Kenapa dia aneh

Di tengah gelapnya malam. Seorang wanita berdiri di pinggir pantai. Dia menatap ombak pantai di depannya. Air pantai itu berhasil menyentuh kekinya. Vina hanya diam, dia tak kuasa menahan air matanya lagi. Di saat semuanya teringat kembali di pikirannya. Bayangan chat mesra Albert dengan mantannya. Bahkan, saat dia teringat bau parfum wanita yang begitu menyeruak di penciumannya saat dia pulang pagi. Itu masih teringat jelas di kepalanya.

Vina tak bisa menahan rasa sakit hatinya. Bahkan di tengah dinginnya malam. Angin pantai malam yang menghembus tubuhnya masuk ke dalam pori-pori kulitnya. Tanpa terasa dingin sama sekali. Vina masih berdiri tegap. Dengan baju lengan pendek. Dan, celana hotpend yang melekat di kakinya.

Kedua tangan Vina mengepal sangat erat.

Tatapan matanya terlihat kosong. Di awal pernikahan yang menyakitkan baginya.

"Aaaaasa ...." teriak Vina sangat keras. Teriakan itu menggema di seluruh penjuru pantai.

"Vina, kenapa kamu disini sendiri," bisik Albert.

Vina tertegun seketika. Kedua kelopak matanya melebar. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Dia bingung alasan apa yang harus ia katakan pada Albert nantiinya. Dia tidak mau pernikahannya bubar. Dia ingin tetap mempertahankan pernikahan itu. Meski dia tahu siapa suaminya. Dan, bagaimana kedepannya nanti. Semuanya sudah jadi resiko baginya.

"Vina, apa kamu tidak punya telinga? Kenapa kamu diam? Apa kamu bertemu dengan seseorang disini?" pekik Albert. Vina semakin terkejut di buatnya. Dia hanya bisa diam tanpa menoleh ke belakang. Vina tidak menyangka jika Albert berbicara seperti itu.

"Oo, jadi sekarang kamu berani bertemu laki-laki tengah malam di pinggir pantai. Sementara suamimu menunggumu di dalam kamar." Albert meraih lengan tangan Vina. Mencengkeramnya sangat erat. Lalu. menarik lengan tangannya. Hingga tubuh Vina terpental ke belakang. Menghadap ke arahnya. Vina hanya tertunduk. Dia mencoba untuk mengatur napasnya. Vina berusaha tetap sabar dengan tuduhan yang di lakukan oleh Albert.

"Dimana pria itu sekarang?" tanya Albert.

Vina menghela napasnya. Dia perlahan mengangkat kepalanya. Membuka kelopak matanya, hingga pandangan mata mereka saling tertuju satu sama lain. "Kamu pikir aku bertemu dengan laki-laki lain? Lagian siapa yang aku temui? Apa sekarang kamu melihat laki-laki di sekitar sini?" tanya Vina. Sedikit mengeraskan suaranya.

"Aku mencarimu dari tadi di dalam. Dan, ternyata kamu di luar sendiri. Kenapa kamu keluar tidak bilang. Jangan buat bingung suamimu," pekik Albert, dia tak mau kalah. Terus meninggikan suaranya. Hal ini membuat Vina benar-benar terkejut dengan sisi lain dari Albert.

Vina hanya diam sembari tersneyum tipis padanya.

"Kenapa kamu tersenyum?" tanya Albert. Dnegan nada sedikit galak.

"Kenapa?" tanya Vina, menarik salah satu alisnya ke atas.

"Aku khawatir denganmu. Sementara kamu tersenyum? Apa kamu tahu aku bingung mencarimu dimana-mana?" Geram Albert. Dia menghembuskan napas kesalnya. Tatapan matanya mulai menajam. Bersiap untuk menerkam mangsanya.

Vina menarik sudut bibirnya. Tersenyum sinis. Dia menarik kedua tangannya dari cengkeraman tangan Albert.

"Kamu peduli padaku?" tanya Vina lirih. Dia dengan santainya. Melipat kedua tangannya di atas dadanya.

"Ada apa denganmu?" Albert merasa aneh dengan tingkah Vina.

"Aku tidak kenapa-napa. Harusnya aku yang tanya. Ada apa denganmu?" ucap Vina.

"Ya, sudah ayo masuk," kata Vina. Dia melangkahkan lebih dulu. Kembali ke vila. Sementara Albert, dia menggekrkan kepalanya pelan. Menoleh ke belakang menatap setiap langkah Vina. Dia merasa aneh dengan Vina.

"Apa yang terjadi padanya? Kenapa dia seperti itu? Dia tidak peduli denganku?" tanya Albert heran.

**

Didalam rumah. Vina langsung masuk ke dalam kamarnya. Sementara Albert melangkah di belakangnya. Vina memabringkan tubuhnya di atas ranjang tanpa sepatah jata keluar dari bibirnya. Dia langsung menarik selimut menutupi sebagian tubuhnya. Saat dia bersiap untuk tidur. Albert beranjak tidur di atas ranjang. Berbaring di sampingnya. " Ada masalah denganku?" tanya Albert. Pandangan matanya mengarah pada Vina.

Vina berbaring membelakangi Albert. Dia mengerutkan kedua matanya yang terpejam. Dia mencoba menahan air matanya. Entah kenapa hatinya bagai di tusuk seribu duri yang menyakitkan. Tidak hanya hati yang masih belum bisa fokus dengannya. Tapi sikap aslinya bahkan keluar sekarang.

"Vina," Albert memegang bahu lengan tangan kanan Vina. Dia mencoba menarik bahunya agar Vina menatap ke arahnya. Namun Vina menolaknya.

"Kamu marah denganku?" tanya Albert lagi.

"Tidak!" tegas Vina. "Harusnya aku yang bertanya padamu. Ada apa denganmu? Kenapa kamu marah-marah denganku," kata Vina. Tanpa berani menoleh ke arah Albert. Kedua mata itu tak berhasil menahan air mata yang terus mendorong kedua kelopak matanya untuk segera keluar.

"Maaf, aku tadi tidak bermaksud marah padamu," ucap Albert. Wajah laki-laki itu tampan menyesal.

"Tidak marah?" tanya Vina. Dia mengusap kedua matanya dengan punggung tangannya bergantian. Dia segera membalikkan badannya. Kedua mata itu bersiap menatap kedua mata Albert.

"Kamu bicara dengan nada tinggi padaku. Kamu bahkan mengeraskan suaramu di depanku. Apa itu tidak marah? Baru beberapa hari menikah. Aku sudah kamu bentak. Bagaimana jika bertahun-tahun. Kamu memukulku, menghinaku," pekik Vina meluapkan semua isi hatinya.

Vina memukul dada bidang Albert berkali-kali. Meluapkan semua emosi di hatinya. Sembari terus mengocah tak jelas. "Kenapa kamu berubah? Jika kamu tidak ingin menikahiku, kenapa kamu menikahiku kemarin? Kenapa?" mendengar suara keras Albert tadi membaut hati Vina terasa sangat sakit. Dia tidak pernah di bentak sebelumnya. Dan, di bentak sekali oleh suami sendiri membuat hatinya tersayat.

"Kamu jahat! Kamu jahat!" pekik Vina. Tanpa terasa air mata itu sudah membasahi kedua pipinya. Vina tidak berhenti terus memukul dada bidang Albert.

Albert berusaha memegang pergelangan tangan Vina.

"Vina dengarkan aku dulu!" ucap Albert. Dia mencengkeram kedua pergelangan tangan Vina.

"Dengarkan aku dulu, biarkan aku bicara."

"Kamu jahat!" ucap Vina lirih.

Albert menarik tubuh Vina masuk ke dalam dekapan hangat tubuhnya. Albert memeluk erat tubuh Vina. Tangan kanan memegang punggung Vina. Tangan kiri memegang kepala belakang Vina. Vina terdiam. Isakan tangis yang menyesakkan dada itu perlahan mulai merasa. Vina me sembunyikan wajahnya di dada bidang Albert. Dia mengusap ingusnya di baju suaminya. Vina yang semula kesal perlahan hatinya mulai luluh. Dia tidak bisa terus marah pada Kaget jika laki-laki itu membuat dirinya merasa nyaman. Sentuhan lembut tangannya yang mengusap kepalanya. Membuat semua amarah pada hatinya perlahan pupus.

"Maafkan aku!" ucap Albert lirih. "Jika amarahku tadi membuat hatimu terluka. Aku peduli denganmu. Aku sayang padamu. Tapi, entah kenapa seharian kamu selalu menghindar dariku. Aku tidak tahu ada apa denganmu," jelas Albert.

"Kamu tiba-tiba pergi begitu saja. Aku khawatir denganmu. Jangan tiba-tiba menghilang. Jika kamu ada masalah, atau ada kesalahan yang aku lakukan. Katakan padaku," lanjut Albert. Dia perlahan melepaskan palukannya. Sementara Vina, dia bahkan sibuk mengusap ingusnya menggunakan kaos Albert.

Kedua nata Albert melebar sempurna. Suasana serius seketika berubah. Albert menelan ludahnya susah payah. Beberapa kali dia mengedipkan kedua matanya.

"Vina, kenapa kamu mengusap ingusmu di bajuku,"

"Apa?" Wajah Vina terlihat begitu polos. Dia mengangkat kepalanya, menatap kedua mata Albert. Sembari mengerutkan bibirnya. Kedua mata berkedip beberapa kali.

"Maaf!" ucapnya tanpa rasa bersalah.

"Besok aku cuci," lanjutnya.

Albert menghela napasnya. "Oke, sabar.. Sabar.." ucap Albert. Dia mengusap dadanya berkali-kali.

"Aku pk jam sekali lagi." Vina menarik ujung kaos Albert. Vina mengeluarkan ingusnya sangat keras.

"Aku pergi dulu." ucap Vina. Dia bangkit dari tidurnya. Dan, berjalan keluar. Bahkan dia melupakan rasa marahnya. Sekarang dia berbuat tanpa rasa bersalah. Langsung pergi begitu saja. Albert hanya bisa diam. Menatap kepergian Vina.

Vina melirik sekilas ke arah Albert yang kebetulan menundukkan kepalanya menatap kos yang di pakai olehnya.

Apa mungkin kamu tahu apa yang aku rasakan?

Apa Vina tahu semua tentang Albert? Apa dia memaafkan semua kesalahannya? Atau, dia hanya pura-pura sedih, untuk merencanakan sesuatu?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!