu ingin segera terbebas dari pernikahan kontrak ini, maka buatlah pilihan untuk penyelesaiannya. Silahkan pilih, berpura-pura hamil atau benar-benar hamil dengan meminta salah satu pelangganmu untuk menghamilimu."
Dan lagi, Ara hanya dapat merapatkan erat kedua matanya dengan jantung yang terasa diremat mendengar kalimat yang teramat menjatuhkan harga dirinya, namun tidak mampu untuk ia bantah. Ingin sekali ia berteriak bahwa dirinya bukanlah wanita seperti itu, namun siapa yang akan percaya.
"Baik, tunggu saja hasilnya." Ujar Ara dengan nada yang terdengar sedikit bergetar, rapi Rey yang teramat senang karena Ara menyetujui salah satu usulannya tidak memperhatikan itu.
Ara lalu melanjutkan langkah menuju sofa, duduk dengan tubuh yang terasa bergetar dan tampak tidak nyaman. Melihat layar ponselnya menyala di atas meja ia segera menyambarnya, ada sebuah pesan masuk dari Sela temannya.
[Ra, jemput dong sekarang di Apartemen xxxxx? Lemes banget nih, gak bisa pulang sendiri. Gila tuh si om-om kuat banget sampai habis tenaga aku dibuatnya. Cepat ya Ra!]
Ara menghela nafasnya kemudian membalas pesan Sela, ia akan segera menjemput temannya itu. Ya, mungkin sebaiknya ia juga menemui temannya itu untuk berbagi keluh kesah.
Setelah pesannya terkirim, Ara lalu beranjak menuju lemari mengambil pakaian kemudian segera ke kamar mandi.
Hingga tak lama kemudian Ara keluar dari kamar mandi dengan telah berganti pakaian, ia lalu menghampiri Rey yang masih berada di tempat sebelumnya.
"Mau pergi?" Tebak Rey begitu Ara berdiri di hadapannya.
"Ya," jawab Ara singkat.
"Oh ya bagus, lebih cepat kau bertindak maka lebih cepat pula pernikahan kontrak ini berakhir." Rey yang mengira Ara akan pergi menemui pelanggannya terlihat begitu bersemangat, seakan istrinya itu akan pergi untuk menghadiri kontes dan berharap setelah istrinya itu pulang membawa kemenangan seperti yang dia inginkan.
Ara hanya diam tak menanggapi, setelah mengambil tas selempang dan memasukkan ponselnya ia pun bergegas pergi. Beruntung hingga mencapai pagar sampai ia benar-benar keluar dari rumah besar itu tak ada siapapun yang ia jumpai sehingga tidak perlu berbohong untuk yang kesekian kalinya bila ada yang bertanya hendak kemana ia pergi.
.
.
.
Sesampainya di apartemen yang disebutkan Sela. Ara bergegas mencari unit di mana temannya itu sedang menunggunya sekarang.
Sepanjang langkah melewati koridor ia mengabsen satu persatu unit yang dilaluinya, hingga pada satu pintu yang nampak sedikit terbuka semakin dekat ia mendengar suara percakapan laki-laki dan perempuan. Ia menghentikan langkahnya didepan pintu, bertepatan dengan itu suara seorang wanita kembali terdengar dari dalam unit tersebut.
"Brengsek, ini semua gara-gara kamu!"
Ara mencebikkan bibirnya mendengar suara gaduh dari dalam, sepertinya sepasang kekasih atau mungkin suami istri sedang bertengkar.
Setelah memperhatikan unit tersebut bukanlah unit milik pelanggan Sela, ia kembali mengayun langkahnya.
"Kalau bukan karena ancaman mu itu aku pasti sudah menikah dengan Rey dan tidak perlu menyuruhnya untuk menikahi Ara perempuan ****** itu agar tetap bisa mendapatkan perusahaan keluarganya."
Kembali terdengar suara dari dalam unit tersebut dan itu berhasil menghentikan langkah Ara, wanita itu dengan cepat berbalik ke hadapan pintu mendengar namanya dan Rey disebut. Siapakah yang berada didalam sana?
Merasa penasaran Ara memberanikan diri untuk mengintip, ia menyembulkan sedikit kepalanya dibalik pintu. Seketika Ara membekap mulutnya sendiri ketika melihat dengan jelas ternyata dia adalah Sherly kekasihnya Rey bersama seorang pria yang tidak bisa ia lihat wajahnya karena posisinya membelakangi pintu.
"Kenapa? Kau merasa terjebak dengan permainanmu sendiri, hum?" Laki-laki itu tertawa pelan kemudian menarik tubuh Sherly dan mendekapnya erat. "Dan aku mau kau menyelesaikan permainan mu itu sendiri sesegera mungkin!" Bisiknya tepat ditelinga Sherly. Ara yang menguping merasa penasaran dengan apa yang dibicarakan laki-laki itu karena tidak dapat mendengarnya.
"Dan kau adalah Boneka ku yang tidak akan bisa lepas dari genggamanku!"
Ara dengan cepat meninggalkan tempat itu ketika melihat laki-laki itu mencumbu bibir Sherly dengan cukup beringas. Ara berjalan cepat sambil mengusap-usap dadanya. Tidak menyangka, wanita yang selalu dipuja-puja oleh suaminya ternyata tidak sebaik yang ia kira. Sherly ternyata mempunyai laki-laki lain dibelakang Rey.
"Lihatlah Rey, kau selalu menghinaku tapi kekasihmu sendiri bahkan lebih hina." Ara tersenyum miring, sungguh malang suaminya itu telah ditipu oleh kekasih yang selalu dibangga-banggakan nya.
Setelah menemukan unit di mana Sela berada, Ara bergegas membawa temannya itu pergi dari apartemen tersebut. Ketika melewati unit milik Sherly ia menyunggingkan senyum kecut melihat pintu itu telah tertutup. Entah apa yang dilakukan kedua insan di dalam sana, dan Ara bahkan tidak ingin membayangkan hal itu. Namun melihat laki-laki itu mencumbu bibir Sherly, ia sudah dapat menebak apa yang tengah mereka lakukan di dalam sana. Hal yang selalu ia hindari meski bekerja di tempat hiburan malam.
Sesampainya di kontrakan Sela, Ara bahkan lebih dulu menjatuhkan dirinya ditempat tidur. Kasur yang tidak seberapa empuk itu tetap terasa nyaman, seakan semua beban terhempas dari tubuhnya.
"Sel, aku numpang tidur di sini ya. Sore aku pulang." Ujar Ara lalu memejamkan mata.
"Ya elah, aku yang habis melayani pelanggan sampai rasanya badanku remuk tapi kamu yang sepertinya kecapean banget. Habis di gempur juga sama suami...
"Enggak!" Potong Ara dengan cepat tanpa membuka mata. "Dan itu tidak akan pernah terjadi!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
saking kagetnya ara, G kepikiran merekam tuh sherly
2025-02-13
0
🍭ͪ ͩ🍀⃟🦌𝙼𝙾𝙼 𝚂𝚈𝙰𝙷𝚆𝙰
Yah bgtu lah ra suami mu kan emang laki-laki bodoh yg bisa dgn mudah dibodohi sama pacar nya
2024-04-14
1
mama galaau
sontoloyo nih Rey.. istri sendiri disuruh jual diri
2024-04-09
1