Seberkas Cahaya Sang Sajadah

Seberkas Cahaya Sang Sajadah

Eps. 1

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Siti Sajadah Khumairah bagaikan sekuntum bunga mawar yang mekar di pagi hari! Senyuman ceria laksana sang mentari yang menyingsing! Sangat indah dan menawan bukan! Ya itulah ibarat dirinya wanita yang dengan nama melekat saja panggilannya. Memiliki rupa wajah anggun namun juga sederhana. Karena kesederhanaanya itulah ia adalah sosok yang dikagumi.

Saja! Ia salah satu mahasiswa universitas fakultas SI kedokteran di ibu kota besar salah satu provinsi di Indonesia!! Ia telah menempuh pendidikan selama beberapa tahun dan ia telah menjalani 6 semester sebentar lagi memasuki semester tujuh, lebih tepatnya tingkat akhir yang di mana merupakan puncak awal kelulusannya.

Hari ini ia pulang untuk melanjutkan penelitiannya sebagai syarat kelulusan yang tepat sudah ia rancang sebelumnya di kota kelahirannya sendiri. Bukan tanpa sebab memiliki tempat tinggalnya sendiri guna untuk bertemu orang tuanya sebab ia jarang pulang mengharuskannya jadwal perkuliahannya yang semakin padat. Mungkin jika di hitung dalam setahun hanya satu dua kali bertemu, karena ia harus mengejar makul yang padat dan juga tugas-tugas kuliahnya, di samping ini ia sedang mengejar skripsinya agar cepat tuntas, ia tak ingin berlama-lama, karena penelitian yang ia lakukan tempatnya di kota kelahirannya maka ia memiliki kesempatan untuk pulang. Dan lagian jarak tempat perkuliahannya dengan kota nya sendiri memakan waktu sekitar 8 jam perjalanan dan itu sangat melelahkan.

Sudah sejak tadi ia di dalam mobil angkutan, terasa sesak dan gerah, di tambah lagi cuaca sangat cerah hingga membuat nya semakin panas. Bukan cuma itu saja tidak sendirian ia beberapa orang di dalam mobil itu. Mobil itu terus melaju, ia memilih memainkan hp nya untuk menghilangkan rasa penat. Tidak terasa waktu terus berjalan hingga menghampiri Sore hari, kini ia hanya berdua dengan pak sopir. Karena sejak tadi para tumpangan lainnya telah turun. Sesekali ia memejamkan matanya.

"Neng! sudah sampai!' ujar bapak itu setelah menghentikan mobilnya dan menoleh ke arah belakang. Refleks saja terbangun dan segera turun.

Wanita muda itu telah mengarungi turun dari sebuah mobil yang bertuliskan taksi mengeluarkan sebuah tas berisi pakaian! Sembari menyelipkan masuk sebuah ongkos, sambil tersenyum dan mengangguk ke arah pak sopir.

Senyum cerah nampak di wajahnya saat ia melangkahkan kakinya membawa tasnya di tangan! Saja nampak seperti wanita karir dengan balutan pakaian kemeja putih pucat dan celana panjang tak lupa pula penutup yang menutup auratnya sangat sempurna! Wanita idaman para kaum hawa. Sungguh wanita saja jika melihatnya akan mengagumi nya, bukan cuma kecantikannya namun dapat dilihat jika wanita itu wanita baik-baik dengan wajah teduh cerah.

Dengan langkah tegas sembari memejamkan matanya dan menghela nafasnya , hah! Helainya sangat panjang, tersenyum sangat nyaman dan hangat menghirup udara di kotanya yang sangat asri nan indah banyak tetumbuhan lebat yang tumbuh, dan itu melambangkan kota yang damai dan sejuk, sudah sangat lama ia merindukan kota kelahirannya ini. Bukan cuma itu, hatinya saat ini terasa bahagia ya sangat bahagia. Meski hanya kota kecil namun ini adalah tempat ternyaman baginya, di mana ia tumbuh besar dengan nama yang indah.

Di sisi lain di kota yang sama tempat kaki saja yang berpijak, sepasang insan paruh baya sedang duduk menikmati hidangan minuman dengan bahagia di teras rumahnya. Menyesap teh hangat dan juga ditemani kudapan ringan sangat cocok dengan cuaca dingin sangat mendukung di sore hari ini.

Rumah yang begitu asri dan sejuk dapat lihat pepohonan yang tumbuh hijaunya samping rumah dan juga rumput hijau segar di tanah, tumbuh tanpa malu-malu dan juga binatang kecil dengan sayap terbang ke mana-mana untuk menyesap saripati manis. Kedua orang tua itu bangkit dari kursi kayunya setelah menaruh cangkir teh nya di meja. Dan melangkah maju! Sepertinya ia melihat seseorang yang menuju ke arahnya dengan senyum ceria. Umi itu menatap suaminya begitu pun sang suami. Mereka sama-sama saling menatap meminta jawaban.

Sajadah sudah berada di lingkungan rumahnya, berpijak di atas rumput hijau yang tumbuh subur. 20 langkah ia melihat kedua orang terkasih nya, cintanya menatap penuh kebingungan dan tanya. Akhirnya sekian lama ia bisa pulang dan menatap kedua orang tuanya dengan sehat, hatinya merasa lega dan bahagia.

"Kejutan!"Teriaknya merentangkan sambil tersenyum saat sudah sampai di depan Abi uminya yang diam memperhatikan dirinya sedari tadi dengan bingung.

"Anak tidak sopan! Kamu mencari siapa" kesal umi itu menatap saja dari arah bawah hingga ke atas, ia menganggap nya tak sopan, pasalnya mereka sama sekali tak kenal tapi seperti akrab padanya dan sedikit berteriak padanya, begitu pikirnya.

"Assalamualaikum Abi umi!" Saja maju sedikit mengambil tangannya dan menyalami secara bergantian. Senyum cerah belum juga reda sembari menatap keduanya.

"Dari mana asal mu?" ujar uminya saat setelah saja menyudahi aktifitasnya barusan, umi itu menatap tak suka telah menganggu ketenangan nya, bahkan menyentuh tangan suaminya. Sangat jelas di matanya ia marah. Tak lupa juga ia merasa cemas tak wajar.

"Abi!!" cicit saja tampak cemberut! Apakah anak sendiri tidak ia kenali ya ampun apa yang terjadi dengan uminya. Dan apa itu asalnya, sudah jelas jika asalnya di tempat ini. Apakah uminya sedang Amnesia tapi sepertinya uminya baik-baik saja. Ia beralih ke arah sang Abi dan langsung melingkar kan kedua lengannya di pinggang sang Abi tanpa aba-aba, sebelum itu ia lebih dulu meletakkan tak nya yang terasa berat. Lalu bersembunyi di bawah dadanya sembari tersenyum menutup matanya. Sudah sangat lama ia tak memeluk cinta pertamanya rasanya mereka terpisah kan oleh jarak yang sangat jauh sekali, saja benar-benar melepaskan kerinduan nya yang bertalu-talu. Ia seakan kembali menjadi anak kecil yang merengek, sungguh malu dirinya namun menggemaskan. Ini kesempatan langkah sekian lama ia baru kembali merasakan pelukan hangat seorang ayah. Lebih tepatnya ia lah yang memaksa memeluk nya.

Panas!

Ya tiba-tiba udara terasa panas padahal ini Sore hari yang kelam dan juga udara di sekitarnya sangat sejuk. Tatapan istrinya yang dilayangkan padanya seperti tatapan membunuh, dahinya berkerut waspada. "Siapa dia Abi!" Tunjuk umi ke arah saja dengan mata merah karena marah! Namun sayangnya saja tak melihatnya sebab ia terlalu sibuk memeluk sang Abi. Begitu rindu nya ia dengan abinya, sehingga ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Lepaskan suamiku!" Bentaknya meraih tangan wanita yang berani memeluk suaminya hingga dengan enggan melepas Nya.

"Umi!".Abi Rahman harus mengatakan apa ia juga tidak tahu siapa wanita ini. "Nak tolong kamu pergi saja, jangan ganggu kami!"Sahutnya ia tidak ingin sang istri berpikir tidak-tidak! Karena memang ia tidak tahu anak ini siapa dan asalnya dari mana. Abi itu merasa asing

dengan wanita mudah di depannya namun sudahlah ia tak ingin berpikir keras takut nya sakit nya kumat.

Saja cemberut, dengan dahi berkerut, apakah mereka mengusir nya, apa maksudnya itu! bingungnya.

"Kenapa Abi! Apa wanita ini!" Mata wanita paruh baya itu sudah berembun ia mengira jika wanita ini anak suaminya dari wanita lain. Ia tidak dapat tidak berpikir jika wanita muda ini anak darinya, apakah itu selama ini sang suami diam-diam menikah! mungkin saja anak ini jika dibandingkan memang ada kemiripan dengan sang suami.

Saja menatap mereka secara bergantian tampak bingung. Apa-apaan mereka! Sepertinya ini akan seru jika sebuah drama tapi sayangnya jika ia tak melerainya mungkin saja akan berdosa besar! O tuhan ampunilah saja.

"Umi! Abi! Aku anakmu!" Ujarnya cepat melihat wajah sang ibu sudah berubah drastis, ia tak ingin terjadi apa-apa hanya karena sebuah kesalahpahaman! Bisa terjadi perang besar ini jika dibiarkan.

"Anak! Anak! Anakku tidak di sini," Bentaknya tak habis pikir anak tak tahu asalnya dari mana mengaku-ngaku sebagai anaknya, padahal anaknya di kota besar sedang menempuh pendidikan. Berani sekali wanita ini membohongi nya.

Saja nampak cemberut! "Kalian masa tidak mengenali anak sendiri!" Bisa-bisanya orang tua sendiri tidak mengenali putri nya, apa mereka tidak punya ikatan batin. kesal saja sudah dari tadi ia berdiri, kakinya seperti mati rasa, bukannya di suruh tapi malah diintrogasi lebih dulu! Kedua orang tua nya sudah seperti Intel saja. Sabar! Sabar hati. Saja berusaha agar tetap dan rileks, tidak baik menjadi tidak sabaran bisa cepat tua jadinya.

"Kamu saja!" Abinya bertanya kaget! Bagaimana mungkin. saja hanya mengangguk pelan.

"Tapi kamu kelihatan kurus!"Ujar wanita itu menatap dari bawah hingga ke atas! Sangat berbeda pikirnya. Nampak sedikit ragu pasal nya tubuhnya anaknya tidak seperti wanita ini, tubuh anaknya sedikit lebih berisi sedang wanita itu seperti tidak makan dalam seminggu. Apa mencoba menipu nya, lalu dengan mudah memeras nya. tapi jika dilihat dari penampilan nya, mana mungkin! ah sangat memusingkan.

"Karena saja bukan pergi ber-foya-foya! Saja belajar dan itu menguras otak,"balas nya cepat, ia melihat jika di mata mereka ada keraguan! Ya ampun benar-benar susah meyakinkan mereka apa perlu dilakukan tes DNA dulu supaya mereka percaya.

"Apa sudah selesai boleh saja masuk sekarang!"rengek nya, sekarang ia merasakan kakinya semakin sakit karena keram dan ia sedikit menekan-nekan menggunakan kaki satunya. Sambil menaikkan kedua sudut bibirnya dan menaikkan alisnya.

"Saja!!..umi sudah katakan kan! Saja lebih baik gak usah kuliah, sekarang kamu semakin kurus lebih baik langsung nikah saja.! Lihat Abi anak kita," Sahut uminya kecewa dan tak terima jika anaknya sekarang mengalami penurunan berat badan. Itu semua karena suaminya yang memperbolehkan saja kuliah. Umi terlihat sangat kecewa setelah sadar jika wanita di depannya itu benar-benar anak nya.

"Saja masuk nak! Cerita dalam aja," Abi tidak memperdulikan umi, ini tidak ingin masalah sepele seperti ini jadi besar dan ia telah melihat sang anak yang tampak lelah maka dari itu ia mengubah topik pembicaraan nya dan mengajak nya masuk.

"Bi Sanum!"panggilnya.

"Ia pak!" Seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 50 tahun dia Bibi Sanum, sebagai salah satu orang yang membantu umi Afifah di rumahnya.

"Eh! nong saja pulang! Sini biar bibi bawa," ujar bibi ramah baru tiba,lalu segera mengambil tas pakaian milik nona kecilnya.

"Ia bi! Sejak tadi! Tapi kelamaan sebab diajak berantem dulu. He...he...he!"ujarnya diselingi tawa. Abi dan bibi geleng-geleng kepala sambil tersenyum melihat saja sedang umi sudah lebih dulu masuk.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!