Kakak Iparku, Suamiku
Ryana menghembuskan napasnya saat suaminya yang bernama Dipta tidak mengangkat telepon. Matanya melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. "Apa Dipta sibuk banget sampai ngga bisa angkat teleponku?" tanyanya pada diri sendiri.
Ryana sudah menikah dengan Dipta Narendra selama satu tahun, mereka menikah memang karena dijodohkan tapi hati Ryana bisa jatuh cinta dengan perilaku Dipta yang sangat romantis. Setelah menikah, Ryana tinggal bersama suami dan keluarga besar suaminya di sebuah mansion mewah milik kakek Narendra. "Aku tidur duluan saja, toh dia juga tidak memberikanku kabar," guman Ryana sembari menarik selimutnya dan mematikan lampu di atas nakas disamping tempat tidurnya.
Ryana merasa ada sedikit guncangan di tempat tidurnya, seseorang menaiki tempat tidur Ryana, yang ia sangka adalah suaminya. Sosok itu tidur di belakang Ryana dan langsung memeluk tubuhnya. Sosok yang dikira suaminya itu menarik tubuh Ryana dan mencium bibirnya. Wanita itu membalas ciuman itu sampai akhirnya mereka menghabiskan malam yang panas bersama.
Malam cepat berlalu, Ryana membuka matanya dan mencoba meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia menghidupkan lampu tidurnya dan menoleh kearah suaminya itu. Betapa terkejutnya ia saat melihat pria yang ia sangka suaminya itu ternyata adalah kakak iparnya, Mas Barra. Ryana melihat sekelilingnya dan mendapati dirinya tidak memakai sehelai apapun, ia pun menarik selimutnya.
"Mas Barra, bangun mas!" ucap Ryana sembari tangannya menggoyangkan tubuh kakak iparnya itu.
Barra membuka matanya dan melihat adik iparnya yang sedang menarik selimut menutupi tubuhnya. Ia pun bingung kenapa bisa berada di kamar adiknya. "Ryana, apa yang terjadi?" tanya Barra yang sama bingungnya. Barra mengintip tubuhnya yang berada di bawah selimut. Ia tidak menggunakan apapun.
"Mas Barra ngga ingat masuk ke kamarku? Aku pikir Mas itu Dipta. Aduh, bagaimana ini?" ucap Ryana dengan mimik wajah panik karena jam sudah menunjukkan pukul enam pagi.
Barra mencoba mengingat kejadian semalam bagaimana ia bisa masuk ke kamar Ryana, tapi kepalanya malah pening. Ryana bangkit berdiri berjalan dengan selimut yang menutupi tubuhnya ke arah kamar mandi. Setelah menggunakan pakaian, Rypana menyuruh kakak iparnya untuk kembali ke kamarnya.
"Mas pergi dulu, aku takut tiba-tiba Dipta datang," ucap Ryana.
Kakak iparnya hanya menganggukkan kepalanya dan mengendap-endap berjalan menuju kamarnya. Ryana menutup pintu kamarnya setelah melihat Barra berhasil menuju kamarnya. Selang beberapa menit pintu kamarnya terbuka membuatnya terkejut.
"Kenapa kamu? Kaget?" tanya Dipta yang baru saja pulang dari kantornya.
"Kenapa kamu tidak menelpon aku? Setidaknya kabarin aku kalau kamu lembur," ucap Ryana saat melihat suaminya.
Dipta tidak menjawab pertanyaan Ryana, ia membuka lemari dan mengambil bajunya lalu melangkah masuk kedalam kamar mandi. Ryana mendengus kesal, akhir-akhir ini ia merasa jika suaminya mulai berubah. Suaminya tidak lagi perhatian dengannya, entah itu hanya perasaannya saja atau memang suaminya sungguh berubah. Ryana merasa bodo amat, sekarang yang ada dikepalanya adalah kakak iparnya.
•••
Barra berhasil masuk ke dalam kamarnya sendiri, ia duduk di tepi tempat tidurnya. Sekali lagi ia mencoba mengingat bagaimana ia bisa masuk dan melakukan hal itu bersama dengan adik iparnya. Kedua tangan Barra memegangi keningnya yang berdenyut, ia hanya ingat semalam sedang minum dengan Danu sahabatnya sekaligus asisten pribadinya. Barra bahkan tidak ingat bagaimana ia berhasil pulang kerumah.
"****, pusing sekali aku," ucap Barra.
Barra memutuskan untuk mandi karena matahari sudah mulai menampakkan dirinya. Ia berharap Ryana tidak akan memperpanjang masalah ini. Setelah mandi, Barra membereskan dokumen yang hendak ia bawa ke kantor. Ia memilah-milah lembaran yang berserak diatas meja kerjanya. Saat hendak keluar kamar untuk sarapan tanpa diduganya Ryana melintas di depan kamarnya, dengan spontan ia menarik lengan Ryana untuk masuk kedalam kamarnya.
"Maaf Ryana, sepertinya aku mabuk semalam dan tidak sengaja masuk kedalam kamarmu," ungkap Barra dengan penuh penyesalan.
"I-iya Mas," ujar Ryana gagap tidak berani menatap wajah kakak iparnya itu karena malu. "Bagaimana kalau kita melupakan kejadian semalam?" sambung Ryana.
Akhirnya mereka sepakat untuk mengubur dalam-dalam kejadian panas semalam. Ryana pun keluar dari kamar Barra dengan hati-hati karena tidak ingin orang di mansion ini berprasangka buruk tentangnya. Setelah Ryana menghilang dari pandangannya, Barra pun keluar melangkah menuju ruang makan karena tradisi di mansion ini, semua anggota keluarga harus sarapan bersama.
"Pagi semuanya," sapa Barra saat sudah sampai di meja makan dan duduk di sisi sebelah kiri kakeknya dan berhadapan dengan papanya.
Barra melihat semua anggota keluarganya sudah berkumpul termasuk juga dengan Ryana dan Dipta. Mereka sarapan seperti biasanya, ada pembahasan tentang bisnis di sela sarapan keluarga kaya ini. Keluarga Narendra memang keluarga terpandang di negeri ini, berbagai macam bidang bisnis dijalani oleh keluarganya dan salah satunya tentang perhotelan yang Barra kelola. Sedangkan Dipta bertanggung jawab di bidang E-ecommerce dan papa Bagas menangani bisnis batubara milik kakek Narendra.
Barra berangkat menuju kantornya dan sesampainya disana ia disambut oleh Danu dan juga Dara sekretarisnya. Dara membacakan jadwal hari ini seperti biasa, tapi Barra meminta agar semua rapatnya hari ini ditunda karena ia merasa tidak enak badan.
"Baik pak," ucap Dara lalu permisi untuk kembali menuju meja kerjanya.
"Katakan padaku, semalam apa kau mengantarku pulang kerumah?" tanya Barra saat saat sesudah Dara meninggalkan mereka berdua.
"Tentu saja, apa ada masalah?" tanya Danu bingung melihat tingkah bosnya.
Barra menceritakan tentang apa yang terjadi semalam antara dirinya dan juga Ryana. Mereka memang sudah akrab semenjak di bangku sekolah menengah keatas. Jadi merupakan hal yang lumrah bagi mereka untuk saling bertukar cerita bahkan tentang masalah pribadi antara keduanya.
"Wait, what? Ryana yang cantik dan seksi itu?" tanya Danu tidak percaya dengan apa yang diceritakan oleh bosnya itu.
Barra hanya mengangguk mengiyakan pertanyaan Danu. Ia akui, adik iparnya memang cantik dan seksi bahkan kepribadiannya yang periang membuat orang yang berada di dekatnya merasa nyaman. Danu mencerna cerita bosnya dengan seksama karena yang ia tahu bosnya sangat pemilih kalau soal wanita, bagaimana bosnya bisa berakhir diranjang adik iparnya?
Percakapan mereka berdua terhenti saat suara ketukan pintu terdengar. Dari meja kerjanya Barra sedikit berteriak mempersilahkan masuk. Wajah Dara yang muncul dari balik pintu besar itu.
"Permisi Pak, ada tamu ingin menyerahkan dokumen," ucap Dara.
Barra mengangguk dan bangkit berdiri, kedua tangannya merapikan dasi yang terkalung di kerah kemejanya. Dara mempersilahkan tamu tersebut untuk melewatinya agar bisa masuk kedalam ruangan presiden direktur.
"Ryana," ucap Barra saat melihat tamu yang dimaksud oleh sekretarisnya itu.
Ryana muncul dengan kedua tangan mendekap sebuah amplop berwarna coklat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
my name
awal yg sangat wow
2024-01-16
0
Yunerty Blessa
wow malam panas dengan ipar..... apakah jodoh Barra dengan Ryana
2023-12-23
0