Tiba juga hari ini. Hari yang sangat ditunggu Kakek Saka, namun tidak dengan kedua mempelai. Hari pernikahan Raka dan Juwita
Juwita tampak memaksakan senyum, menyapa para tamu yang hadir.
Juwita menatap wajah-wajah bahagia orang terkasih. Wajah papanya yang tersenyum, meski begitu Juwita sadar, papanya masih merasa sedih dan belum merelakan Riska untuk menikah.
Juwita juga sangat sedih karena kesalahpahaman yang sudah terlanjur terjadi.
Jika saja kesalahpahaman itu tidak terjadi maka Pernikahan ini pasti tidak akan pernah ada. Wajah papanya pasti tidak akan menampakkan senyum yang tidak tulus seperti sekarang.
"Senyum dong cantik!" kata Reno sambil menarik pipi Juwita.
"Reno, lepas!" Juwita tidak ada tenaga untuk meladeni Reno saat ini.
Reno lalu melepaskan tangannya. Reno merasa bahagia dengan pernikahan kedua sahabatnya. Meskipun pernikahan ini terkesan terburu-buru, namun Reno sangat percaya Raka tidak akan menyakiti Juwita.
Kemarahannya yang kemarin, itu karena kekecewaan yang dirasakannya. Mengetahui kedua sahabatnya yang melewati batas.
Reno pasti sangat setuju jika mereka mengatakan hubungan mereka, tidak harus sampai kebablasan begitu. Seberapapun brengseknya Reno dan Raka, mereka tidak akan pernah menyakiti Juwita, itu adalah janji mereka.
"Rak, Juwita jangan di buat nangis ya!" ucap Reno main-main,
"Jangan mengkhawatirkan hal yang tidak perlu" jawab Raka.
Reno merasa sangat tenang jika Raka lah yang
menjadi suami Juwita. Raka jauh lebih bisa dipercaya, daripada laki-laki di luar sana.
" Oke Kalau begitu aku kesana dulu," kata Reno
sambil menunjuk ke arah dimana keluarganya
berada.
Sekarang yang ada di dalam pikiran Juwita adalah bagaimana nasib pemikahannya ke depan.
Juwita menatap Raka yang berada di sampingnya. Raka tersenyum seolah-olah ini memanglah pernikahan yang diharapkannya
"Kenapa cemberut begitu?" tanya Raka pada juwita
Juwita hanya menggelengkan kepalanya
"Rak, kamu nggak akan ninggalin aku kan?" bisik Juwita
Raka pun menoleh, menatap Juwita seperti berkata kamu serius menanyakan hal itu
Belum sempat Raka menjawab Juwita sang sekretaris sudah menghampiri mereka
"Selamat ya! Aku nggak nyangka kalian akan menikah secepat ini," ucap Fika tersenyum pahit menahan cemburu.
"Terima Kasih sudah menyempatkan waktunya untuk datang " Juwita yang menjawab.
Juwita juga langsung menggandeng lengan Raka menunjukkan jika Raka sekarang sudah menjadi miliknya.
Raka yang melihat sikap Juwita sekarang mengerutkan alisnya.
"Ada apa dengan anak in!?" pikir Raka
Sedangkan Fika, melihat lengan Raka yang di rangkul Juwita dengan begitu eratnya, membuatnya tidak ingin berlama-lama berada di sana.
Saat Fika hendak menyalami Raka. Juwita langsung menerima uluran tangan Fika.
" Sama-sama, silahkan menikmati pestanya!" kata juwita sembari tersenyum manis.
"Apa ini yang dinamakan naluri seorang Istri? pikir Raka saat melihat respon Juwita setelah Fika datang, Raka jadi berpikir seperti itu.
Walaupun mereka sudah bersama sejak kecil. Namun, pernikahan ini bukanlah keputusan mereka jadi tidak salah jika Raka berpikir seperti itu.
*
Malam hari setelah pesta pernikahan. Kini
tinggal keluarga besar yang berada di kediaman Raka.
"Raka, aku menyerahkan putriku padamu Jagalah dia jangan pernah sekali-kall kamu berani menyakitinya" pesan Royan
"Iya, Pah" jawab Raka dengan mantab
" Juwita, sekarang kamu sudah menjadi seorang Istri, kamu harus menghormati Raka, Turuti semua perintahnya, selagi itu benar" pesan Royan pada putrinya.
"Sekarang Raka bukan hanya sekedar sahabat kamu melainkan Raka kini menjadi suami kamu!" lanjutnya.
"Pa, juwita ikut Papa pulang saja ya," ucap
Juwita.
" Tidak bisa Juwita! Sekarang kamu sudah menikah, jadi kamu harus mengikuti suami kamu!"
"Tapi nanti Papa sendirian di rumah, Papa pasti nanti kesepian, Kita kan cuma tinggal berdua atau Papa ikut tinggal di sini saja, ya, ya" bujuk Juwita, Juwita mana tahan harus meninggalkan papanya untuk tinggal sendirian. Mereka hanya tinggal berdua saja selama ini. Sangat berat bagi Juwita jika harus meninggalkan papanya sendirian di rumah.
Melihat Juwita yang tidak ingin meninggalkan papanya. Akhirnya Kakek Saka memutuskan, agar Royan ikut tinggal bersama mereka
"Kamu mulai sekarang tinggal di sini saja Yan" ucap Kakek saka
"Tapi Om!"
"Kalian tidak keberatan kan, Royan tinggal di sini?" Tanya Kakek Saka pada anak dan menantunya.
"Tidak apa-apa, Yah" jawab Regar, papa Raka
"Kamu tinggal disini saja, lagilan masih ada kamar kosong untuk kamu tempati Juwita juga pasti tidak akan tenang jika harus meninggalkanmu sendirian ucap Regar
"Baiklah!" jawab Royan.
Setelah Royan pikir-pikir tidak ada salahnya untuk tinggal disini, selain dia tidak terpisah dengan putrinya dia juga masih bisa melihat rumahnya kapanpun dia mau Meskipun rumah mereka hanya berjarak beberapa meter.
Sebagai seorang anak, Juwita tetap tidak tega meninggalkan papanya sendirian.
"Papa beneran mau tinggal disini?" tanya Juwita sangat antusias
"iya lagian rumah kalau kamu tinggal juga hanya ada Papa. Kalau Papa tinggal disini, Papa juga masih bisa balik untuk sekedar membersihkan rumah nanti," jawab Royan.
Juwita langsung menghampiri Royan dan memeluknya dengan sangat erat.
"Sudah, sudah! Kamu bukan anak gadis lagi. sekarang kamu sudah punya Suami," ucap Royan
Juwita memanyunkan bibirnya, mendengar ucapan papanya.
"Oh ya Rak, nanti malam sudah bukan malam pertama lagi dong" bisik Reno menggoda Raka, Raka hanya menatap Reno dengan kesal.
"Diamlah!" ucap Raka pelan
"Nggak asik banget sih. Toh kamu juga sudah pernah," jawab Reno sambil menaik turunkan alisnya.
Raka mengabaikan Reno yang duduk di sampingnya.
Masih segar diingatan Raka, bagaimana kecewa dan marah orang tuanya saat Kakek menjelaskan tentang pernikahannya yang mendadak ini Mamanya menangis dan papanya hanya diam sangking marahnya.
Melihat kedua orang tuanya seperti itu, Raka tidak bisa menjelaskan tentang apa yang terjadi.
Bisa jadi, jika Raka menjelaskannya, itu malah akan membuat sang Papa akan semakin marah padanya, karena merasa di bohongi.
"Kamu harus segera menikahi Juwita. Rak! Mama sangat menyayangi kalian bertiga. Apalagi Juwita yang sudah kehilangan mamanya" Tania menarik napas.
"Kamu harus bertanggung jawab" lanjut Tania
Mama Tania adalah sosok yang lembut. Bahkan jika Tania sedang bersama Juwita, mereka akan terlihat seperti Anak dan Ibu, sangking akrabnya.
"Woi, malah bengong aja." Reno mengagetkan Raka yang malah terdiam.
"Apa?" tanya Raka
"Benar-benar ini anak, mentang mentang sudah sah, pikirannya jorok terus," kata Reno
"Idiot!" balas Raka.
Reno tiba-tiba saja mendapat ide untuk menggoda Raka.
"Kakek, Om, Tante. Sudah dulu ngobrolnya, pengantin barunya sudah tidak tahan" kata Reno dengan keras sehingga, semua orang yang berada di sana langsung menatapnya
Setelah beberapa detik dalam keadaan sunyi "Benar, kita tidak seharusnya menahan pengantin baru begitu lama," ucap Kakek tersenyum memecah keheningan.
"Kalau begitu Raka bawa pengantinmu ke atas!" ucap Kakek Saka
Raka dan Juwita yang mendengar ucapan absurd itu wajahnya memerah. Tidak menyangka Reno akan mengucapkan ucapan yang konyol. Parahnya lagi, Kakek malah meladeninya.
"Sana ke atas! Juwita pasti juga sudah lelah," ucap Kakek lagi.
Mereka yang melihat pasangan pengantin baru itu malu-malu, malah menganggap mereka lucu. Walau bagaimanapun mereka tahunya mereka berdua sudah kebablasan. Jadi, mereka menganggap reaksi mereka sekarang sangat lucu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
Bianca Garcia Torres
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
2023-10-17
0