Bagian 17 Tak Sengaja

" pffft.. hahahaha" dimas tertawa terbahak-bahak mengingat eksperesi romi tadi

" kenapa kau?" tanya david yang saat ini mereka telah berpisah dari romi dan sedang dalam perjalanan pulang

" aku teringat si romi itu.. tadi dia lucu sekali kan saat ternyata kita juga kenal dengan om rehan" balas dimas masih tertawa

" hahahaha benar-benar aku juga merasa sangat lucu" timpal indra yang juga ikut tertawa mengingat sosok romi yang jelas terkejut tadi

" dia malah menyombongkan diri karena kenal dengan om rehan.. pas tau kita juga kenal om rehan dia malah kehilangan senyum... hahahah" balas dimas

" iya kan.. tadi lucu sekali.. hahahaha" balas indra

" jadi sia-sia donh dia pamer sering makan di restoran om rehan.. makanan malah tidak juga jadi ngak berarti untuk di pamerkan.. hahahaha" lanjut indra yang hampir sakit perut karena tertawa

" benar-benar.. kau benar jadi sia-sia dia memarkannya namun salah tempat.. hahahah" balas dimas

" aduh-aduh perut ku sakit karena tertawa" ucap dimas

" sudah-sudah kalian hentikanlah" balas david

" kau juga indra.. bukanya tadi kau sengaja menyapa om rehan saat dia tak menyadari kita disana" ucap david

" ah itukan karena aku bersikap sopan mengapa om rehan karena kita sudah disana" balas indra sembari menggaruk pipinya yang tak gatal sama sekali

" memang sengaja sih" batin indra

" kau ini" david menggeleng melihat kelakuan indra

" kita kan tak sengaja membalasnya.. benarkan indra?" ucap dimas

" em.." balas indra mengangguk setuju

" kalian ini" balas david tak melanjutkan kata-katanya ia hanya merasa senang keduanya saling melindungi

🌹

" apa-apaan mereka itu.. bikin kesal saja" gerutu romi yang saat ini juga sedang dalam perjalanan pulang bersama adiknya

" kak romi kenapa?" tanya wina yang tak mengerti

" teman-teman mu itu.. sombong sekali mereka" balas romi kesal karena merasa di permalukan

" apa yang mereka lakukan.. mereka memang bersikap seperti itu, jadi tidak ada yang aneh" balas wina yang merasa ke tiga bintang hanya bersikap seperti biasanya saja

" david memang tak banyak bicara, kalau dimas dia lebih banyak bicara dan indra dia lebih ceria dari yang lainnya" jelas wina yang berpikir kakaknya salah paham atas sikap ke tiga bintang

" bukan itu maksud ku.. jika mereka kenal dengan pak rehan berarti mereka juga sering makan disana.. lalu mengapa seolah-olah mereka tak sering ke sana" ucap romi dengan kesal

" mereka kan sudah bilang bahwa mama mereka sibuk jadi sangat jarang makan di luar" balas wina yang tak mengerti kejengkelan kakaknya itu

" bukankah seharusnya mereka mengatakan saja makanan yang ingin mereka pesan berhubungan mereka tau tempat itu, kenapa malah menyuruh ku memesannya" gerutu romi

" itukan karena mereka menghargai kak romi yang mengajak mereka makan siang" ucap wina

" kau kenapa membela mereka sih" ucap romi kesal karena sejak tadi wina malah terlihat membela mereka di matanya

" aku tidak membelanya, mereka bersikap seperti biasanya.. begitu juga dengan kak romi yang bersikap seperti biasanya.. lalu dimana kesalahannya" ucap wina yang benar-benar tak mengerti maksud romi

" tau ah.." romi semakin kesal mendengarnya dan lebih memilih untuk diam saja dan fokus menyetir dengan perasaan kesal

🌹

Waktunya makan malam.. tania dan kedua putranya sedang makan malam namun tidak dengan dimas yang bekerja hari ini

" katanya kalian makan siang dengan kakak dari teman sekolah?" ucap tania membuka obrolan

" ah iya ma.. kita makan di tempat om rehan" jawab indra

" mama tau.. ada kejadian sangat lucu sekali" lanjut indra

" benarkan apa itu?" balas tania terlihat antusias

" jangan dengarkan dia ma" balas david

" loh kok gitu?" balas tania

" mereka mengerjai seseorang" ucap david

" benarkah?" balas tania

" tidak begitu kok ma" balas indra segera agar sang mama tak salah paham, david malah tersenyum melihat indra panik, ia berhasil mengerjai saudaranya itu

" david ih.. nanti mama pikir itu benar bagaimana" gerutu indra

" jadi apa yang terjadi?" tanya tania penasaran, indra menceritakan semuanya dari awal romi mulai memamerkan kekayaannya saat di parkiran sekolah hingga saat bertemu dengan pak rehan

" jadi kalian melakukan itu?" tanya tania

" kan tidak berniat ma... lagi pula aku hanya menyapa om rehan karena kita disana" ucap indra

" tapi kau sengaja melakukanya kan?" celetuk david

" iya.. hehehehe" balas indra mengaku

" indra..." tania menggeleng dan tersenyum melihat tingkah putra bungsunya itu

" em tapi ma... adiknya itu yang akan menjadi menatu mama" ucap indra sengaja untuk menggoda david

" oho jadi dia kakaknya calon menantu mama" balas tania yang mengerti maksud indra ingin menggoda david

" menantu apa sih ma" celetuk david

" ehem.. ada yang marah ni.. kitakan ngak bilang david ya" ucap tania malah lebih parah menggoda putra sulungnya itu

" iya nih ma.. ada yang merasa padahal kita sebut namanya" timpal indra dengan senyum puas

" indra..." ucap david

" apa.. aku kan tidak mengatakan apa-apa ya kan ma" balas indra mencari pembenaran dari tania

" em.." balas tania mengangguk

" mama.." balas david

" nah sudah-sudah jangan menggoda david lagi ayo makan" balas tania

" mama juga kan menggodanya" balas indra manyun

" kasian david jadi malu" ucap tania ternyata masih ingin menggoda david

" siapa yang malu" jawab david

" iya deh.. iya... ngak ada yang malu tapi sangat malu.. hahahaha" balas indra

Sepanjang makan malam mereka saling menggoda satu sama lain, terkadang david jadi sasaran atau indra dan tania hanya menimpalinya saja.

Hampir tengah malam dimas baru pulang, ia mendapati lampu ruang kerja sang ibu masih menyala, dimas menghampirinya

" kenapa lampu ruang kerja mama masih menyala" gumam dimas sembari melangkah menuju ruang kerja tania

Tok..tok.." mama.. apa mama masih di dalam?" tanya dimas sembari mengetuk pintu perlahan, namun tak ada jawaban dari dalam

Cklek.. "tidak di kunci" gumam dimas dan msmilii langsung masuk dan mendapati tania tertidur di kursi kerjanya

" ma.. mama.." pelan dimas memanggil tania untuk membangunkannya

" ah siapa?" ucap tania masih setengah membuka matanya

" kenapa mama tidur disini?" tanya dimas

" ah dimas ya.. baru pulang ya" ucap tania tak menjawab dimas

" ah iya ma.. tadi ada banyak pelanggan" balas dimas

" kenapa mama tidur disini" ucap dimas lagi

" ah iya.. sepertinya mama ketiduran saar bekerja" balas tania

" ya sudah besok saja mama lanjutkan pekerjaannya.. ayo dimas antar ke kamar" ucal dimas membatu ibunya bangkit dari duduknya

" mama bisa sendiri kau juga pasti lelah.. sebaiknya kau langsung istirahat saja" ucal tania

" tidak apa-apa ma.. aku akan istirahat setelah mengantarkan mama" ucap dimas

Pria itu mengantarkan ibunya ke kamarnya agar beristirahat dengan nyaman, setelahnya ia pun menuju kamarnya untuk melepaskan lelahnya juga.

Bersambung...

Selamat menikmati 😁 salam manis untuk pembaca 🥰🥰🥰 Jangan lupa tinggalkan jejak kakak sekalian di kolom komentar 🤗

Episodes
1 Bagian 1 Tania
2 Bagian 2 Tiga Bintang
3 Bagian 3 Sang Idola
4 Bagian 4 Pria Manis
5 Bagian 5 Kedekatan
6 Bagian 6 Mama Sakit?
7 Bagian 7 Khawatir
8 Bagian 8 Fan Boy
9 Bagian 9 Pantai
10 Bagian 10 Sayang Mama
11 Bagian 11 Cinta
12 Bagian 12 Romi
13 Bagian 13 Menghadiri Pesta
14 Bagian 14 Tak Terduga
15 Bagian 15 Maaf
16 Bagian 16 Makan Siang
17 Bagian 17 Tak Sengaja
18 Bagian 18 Kebetulan
19 Bagian 19 Indra Keluar
20 Bagian 20 Si Kampret
21 Bagian 21 Sampul Yang Manis
22 Bagian 22 Aku Peduli Dan Kau Percaya
23 Bagian 23 Bu Miski
24 Bagian 24 David
25 Bagian 25 Pertama Kali
26 Bagian 26 Dia Putra Ku
27 Bagian 27 Bertemu Kakek
28 Bagian 28 Mendekat
29 Bagian 29 Perhatian
30 Bagian 30 Dimas
31 Bagian 31 Apa Dia Seperti Itu?
32 Bagian 32 Terimakasih
33 Bagian 33 Mimpi Buruk Mama
34 Bagian 34 Kakek Bima
35 Bagian 35 Keputusan
36 Bagian 36 Mencari
37 Bagian 37 Pak Muklis Di Eliminasi
38 Bagian 38 Mama Tania
39 Bagian 39 Permainan Si Manis
40 Bagian 40 Sudah Pasti
41 Bagian 41 Gelisah
42 Bagian 42 Tampak Berbeda
43 Bagian 43 Bersama
44 Bagian 44 Senandung Si Manis
45 Bagian 45 Yang Masih Tertinggal Di Sudut Hati
46 Bagian 46 Tak Ada Yang Tau Isi Sebuah Rumah
47 Bagian 47 Dilema Orang Tua
48 Bagian 48 Kau Kuat
49 Bagian 49 Sungguh Dunia Ini Begitu Sempit
50 Bagian 50 Pesona Dan Ketampanan
51 Bagian 51 Mantan Suami?
52 Bagian 52 Temuan
53 Bagian 53 Si Manis Marah?
54 Bagian 54 Kau Marah?
55 Bagian 55 Jadi Begitu
56 Bagian 56 Pak Marwan
57 Bagian 57 Bertemu Camer
58 Bagian 58 Menang
59 Bagian 59 Rumah Tania
60 Bagian 60 Keinginan Si Manis
61 Bagian 61 Kedok
62 Bagian 62 Rasa Syukur
63 Bagian 63 Hubungan
64 Bagian 64 Siapa Bajingan Ini?
65 Bagian 65 Bagaimana Ini?
66 Bagian 66 Ketemu
67 Bagian 67 Zaki
68 Bagian 68 Akhir Zaki
69 Bagian 69 Kenapa Jadi Begini?
70 Bagian 70 Tak Kunjung Reda
71 Bagian 71 Apa Ini?
72 Bagian 72 Mengharukan
73 Bagian 73 Mahardika
74 Bagian 74 Dia Ya?
75 Bagian 75 Peringatan Dan Kesedihan
76 Bagian 76 Khawatir Sang Teman
77 Bagian 77 Kabar Baik
78 Bagian 78 Kembali Pulang
79 Bagian 79 Kau Kembali
80 Bagian 80 Cara Indra Membungkam
81 Bagian 81 Hiks...hiks...
82 Bagian 82 Bagaimana Bersikap?
83 Bagian 83 Astaga!!!
84 Bagian 84 Ragu
85 Bagian 85 Selesaikan
86 Bagian 86 Dia Menangis Untuk Mu
87 Bagian 87 Kecamuk Di Hati
88 Bagian 88 Bertemu
89 Bagian 89 Peringatan
90 Bagian 90 Ugh!!!
91 Bagian 91 Rumah Sakit
92 Bagian 92 Mengikhlaskan
93 Bagian 93 Sesuatu Yang Belum Bisa Di Katakan
94 Bagian 94 Dia Melukai Dunia Ku...
95 Bagian 95 Wina
96 Bagian 96 Menemui Dika
97 Bagian 97 Anak Muda Yang Bersemangat
98 Bagian 98 Kediaman Gunadi
99 Bagian 99 Pukulan Dimas
100 Bagian 100 Nasehat
101 Bagian 101 Luka
102 Bagian 102 Meminta Kesempatan
103 Bagian 103 Senyum Dan Benci
104 Bagian 104 Saling Berhubungan
105 Bagian 105 Apa Yang Terjadi?
106 Bagian 106 Kemana Mama?
107 Bagian 107 Pencarian Mama
108 Bagian 108 Aku Ingin Berguna
109 Bagian 109 Malam Badai
110 Bagian 110 Dia Tidak Pernah Ke Toilet
111 Bagian 111 Sudah Ku Duga
112 Bagian 112 Khawatir Dan Kegilaan
113 Bagian 113 Tiba Di rumah Rahmat
114 Bagian 114 Brengsek!!!
115 Bagian 115 Berdiskusi
116 Bagian 116 Mencintai Penyelamat
117 Bagian 117 Teman
118 Bagian 118 Kisah Yang Telah Berakhir
119 Bagian 119 Cinta
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Bagian 1 Tania
2
Bagian 2 Tiga Bintang
3
Bagian 3 Sang Idola
4
Bagian 4 Pria Manis
5
Bagian 5 Kedekatan
6
Bagian 6 Mama Sakit?
7
Bagian 7 Khawatir
8
Bagian 8 Fan Boy
9
Bagian 9 Pantai
10
Bagian 10 Sayang Mama
11
Bagian 11 Cinta
12
Bagian 12 Romi
13
Bagian 13 Menghadiri Pesta
14
Bagian 14 Tak Terduga
15
Bagian 15 Maaf
16
Bagian 16 Makan Siang
17
Bagian 17 Tak Sengaja
18
Bagian 18 Kebetulan
19
Bagian 19 Indra Keluar
20
Bagian 20 Si Kampret
21
Bagian 21 Sampul Yang Manis
22
Bagian 22 Aku Peduli Dan Kau Percaya
23
Bagian 23 Bu Miski
24
Bagian 24 David
25
Bagian 25 Pertama Kali
26
Bagian 26 Dia Putra Ku
27
Bagian 27 Bertemu Kakek
28
Bagian 28 Mendekat
29
Bagian 29 Perhatian
30
Bagian 30 Dimas
31
Bagian 31 Apa Dia Seperti Itu?
32
Bagian 32 Terimakasih
33
Bagian 33 Mimpi Buruk Mama
34
Bagian 34 Kakek Bima
35
Bagian 35 Keputusan
36
Bagian 36 Mencari
37
Bagian 37 Pak Muklis Di Eliminasi
38
Bagian 38 Mama Tania
39
Bagian 39 Permainan Si Manis
40
Bagian 40 Sudah Pasti
41
Bagian 41 Gelisah
42
Bagian 42 Tampak Berbeda
43
Bagian 43 Bersama
44
Bagian 44 Senandung Si Manis
45
Bagian 45 Yang Masih Tertinggal Di Sudut Hati
46
Bagian 46 Tak Ada Yang Tau Isi Sebuah Rumah
47
Bagian 47 Dilema Orang Tua
48
Bagian 48 Kau Kuat
49
Bagian 49 Sungguh Dunia Ini Begitu Sempit
50
Bagian 50 Pesona Dan Ketampanan
51
Bagian 51 Mantan Suami?
52
Bagian 52 Temuan
53
Bagian 53 Si Manis Marah?
54
Bagian 54 Kau Marah?
55
Bagian 55 Jadi Begitu
56
Bagian 56 Pak Marwan
57
Bagian 57 Bertemu Camer
58
Bagian 58 Menang
59
Bagian 59 Rumah Tania
60
Bagian 60 Keinginan Si Manis
61
Bagian 61 Kedok
62
Bagian 62 Rasa Syukur
63
Bagian 63 Hubungan
64
Bagian 64 Siapa Bajingan Ini?
65
Bagian 65 Bagaimana Ini?
66
Bagian 66 Ketemu
67
Bagian 67 Zaki
68
Bagian 68 Akhir Zaki
69
Bagian 69 Kenapa Jadi Begini?
70
Bagian 70 Tak Kunjung Reda
71
Bagian 71 Apa Ini?
72
Bagian 72 Mengharukan
73
Bagian 73 Mahardika
74
Bagian 74 Dia Ya?
75
Bagian 75 Peringatan Dan Kesedihan
76
Bagian 76 Khawatir Sang Teman
77
Bagian 77 Kabar Baik
78
Bagian 78 Kembali Pulang
79
Bagian 79 Kau Kembali
80
Bagian 80 Cara Indra Membungkam
81
Bagian 81 Hiks...hiks...
82
Bagian 82 Bagaimana Bersikap?
83
Bagian 83 Astaga!!!
84
Bagian 84 Ragu
85
Bagian 85 Selesaikan
86
Bagian 86 Dia Menangis Untuk Mu
87
Bagian 87 Kecamuk Di Hati
88
Bagian 88 Bertemu
89
Bagian 89 Peringatan
90
Bagian 90 Ugh!!!
91
Bagian 91 Rumah Sakit
92
Bagian 92 Mengikhlaskan
93
Bagian 93 Sesuatu Yang Belum Bisa Di Katakan
94
Bagian 94 Dia Melukai Dunia Ku...
95
Bagian 95 Wina
96
Bagian 96 Menemui Dika
97
Bagian 97 Anak Muda Yang Bersemangat
98
Bagian 98 Kediaman Gunadi
99
Bagian 99 Pukulan Dimas
100
Bagian 100 Nasehat
101
Bagian 101 Luka
102
Bagian 102 Meminta Kesempatan
103
Bagian 103 Senyum Dan Benci
104
Bagian 104 Saling Berhubungan
105
Bagian 105 Apa Yang Terjadi?
106
Bagian 106 Kemana Mama?
107
Bagian 107 Pencarian Mama
108
Bagian 108 Aku Ingin Berguna
109
Bagian 109 Malam Badai
110
Bagian 110 Dia Tidak Pernah Ke Toilet
111
Bagian 111 Sudah Ku Duga
112
Bagian 112 Khawatir Dan Kegilaan
113
Bagian 113 Tiba Di rumah Rahmat
114
Bagian 114 Brengsek!!!
115
Bagian 115 Berdiskusi
116
Bagian 116 Mencintai Penyelamat
117
Bagian 117 Teman
118
Bagian 118 Kisah Yang Telah Berakhir
119
Bagian 119 Cinta

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!