Ryana sedang menyisir rambutnya saat ponsel suaminya berdering. Ia melihat layar ponselnya dan mendapati Febby sedang meneleponnya. Ryana pun mengangkat panggilan telepon itu.
"Halo Feb, Dipta lagi mandi. Apa yang mau disampaikan?" tanya Ryana dengan sopan.
Febby hanya mengatakan bahwa rapat besok pagi ditunda dan langsung menutup teleponnya. Ryana yang heran mengabaikan sikap sahabatnya itu lalu menaruh ponsel suaminya ketempat dimana tadi diletakkan.
"Kamu ngapain?" tanya Dipta yang ternyata melihat istrinya memegang ponselnya.
"Tadi ada telepon dari Febby katanya rapat besok pagi ditunda," jawab Ryana.
"Aku ngga suka kamu pegang ponselku," sahut Dipta.
Mendengar perkataan Dipta membuatnya heran, Ryana merasa statusnya sebagai istri berhak untuk melihat atau membuka ponsel pasangannya. Ia melihat suaminya dari pantulan kaca yang sedang memainkan ponselnya.
"Aku kan istri kamu, masa ngga bisa pegang ponsel kamu sih?" Ucap Ryana kesal.
"Urus aja urusanmu sendiri," sahut Dipta yang tak kalah kesal.
Dengan cepat Dipta mengganti pakaian tidurnya dengan pakaian casual, seperti mau pergi. Melihat suaminya yang hendak pergi Ryana mengejar suaminya. Tapi langkah Dipta sangat cepat sehingga membuat Ryana sedikit berlari.
"Dipta! Dipta tunggu!" Panggil Ryana.
Suaminya tidak merespon panggilannya, dia malah mempercepat langkahnya menuju parkiran mobil. Dengan cepat Ryana masuk kedalam mobil suaminya bersamaan dengan Dipta yang masuk kedalam mobilnya. Dipta menatap wajah istrinya dengan tatapan tajam dan malajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Dipta! Kamu kenapa sih?!" tanya Ryana yang kebingungan dengan tingkah laku suaminya.
Sampai pada jalan sepi, yang jauhnya sekitar satu kilometer dari rumah Dipta menghentikan mobilnya. Tanpa sepatah kata apapun dia keluar dari pintunya berjalan menuju sisi Ryana. Dengan kasar Dipta membuka pintu mobilnya dan menyeret Ryana keluar.
"Turun kamu!" bentak Dipta.
Ryana sempat melawan suaminya, ia menahan dirinya agar tidak keluar dari mobil. Tapi kekuatannya tidak sebanding dengan suaminya yang berotot. Dipta mendorong tubuh Ryana hingga ia jatuh tersungkur di jalan bebatuan dan membuat Ryana terluka.
Dipta kembali masuk kedalam mobilnya lalu pergi meninggalkan istrinya yang masih tersungkur dijalanan. Ryana melihat mobil suaminya sampai mobil itu hilang dari pandangannya. Ia melihat sekelilingnya yang gelap dan sunyi. Ryana melihat kedua lututnya yang terluka dan dengan susah payah dia berdiri melangkah dengan sedikit pincang.
Mata Ryana berkaca-kaca, ia tidak sanggup lagi menahan air matanya. Rasa sakit ditubuhnya tidak sebanding dengan luka dihatinya. Ini pertama kalinya suaminya bersikap kasar kepadanya hanya karena masalah sepele. Ryana bahkan tidak sadar seseorang berdiri di hadapannya dan memanggil namanya. Ryana mendongakkan kepalanya, Ia melihat Barra melangkah kearahnya dan memeluknya.
"Apa yang terjadi?" tanya Barra bingung melihat keadaaan adik iparnya itu.
Ryana tidak menjawabnya, ia hanya menangis dipelukan kakak iparnya. Danu membawakan jas bosnya untuk digunakan oleh Ryana dan menuntunnya kedalam mobil. Didalam mobil Ryana tidak berbicara, ia hanya tertunduk menahan tangisannya. Sesampainya dirumah, Barra mengantarkan Ryana kedalam kamarnya.
"Tunggu sebentar ya," ucap Barra lalu melangkah keluar dari kamar Ryana.
Tak lama kemudian Barra datang lagi dengan membawa kotak P3K dan semangkok air. Barra berlutut dihadapan Ryana yang duduk ditepi tempat tidur, Ia membersihkan luka dilutut Ryana dan memberi obat merah.
"Apa Dipta yang membuatmu seperti ini?" tanya Barra. Ryana hanya mengangguk kecil.
"Tidurlah, Aku akan bicara dengan suamimu," ucap Barra. Ryana mengangguk lalu ia berbaring di tempat tidur. Barra membantunya menarik selimut lalu mematikan lampu kamarnya.
•••
"Halo kau dimana?" ucap Barra saat adiknya mengangkat telepon. "Cepat pulang aku tunggu di taman belakang!" sambung Barra lalu mematikan teleponnya, ia tidak memberikan kesempatan adiknya untuk berbicara.
Barra tampak kesal dengan kelakuan adiknya yang semena-mena terhadap istrinya. Selama tiga puluh menit ia menunggu kedatangan Dipta. Ia menggulung lengan kemejanya saat melihat sosok yang ditunggu akhirnya datang juga. Barra langsung melayangkan pukulan ke pipi Dipta yang membuat adiknya jatuh.
"Mas!" lirih Dipta.
"Kau ini banci atau apa?! Kenapa kau tinggalkan istrimu di jalanan?!' bentak Barra ke adiknya.
"Oh jadi dia ngadu?!" ucap Dipta tak mau kalah.
Sinta yang mendengar keributan keluar menuju balkon kamarnya dan mendapati kedua putranya sedang beradu mulut. Ia pun langsung berlari menuju putranya berada. Sesampainya di taman belakang Sinta langsung menahan Barra yang hendak melayangkan tinjunya kearah adiknya.
"Barra, Dipta! Stop!" Teriak Sinta. "Kenapa kalian berantem?" sambung Sinta.
"Tanya aja sama anak Mama yang kayak banci ini, beraninya sama perempuan!" ungkap Barra.
"Pelankan suaramu Barra, nanti kakekmu bisa terbangun dan kalian akan mendapatkan masalah," sahut Sinta.
Dipta yang tidak terima dikatakan banci oleh kakaknya langsung berlalu pergi. Barra menceritakan apa yang dilakukan adiknya terhadap Ryana. Hal itu membuat Sinta terkejut.
"Besok pagi Mama akan bicara pada Ryana, kamu istirahatlah," ucap Sinta pada anak sulungnya itu.
Pancaran sinar bulan kalah terang dengan sinar matahari. Langitpun merubah warnanya menjadi biru muda dengan banyak awan menghiasinya. Alarm dari ponsel Barra mengeluarkan suara kencang sehingga membuat pemiliknya membuka matanya dengan berat. Ia pun mematikan alarm diponselnya dan bersiap untuk kekantor.
"Bagaimana keadaan Ryana?" tanya Barra saat melihat Mamanya keluar dari kamar adiknya.
"Sepertinya dia masih shock, mama sudah beri obat penenang. Ayo kita turun kebawah," ajak Sinta.
Mereka sarapan seperti biasa, Kakek Narendra menanyakan keberadaan Dipta dan Ryana, tapi Sinta berhasil membuat alasan dan sepertinya Kakek Narendra percaya dengan alasan yang dibuat Sinta. Barra bergegas menghabiskan sarapannya dan pergi ke kamar Ryana.
"Apa kamu baik-baik saha?" tanya Barra. Ryana menganggukkan kepalanya.
"Makasih ya Mas," ucap Ryana.
"Bisakah kita berbicara sebentar? Aku akan menunggumu di taman belakang," ucap Barra.
Kaki Barra melangkah keluar menuju taman belakang. Disana dia duduk di bangku taman menunggu kedatangan Ryana. Tapi bukannya Ryana yang datang malah Kakek Narendra duduk disebelahnya. Raut wajah Barra berubah menjadi bingung.
"Barra," ucap sang Kakek, Barra menoleh menatap Kakeknya.
"Kakek sudah mengatur pertemuanmu dengan seorang wanita.
"T-tapi," belum sempat Barra mengakhiri perkataannya, Kakek Barra mengisyaratkannya untuk diam.
"Kakek mengenalnya secara langsung, dia pernah membantuku walaupun dia bukan putri dari keluarga orang kaya seperti Ryana. Tapi aku menyukainya. Malam ini kalian akan bertemu di Beautee Restaurant," ucap Kakek Narendra.
Barra menghembuskan napasnya dengan kesal saat Kakeknya susah pergi meninggalkannya sendirian. Padahal dia ingin berbicara kepada Ryana mengenai kegundahan hatinya. Barra bangkit berdiri saat ia membalikkan badannya ia melihat Ryana yang tersenyum manis.
"Mau ngomong apa mas?" tanya Ryana.
"Sepertinya aku jatuh cinta denganmu," ucap Barra tanpa berpikir panjang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
my name
dipta selingkuh sama sahabatnya ryana kan, dasar banci kaleng
2024-01-16
0
Yunerty Blessa
mantap Barra.. jujur saja karna seperti nya Dipta selingkuh di belakang Ryana
2023-12-23
0
v_cupid
huft kesal ma dipta
2023-11-22
0