Kebahagiaan Istri Yang Disia Sia Kan
Aku tersandung kaki meja saat berlari menghampiri suami ku yang akan berangkat kerja. sedari tadi mas Dion sudah berteriak memanggil ku.
"Bunga,,, Bunga,,," suara mas Dion menggelegar memanggil ku.
"aduh,, " kaki ku berdenyut akibat terjatuh.
"iya mas, tunggu." aku berdiri sedikit berlari menghampiri mas Dion. ku abaikan kaki ku yang sakit akibat terjatuh tadi.
"kamu ngapain sih lama sekali...?" serunya dengan marah.
"maaf mas aku tadi lagi di kamar mandi." aku mencoba menjelaskan agar mas Dion mengerti.
"dasar istri sialan, ta berguna. dimana sepatu ku." dengan nada yang sama dan sumpah serapah nya yang sering aku dengar.
"ini mas," aku mengambil sepatu yang mas Dion maksud dan menyerah kan nya.
Padahal sepatu itu ada di tempat biasa. Seperti biasa mas Dion sengaja untuk mencari cari kesalahan ku. seperti ini lah sifat mas Dion terhadap ku. dimata nya aku selalu salah tidak ada benar nya.
Setelah selesai aku pun mencium tangan nya dan tanpa ada kata apapun ia berlalu. entah sampai kapan seperti ini. aku hanya bisa menghela nafas panjang untuk menghilangkan sesak di dalam dada.
aku pun menutup pintu dan kembali mengerjakan tugas rumah sebagai mana seorang istri.
Nama ku Bunga Lestari. aku menikah dengan mas Dion saat usia ku 25 tahun. kami sudah 2 tahun menjalani rumah tangga. setahun pertama perlakuan mas Dion sangat manis seperti mana suami yang aku idam idam kan. hanya saja setelah menjajaki 2 tahun usia pernikahan kami ia mulai berubah. entah karna apa aku juga tidak tau. karna aku jarang berteman hanya di rumah saja, keluar hanya beli sayur atau keperluan rumah saja. bahkan aku jarang sekali mengunjungi orang tua ku. mas Dion selalu saja ada alasan agar kami tidak berkunjung ke rumah orang tua ku. Mungkin perubahan mas Dion ada hubungn nya dengan kehadiran seorang anak yang ia idam idam kan. hanya saja aku belum di berikan kepercayaan oleh maha kuasa untuk mengandung. aku masih memaklumi nya. kami pun pernah memeriksakan kondisi ku dan hasil nya baik baik saja. semoga suatu saat yang maha kuasa memberikan momongan yang selama ini kami tunggu.
Setelah selesai beberes, aku pun membersihkan diri.
"segar sekali," gumam ku setelah mandi.
Aku pun keluar untuk membeli sayur. dengan sisa uang yang ada ku rasa masih cukup untuk membeli keperluan kami.
"assalamu'alaikum ibu ibu." sapa ku kepada ibu ibu yang sudah berkumpul sedari tadi.
"Waalaikumsalam Bunga, beli sayur juga ?'' tanya bu Ida sambil tersenyum.
"iya bu." jawab ku singkat sambil tersenyum.
Mereka saling menggosip aku hanya memilih sayur sayuran yang akan aku beli. karna aku tidak tertarik ikut nimbrung dengan gosip mereka. aku mengambil jagung,tahu,bayam,dan ikan asin.
"mang berapa semuanya ?" tanya ku kepada mang Ujang. mang Ujang nama penjual sayur gerobak keliling yang sudah jadi langganan ibu ibu disini.
"semuanya 18 ribu neng" jawab mang Ujang.
Aku pun menyerahkan uang 20 ribu pada nya.
"ini mang uang nya !" ucap ku lagi.
mang Ujang pun menyerah kan uang 2 ribu kembalian nya.
"terimakasih mang."
"sama sama neng" ucap nya.
"Bunga duluan ibu ibu." aku pun pamit pada ibu ibu yang lagi asik menggosip.
''ah,, ia neng." jawab bu Ida sambil tersenyum.
Sesampai nya di rumah aku pun memasukkan semua belanjaan ku kedalam kulkas agar tetap segar.
...****************...
Sore hari nya aku sudah selesai memasak dan duduk di depan teras menunggu kepulangan mas Dion. ta berapa lama deru sepeda motor mas Dion terdengar memasuki pekarangan rumah.
" Assalamualaikum mas." aku mencium tangan mas Dion dan mengambil tas bawaan nya.
Setelah menaruh tas di meja kerja nya. aku pun langsung menyiapkan handuk dan menaruh baju ganti di atas kasur. setelah itu berlalu menuju dapur untuk membuatkan kopi. dan menyiapkan makan untuk kami. walaupun perlakuan mas Dion berubah aku masih berusaha menjadi istri yang taat. dan ada terselip harapan semoga mas Dion berubah seperti dulu.
Ku lihat mas Dion keluar dari kamar. ia sudah nampak segar. dan duduk di meja makan. tanpa ada kata apapun dari nya aku tetap menyiapkan kan makan untuk nya. setelah selesai mas Dion duduk di ruang tamu. aku menghampirinya sambil membawakan kopi nya.
"ini kopi nya mas,!"
"hemm,, " ia berdehem
"gimana hari ini kerjaan nya lancar." aku berusaha mengajak nya berbicara walau rasa nya ada kecanggungan. yang aku rasakan.
"bisa ga kamu diam, aku lagi cape." jawab nya dengan amarah di wajah nya. aku pun terdiam.
bertepatan dengan kumandang adzan isya. aku pun beranjak dari duduk ku.
"aku ke kamar dulu mas," tutur ku yang tidak ada respon sedikit pun dari mas Dion. ia hanya asyik dengan gawai nya saja.
"setidak nya hargai aku mas, jangan di abai kan seperti ini. bukan ini yang aku mau." gumam ku dalam hati. ada rasa sesak di dalam dada ini.
setelah selesai sholat aku tetap di dalam kamar hingga jam 11 malam mas Dion tidak masuk ke kamar. aku pun keluar untuk melihat nya. ku lihat mas Dion masih asik dengan gawai nya. entah berbalas pesan dengan siapa. baru malam ini yang seperti ini. biasa nya masih ada percakapan di antara kami walau hanya sekedar nya.
"mungkin urusan pekerjaan." pikir ku. aku tidak mau membahas masalah yang akan memperkeruh suasana. aku memilih diam dan berpikiran positif. aku pun kembali ke kamar untuk beristirahat. tapi mata ini enggan untuk terpejam. sudah jam 12 malam mas Dion belum aja masuk kekamar. hingga akhir nya aku tertidur.
...****************...
Tepat jam 05.00 aku terbangun. aku melihat mas Dion sudah ada di samping ku. entah jam berapa ia memasuki kamar. aku pun beranjak dari kasur untuk membersihkan diri dan sholat subuh. setelah itu menyiapkan makan untuk mas Dion. hingga jam 06.50 aku berkutat di dapur.
"akhir nya selesai juga." ucap ku dengan pelan.
Bergegas aku ke kamar untuk membangun kan mas Dion.
"mas,, mas,, bangun. nanti telat." aku berbisik di telinga nya dan sedikit menggoyangkan tubuh nya.
"Emm,,," ia menggeliat.
"mas,, bangun." ucap ku lagi.
"iya cerewet banget sih." ia sedikit berteriak dan langsung duduk. mata nya nyalang menatap ku. ada ketidak sukaan terhadap ku.
"astagfirullah" ucap ku reflek karna terkejut karna mas Dion menepis tangan ku sebelum duduk. dada ku terasa sesak. walau perlakuan ini sudah sering aku dpat kan. tapi tetap saja setiap kali ia berucap kasar dada ini sakit.
aku pun menyiapkan handuk dan pakaian kerja nya. mas Dion beranjak ke kamar mandi. aku pun ke dapur.
mas Dion menghampiri ku dan duduk. sedikit pun ia tidak melirik atau memandang ku. ini hal yang sudah tidak biasa. ia makan dengan hening.
"mas, uang belanja sisa 2 ribu.", akhir nya aku memecah keheningan. memberanikan diri untuk meminta uang belanja.
tanpa menjawab ia pun meraih dompet. dan meletakkan uang 20 ribu itu. aku pun tidak perotes. dan mengambil uang yang ia letak kan di dekat piring ku.
"terimakasih mas" ucap ku pada nya. ia tetap tidak merespon nya.
Hingga keberangkatan nya tanpa ada kata apa pun. selalu seperti ini.
Di tempat mang Ujang aku membeli sayuran.
"tumben mang ibu ibu ga ada.?" tanya ku yang heran karna ibu ibu biasanya sudah berkerumun di sini.
"ia neng. mang Ujang juga kurang tau." imbuh nya.
setelah membeli beberapa sayuran aku pun pulang ke rumah. aku tidak terlalu perduli dengan urusan ibu ibu itu.
" aku kangen ayah dan ibu. nanti aku ijin sama mas Dion untuk pulang'' gumam ku sendiri sambil menyiram bunga di halaman rumah.
...****************...
Malam nya setelah kami makan aku berencana untuk meminta ijin pada mas Dion untuk pulang karna kangen sama ke dua orang tua ku.
"semoga saja tidak ada penolak, aku ingin istrahat sebentar dari sakit hati ku." gumam ku dalam hati. semoga pas aku kembali lagi ke rumah ini ia akan berubah. sengaja aku tidak mengajak nya.
"maaf mas, Bunga mau ngomong sesuatu boleh. " ijin ku agar tidak dapat cacian laki dari mas Dion.
ia seperti biasa memainkan gawai nya. dan sekilas melirik ke arah ku.
"katakan..!"
"Bunga ingin menjenguk ayah dan ibu. boleh, hanya beberapa hari. tapi kalo tidak boleh Bunga tidak memaksa mas." ucapku penuh harapan agar di ijin kan.
"boleh, hanya satu minggu. setelah nya kamu harus pulang. aku ga bisa ikut. kerjaan ku masih menumpuk." jawab nya.
"terimakasih mas, besok aku berangkat jam 9 an ga papa kan.
" emm,," ia hanya berdehem menjawab pernyataan ku.
setelah itu aku menuju kamar. rasa nya ingin berjingkrak jingkrak saking senang nya. tapi kan ga mungkin aku melakukan nya.
"tapi tumben langsung mengijinkan dan waktu nya lumayan lama. ah,, sudah lah. aku tidak sabar ingin ketemu ayah sama mama." gumam ku dalam hati.
Waktu menunjukkan jam 09.30. ku lihat mas Dion memasuki kamar.
"ini uang untuk besok." ia manyarah kan uang 3 lembar 50 ribuan. aku pun menerima nya.
"trimakasih mas. mas nanti nyusul kan." aku berharap ia bisa menjemput ku.
"tidak janji," ia pun berlalu ke luar kamar setelah menjawab pertanyaan ku.
Ada rasa sedih yang melanda hati ini. setiap mas Dion pergi bekerja aku selalu menantinya pulang tapi saat mas Dion di rumah hati ku selalu di buat sakit. aku pun merebahkan diri untuk tidur tidak sabar rasa nya.
Entah sudah berapa hari atau minggu mas Dion tidak bisa lagi menyentuh ku. ada rasa rindu yang melanda hati ini. ku buang jauh jauh pemikiran yang membuatku sakit. pokok nya malam ini aku harus tidur dengan tenang agar besok bisa kerumah orng tua ku.
Ta berapa lama mas Dion masuk dan menaiki kasur. aku pun pura pura terlelap. ia memeluk ku. ada rasa hangat menjalar di tubuh ku. jujur aku rindu sentuhan sentuhan mas Dion.
"Bunga, kamu sudah tidur ?" Mas Dion berbisik di telinga ku yang membuat aku geli dan bulu bulu ku meremang.
"emm,," aku pura pura menggeliat dan menghadap ke mas Dion. malam ini aku sengaja memakai baju tidur yang terbuka. memamerkan sebagian tubuh ku selimut hanya menutupi sebatas pinggang ku. terasa di bokong ku ada yang mengganjal.
"Bunga,," mas Dion memanggil nama ku.
"emm,, ia mas" aku melihat sorot mata nya meredup ada hasrat di dalam nya.
Tanpa bertanya mas Dion langsung menyerang ku. dengan sentuhan sentuhan yang selama ini aku rindukan. setelah pergulatan selesai mas Dion langsung tertidur.
Tidak ada kecupan atau kata kata seperti sebelum nya. tapi aku berfikir mungkin mas Dion sngat lelah. aku pun bangkit mengambil baju dan menuju kamar mandi.
Aku memandangi diriku di dalam cermin . melihat bekas merah yang di tinggal kan mas Dion. aku sangat bahagia mas Dion masih menyentuh ku. tapi tetap ada yang mengganjal di hati ini entah apa aku pun bingung.
" ini kan yang aku ingin kan, tapi kenapa hati ini masih sakit. " gumam ku dalam hati. saking lama nya kami tidak melakukan nya ada robekan kecil di **** ***** ku yang serasa perih.
setelah selesai aku pun keluar melihat mas Dion yang sudah terlelap dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. ku pandangi mas Dion ada pertanyaan yang muncul di pikiran ku.
"mas kamu memang milikku tapi kenapa aku sulit untuk menggapai nya. rasa nya kamu bukan seutuh nya milik ku." aku menggelengkan kepala ku untuk membuang pikiran yang tidak sehat.
ku selimuti tubuh mas Dion ku kecup kening nya dan aku pun berbaring di samping nya.
"terimakasih mas, tolong yakin kan aku bahwa kau punyaku seutuh nya." entah apa yang aku maksud sari ucapan ku tapi itu lah yang keluar dari mulut ku.
",,,,dah,," lirih mas Dion hampir tidak terdengar oleh ku. aku pun mengernyitkan kening ku.
"kenapa mas,," aku berharap ia mengulangi kata yang ia ucap kan tadi.
"hemmm,, " hanya itu jawaban yang aku dapat kan. mungkin aku salh dengar tadi. aku pun perlahan memejamkan kan mata hingga terlelap.
...****************...
Keringat membasahi tubuh ku. aku mimpi buruk. dalam mimpiku mas Dion dan aku berjalan bergandengan tangan. entah di mana yang aku lihat hanya putih. tapi tiba tiba ada seorang wanita menarik paksa tangan mas Dion. aku pun berusaha mengeratkan genggaman ku pada tangan mas Dion. Sekuat tenaga hingga akhir nya tangan mas Dion terlepas dari tangan ku. mas Dion di bawa oleh wanita yang tidak kelihatan jelas wajah nya. Aku berteriak memanggil nya tapi mas Dion tidak menoleh. aku berlari mengejar nya tapi langkah ku seakan lambat. hingga mas Dion dan wanita itu terlihat jauh. aku lemas dan terduduk hanya bisa menangis.
"Astagfirullah. semoga ini hanya mimpi." nafas ku masih memburu. ku lihat mas Dion masih terlelap di samping ku. aku pun menyibak selimut yang menutupi ku. ku lirik jam dinding sudah waktu nya sholat subuh. aku beranjak dari kasur untuk membersihkan diri.
Mas Dion sudah siap dengan pakaian kantor nya. ia menuju meja makan dan duduk. tidak ada suara seperti biasa nya. aku kira setelah malam tadi kami berbagi keringat mas Dion akan berubah. nyata nya tidak. aku hanya menghela nafas. aku pikir ia banyak masalah dalam kerjaan nya jadi aku pun tidak terlalu menggubris nya.
"maaf mas untuk satu minggu ini Bunga tidak bisa melayani keperluan mas." aku mencoba membuka suara memecah keheningan.
"ya, satu Minggu. setelah itu pulang tidak ada tawaran hari lagi. kalo tidak kamu akan tau akibat nya." ucap nya sarkas.
aku pun mengangguk. menyetujui ucapan nya. setelah selesai ia pun berangkat kerja. seperti biasa aku mencium tangan mas Dion dan tidak ada kata kata lagi. aku masih berdiri di teras rumah untuk melihat kepergian nya hingga mas Dion tidak terlihat lagi di ujung persimpangan jalan. aku pun masuk ke dalam rumah untuk bersiap siap ke rumah orang tua ku.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 293 Episodes
Comments
Lina Syah
salken Thor 🖐️🖐️
2023-12-14
2
Anonymous
baru mampir'ini ya Thor 💪💪💪
2023-10-21
2
Uthie
Suka lohhh cerita nya 👍👍👍👍👍👍
2023-10-20
1