Matahari belum sepenuhnya memunculkan jati diri, tetapi Maya sudah lebih dulu membuka mata. Karena mungkin, hari ini akan menjadi hari yang sibuk untuk karyawan seperti dirinya. Wanita itu menghembuskan nafas jengah, saat netranya menatap penuh pantulan diri dari cermin yang menyatu dengan lemari kayu di hadapannya.
Perlahan ia bangkit dari ranjang dan bergegas masuk kedalam kamar mandi, yang terletak pada bagian paling belakang rumahnya. Tak perlu waktu lama, wanita itu sudah kembali dengan setelan baju kerja yang biasa ia kenakan. Setelah dirasa cukup, Maya segera beranjak untuk mencari angkutan umum yang biasa ditumpanginya.
Hari ini adalah hari dimana perusahaan tempatnya bekerja akan menjadi tuan rumah untuk sebuah perkumpulan proyek besar, dan ia ditugaskan untuk membantu para cleaning service mempersiapkan semua keperluan, agar tidak mengecewakan nantinya.
Hampir satu jam berada di dalam angkutan umum, akhirnya Maya sampai juga di tempat tujuannya. Ia langsung lari terbirit-birit saat melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya hampir menyentuh angka 7, dan ia langsung menempelkan kartu absensi pada mesin yang ada di bagian resepsionis.
"Huft! Untung tepat waktu!"
"Baru berangkat lo? Sini cepet, bantuin gue!" Ujar seorang wanita lain, yang tengah kewalahan membawa beberapa berkas di tangannya. Maya yang mengerti, segera mengangguk dan mengambil alih beberapa dokumen besar dari tangan Nadira ( rekan kerjanya).
"Ini gue langsung ke atas?" tanya Maya memastikan, agar tidak salah nantinya. Nadira pun mengangguk memberi jawaban.
"Oh iya, ntar kalau udah selesai, lo langsung temuin gue di ruang fotocopy! Sibuk banget kita hari ini!" sambung Nadira yang kepalang pusing, memikirkan pekerjaannya yang sangat amat menumpuk.
Sedangkan Maya hanya mengedikan bahu sebagai jawaban, lantas wanita itu, segera berlari menaiki tangga untuk menuju lantai 5. Kenapa dia tidak menaiki lift saja? Ya karena peraturan di perusahaan ini lift karyawan hanya boleh beroperasi mulai pukul 8, sebelum jam itu semua yang berkepentingan harus rela naik tangga darurat.
Akhirnya gadis itu sampai juga pada tempat tujuannya, pintu dihadapannya masih terbuka lebar, tanpa permisi ia langsung masuk begitu saja. Di dalam sana, sudah banyak karyawan lain yang jabatannya sama dengan Maya, juga ada beberapa cleaning service yang tengah sibuk membersihkan ruangan.
Setelah meletakkan berkas yang ia bawa pada tempatnya, gadis itu bergerak mendekat pada meja panjang yang ada di tengah ruangan, merasa penasaran dengan nama-nama yang tertera di sana.
Matanya menelisik, membaca satu persatu nama itu, hingga tepat di barisan paling depan, seketika pupil matanya membesar, disertai garis yang muncul diantara alisnya. Ia menyelipkan rambut panjang ke belakang telinga, memastikan bahwa mulutnya tidak salah membaca.
"Raffi Delacroix…" lirihnya kembali mengeja tulisan itu.
"Kenapa muka lo gitu banget?"
Maya terlonjak kaget, saat tiba-tiba seorang laki-laki menepuk pundaknya, dia adalah Haris, salah satu rekan kerja yang paling dekat dengannya.
"E-eh anu, nggak, nggak papa" jawabnya gelagapan, "kayak nggak asing aja gitu sama nama ini!" sambung Maya, tangannya bergerak mengangkat kertas dari atas meja. Membuat haris berdecak dengan tawa yang mengudara.
"Maya … Maya, aneh banget lo. Siapa juga yang bakal ngrasa asing sama seorang direktur muda yang namanya tengah jadi trending topik di semua media."
Oke, Maya paham sekarang, tak lagi memperdulikan keberadaan Haris, wanita itu menyeringai, menatap tulisan itu dengan tatapan licik. Hingga suara seorang menginterupsi namanya untuk segera melakukan pekerjaannya.
Sesuai perintah Nadira, Maya kembali bergegas cepat menemui wanita itu, yang ternyata memang sudah menunggunya.
"Kemana aja sih lo? " ketus wanita itu, "Nih, sekarang bagian lo, bawa ke ruangan Pak HRD!"
Tak ingin semakin membuat wanita itu emosi, dengan berat hati Maya kembali berjalan dengan beberapa lembar fotocopy-an yang kelewat tebal di tangannya.
Namun, ditengah perjalanan, mata Maya berhasil menangkap siluet seseorang, dan memutuskan untuk mengikutinya. Hingga langkah mereka mereka masuk ke dalam lift yang dikhususkan untuk kalangan HRD, maupun orang-orang penting lainnya.
Saat Maya hendak ikut masuk, langkahnya harus berhenti tepat saat wanita yang bersama pria itu, menginterupsi, ia sedikit mendongak guna menatap wanita, yang ternyata juga tengah menatapnya heran.
"Ngapain kamu disini? Kamu nggak tahu, kalau ini lift kusus buat para petinggi perusahaan?"
Maya yang awalnya masih setengah menunduk, mencoba memberanikan diri menatap wanita yang tengah berbicara kepadanya. Dengan wajah polosnya ia menggeleng pelan. "M-maaf bu, saya tidak tahu."
"Kamu karyawan di perusahaan ini bukan?"
Maya kembali mengangguk.
"Lalu, kenapa kamu bisa tidak tahu peraturan disini! Pergi sana, lewat lift lain!"
Maya menurut saja, gadis itu berbalik badan, tetapi saat kakinya melangkah, suara lain dari arah belakang berhasil menahan langkahnya.
"Masuk aja! Kamu pasti lagi buru-buru."
Maya kembali menoleh dengan senyuman tipis yang dibiarkan mengembang, tanpa pikir panjang wanita itu kembali masuk ke dalam lift, tak memperdulikan sosok wanita yang tengah menatapnya sinis.
Dalam hati kecil Maya, ia tengah bersorak ria, rencanya tidak sia-sia. Bahkan gadis itu mencoba mengulum senyum saat menyadari seorang Raffi Delacroix mencoba mencuri padang kepadnya melalui ekor mata.
Hingga lift terbuka, Maya segera keluar, ia sedikit membungkukkan badan, sebagai tanda hormat. "Maaf jika saya merepotkan kalian. Sekali lagi terima kasih."
Lift kembali tertutup, membiarkan Raffi berdua bersama sekretarisnya. Wanita itu tampak bersedekap dada dengan raut tidak bersahabat.
"Maaf pak, seharusnya anda tidak melakukan hal seperti tadi," celetuknya menatap Raffi. Raffi sendiri segera menoleh menatap sekertaris pribadi yang dipilihkan oleh orang tuanya itu.
"Kamu nggak lihat, tadi dia sedang buru-buru!"
"Tapi kan pak, kita jadi telat sekarang!" sanggah wanita yang diketahui bernama Lady, mencoba membela diri.
Raffi membuang muka, lantaw matanya bergerak menatap gelang jam bermerk Rolex yang melingkar gagah di tangan kekarnya, sebelum kembali menatap Lady dengan datar.
"Kita masih punya waktu 20 menit."
"Dan karyawan tadi, bisa saja dipecat karena telat sedetik saja, apa kamu tidak memikirkan hal itu? Dimana hati nurani kamu?"
****
Hufft…
Entah sudah berapa kali, wanita bersurai pajang dengan sedikit gelombang dibagian bawah yang dibiarkan terurai itu menghembuskan nafas lega.
Perlahan ia menutup kedua kelopak mata, membiarkan hembusan angin menerpa wajah cantiknya. Mencoba menikmati kesejukan alam dari atas gedung yang menjulang tinggi. Di Bawah sana lampu jalan terlihat lebih gemerlap dan indah dari atas sini, membuat mata Maya kembali segar, setelah seharian penuh bergulat dengan pekerjaan yang tiada habisnya.
Hingga suara deheman dari arah belakang, berhasil merebut atensinya. Wanita itu menoleh dengan raut kaget, saat netranya berhasil menatap seorang tengah berjalan ke arahnya.
"Maaf, jika kedatangan saya membuat anda terganggu." gumam pria berjas warna abu-abu yang terlihat mewah, yang tiba-tiba berdiri di samping Maya.
Maya menggeleng. "Oh, tidak masalah Pak. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dibuat selembut mungkin.
Bukannya menjawab, Pria itu justru turut melontarkan pertanyaan. "Kamu tahu saya?"
Pertanyaan itu membuat dahi Maya menyerngit, Ia menatap Pria di hadapannya dengan tatapan penuh tanya.
"Maksud Anda?"
Pria itu kembali mengulangi ucapannya. "Apa kamu tahu, siapa saya?"
Ah iya, Maya mengerti sekarang. Ia memilih untuk mengangguk sebagai jawaban. "Tentu saya tau, lagi pula siapa yang tidak mengenal seorang Direktur utama di perusahaan besar, yang bahkan cabangnya tersebar hampir di seluruh Indonesia."
"Tidak usah berlebihan!" ujar pria itu, dengan kembali memfokuskan padangannya ke arah depan.
Setelah selesai menghadiri rapat penting untuk menyetujui kerja sama antar dua perusahaan. Raffi yang memang lebih senang menikmati kesendirian, memutuskan untuk pergi ke atas rooftop, yang ternyata ia menemukan seorang wanita juga tengah berada di sana, sebelem akhirnya memutuskan untuk menghampirinya.
Maya tak menggubris, wanita itu turut memfokuskan pandangannya ke depan. Hingga pria disampingnya kembali membuka suara.
"Apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"
Maya kembali menatap lawan bicaranya, tentu mereka pernah bertemu bahkan tidak hanya sekali. Tapi gadis itu memilih untuk diam, layaknya mengingat sesuatu yang pernah terjadi, hingga sebuah decakan keluar dari mulutnya.
"Maaf pak! Tapi saya tidak mengingatnya."
Dengan memasukan kedua tangan kedalam saku celana, Raffi mengulum senyum dari bibir indah yang terpatri di wajahnya. Tentu saja ia sangat ingat, jika wanita yang saat ini berada di sampingnya adalah wanita yang selalu dilihatnya belakangan ini, entah itu memang kebetulan atau bagaimana, yang jelas ia tidak akan lupa itu.
"Di sebuah resto, di halte, di museum, dan beberapa tempat lainnya, selama 15 hari kebelakang," perjelas pria itu, tetapi wajahnya terlihat datar tanpa ekspresi.
Maya turut mengembangkan senyum di wajah cantiknya, seperti menemukan sebuah memori kecil yang sempat menghilang. "Iya, saya memang berada disana beberapa hari lalu, tapi saya rasa, saya tidak melihat Anda."
"Apakah kamu suka seni?" Raffi kembali mengutarakan pertanyaan, layaknya sebuah penyelidik yang tengah menjalankan tugas.
Maya mengangguk, " tentu, bagi saya melihat segala jenis kesenian adalah healling terbaik."
Pria itu kembali menganggukan kepalanya, tetapi kali ini disertai dengan sedikit senyuman. "Oke, saya paham!"
"Jadi perkenalkan…"
Maya mengangkat kedua alis, saat tiba-tiba tangan kekar itu terulur ke arahnya, dan dengan sedikit ragu Maya tetap menerimanya, guna menyatukan dua tangan untuk saling menggenggam.
"Saya … Raffi delacroix" sambung pria itu, dengan tutur kata yang lembut, juga wajah yang sedikit melunak.
Maya sendiri, dengan cepat mengangkat dagunya, menatap Raffi mantap.
"Dan saya, Maya gralind."
Jangan Lupa tinggalin jejak kalian:)
*****
Hai ... Hai ... Hai. Sebelum lanjut mampir dulu nih ke cerita horor, dijamin gak nyesel bacanya, terutama bagi kalian para penyuka genre horor🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments