Hati Salwa

Ayah Haris dan Bunda Raisya ikut makan siang bersama di kediaman Tristan.

Melihat Salwa yang telaten melayani Khumairah, Bunda Raisya merasa sangat senang. Putri sulungnya itu memang memiliki hati yang tulus. Namun ketika sedikit saja dia kecewa, maka dia akan diam.

"Bunda yakin, kamu pasti bisa melewati semua ini, Wa." Batin Bunda Raisya.

"Setelah makan, Shalat Dhuhur di sini dulu, Ya, Bun!" Ujar Tristan.

"Iya, kami akan shalat di sini dulu, setelah dari sini kami akan mampir ke rumah Salman nanti."

Akhirnya mereka pun selesai makan siang. Masing-masing mengambil wudhu' kecuali Salwa.

"Wa, kamu nggak shalat?" Tanya Ayah Haris.

"Lagi halangan, Yah!"

"Sejak kapan?"

"Tiga, eh dua hari yang lalu."

"Oh... haha..."

"Ayah kenapa ketawa?"

"Nggak pa-pa! Ayah hanya kasihan sama orang yang nggak dapat jatah!" Ayah Haris melirik menantunya.

"Ayah, Apaan sih?Gitu amat sama mantu!" Bunda Raisya menimpali.

"Selamat berjuang! Jangan terlalu kaku, usaha dengan maksimal." Bisik Ayah Harus di telinga Tristan.

Mereka pun shalat berjama'ah, Ayah Haris yang menjadi imam shalat.

Tepat jam 14.00 Ayah Haris dan Bunda Raisya berpamitan pulang.

Sore harinya, Salwa menemani Khumairah mengaji.

"Shodaqallahul 'adzim."

"Bunda, dua minggu lagi Ira akan ulang tahun yang ke 6 tahun.

"Oh ya? Berarti Ira sudah besar ya?"

"Iya, kata Miss Fera kalau sudah besar nggak boleh tidur sama orang tua. Jadi mulai hari ini aku nggak akan tidur sama Abi dan Bunda."

"Hah... nggak pa-pa kok, Ra!"

"Nggak mau, Bun! Ira kan, pingin punya adik! Kata Nini kalau Ira pingin punya adik, Ira nggak boleh tidur sama Abi dan Bunda."

"Waduh, bisa gawat kalau Ira nggak tidur sama kami." Batin Salwa.

Malam harinya. Seperti uang dibilang Khumairah tadi sore, ia tidak mau tidur dengan Abi dan Bundanya.

Salwa menemani Khumairah sebentar di kamarnya. Setelah Khumairah tertidur, ia kembali ke kamarnya sendiri.

Sampai di kamarnya, rupanya Tristan sedang menonton televisi. Salwa masuk ke walk in closet untuk berganti baju tidur. Kali ini ia memakai dress panjang warna pink berbahan satin lengan buntung namun dilapisi luaran lengan panjang. Salwa masih memakai cadar rumahan yang tidak terlalu panjang. Ia pun keluar dari ruangan tersebut. Ia bingung hendak naik ke tempat tidur, karena saat ini suaminya sudah duduk sembujur di atas tempat tidur.

"Mana Ira?"

"Emmm... Ira tidur di kamarnya."

"Oh... "

"Aku tidur duluan, Mas!"

"Iya silahkan!"

Salwa berbaring membelakangi suaminya. Sebenarnya ia sangat gugup saat ini. Tapi ia masih bisa mengontrolnya dengan cara seperti itu.

Tristan pun mematikan televisi. Ia pergi ke kamar tidur, dan menyusul untuk tidur.

Di pertengahan malam, Tristan merasa kehausan. Ia bangun dan menghilangkan lampu, saat eminum air dari gelas yang ada di atas nakal, ia tersedak minumnya sendiri. Bagaimana tidak? Dia melihat dress istrinya terangkat sampai lutut. Dan cadar istrinya hampir saja lepas.

Tristan meletakkan gelasnya kembali dan mematikan lampu kamar dan juga lampu tidur. Ia sangat gelisah saat ini. Tiba-tiba saja adik kecilnya terusik dan bangun perlahan.

"Ah, ****! Ayolah, tidur!" Lirihnya kepada adik kecilnya.

Salwa terusik dengan suara lirih suaminya. Ia pun terbangun dan menghidupkan lampu tidur di sampingnya. Ia bangun hendak ke kamar mandi, namun karena dirinya yang masih sempoyongan, kakinya pun terkilir.

"Au...!"

Tanpa ia sadari cadarnya terlepas.

"A-ada apa?"

"Kakiku, sakit!"

Tristan menghampiri istrinya yang sedang kesakitan di lantai.Tristan tertegun di tempatnya. Wajah ayu Salwa terpampang nyata. Matanya yang lentik, hidung mancung, serta pipi yang kemerahan. Dan jangan lupakan lesung pipinya yang menambah kecantikan wajahnya.

"Masyaallah, benar kata Ira! Dia seperti bidadari." Batin Tristan

Tristan mencoba menyentuh kakinya.

"Ja-jangan dipegang, Mas! Sakit!"

"Kamu mau kemana?"

"Ke kamar mandi!"

"Bisa berdiri?"

"Akan aku coba!"

Salwa berpegangan ke tempat tidur. Tristan hanya memperhatikannya.

"Aduh duh...!"

"Duduklah dulu!"

"Cadarku?" Ia baru sadar kalau cadarnya terlepas dan jatuh di lantai

"Duduk saja dulu! Cadarmu nggak akan hilang!"

Salwa menuruti kata suaminya. Ia menundukkan wajahnya karena sangat malu.

"Tahan sedikit, aku akan mengurutnya dengan pelan!"

"Hem..."

Saat tangan Tristan mulai menyentuh kakinya, ada desiran hebat dalam darah Salwa. Dia memang sama sekali tidak pernah bersentuhan dengan lawan jenisnya.

"Au au...sakit!"

"Nah sudah!"

"Coba berdiri!"

"Masih sedikit sakit!"

"Kalau belum bisa jalan, aku akan bantu!"

"Ti-tidak usah! Aku bisa berjalan pelan-pelan!"

Dengan sedikit menyeret kakinya, Salwa pergi ke kamar mandi. Lima menit kemudian ia keluar. Ternyata Tristan masih duduk di tempat tidurnya.

Salwa mencari-cari cadarnya.

"Apa ini yang kamu cari?"

Ternyata cadar Salwa ada di tangan Tristan.

"Untuk apa kamu tidur menggunakan ini?"

"E e.."

"Apa kamu tidak merasa pengap?"

Tristan berjalan mendekati Salwa.

"Aku sudah terbiasa." Jawab Salwa santai.

"Mulai saat ini biasakan tidur tanpa cadarmu! Aku ini suamimu bukan orang lain!"

"Hem, baiklah."

"Tidurlah! Sudah malam."

"Kamu baru sadar kalau aku ini istrimu, Mas?"

"Maksudmu?"

Tristan berbalik ke arah Salwa lagi.

"Tidak, tidak ada maksud apa-apa! Aku akan tidur!"

Salwa pun naik ke tempat tidurnya.

Tristan keluar ke balkon rumah, dia memikirkan maksud dari perkataan istrinya.

"Apa maksudnya? Apa selama menikah denganku dia tidak merasa diperlakukan seperti seorang istri? Apa sikapku kepadanya terlalu dingin? Apa dia tidak nyaman? Mungkin aku harus tanya kepada Salman. Apa yang harus aku lakukan kepada saudara kembarnya itu." Batin Tristan.

Setelah lelah memikirkan semuanya, Tristan pun masuk ke dalam kamar dan tidur menyusul Salwa.

Salwa terisak, ia tidak dapat menahan isakan tangisnya. Ternyata dari tadi ia tidak bisa tidur lagi. Tristan yang baru saja memejamkan matanya terusik. Ia bangun dan reflek menyentuh bahu Salwa.

"Sa-Salwa... kamu kenapa?"

Dia hanya menggelengkan kepala.

Tristan berusaha untuk membalikkan tubuh Salwa.

"Katakan kepadaku, apa yang membuatmu menangis? Apa aku sudah menyakitimu?"

"Mas, kalau kamu tidak menginginkan aku sebagai istrimu! Tidak apa-apa! Aku akan tetap menjadi Ibunya Ira!"

"Ke-kenapa kamu berkata seperti itu?"

"Karena aku merasa begitu! Hiks..."

"Tidak, tidak! Itu tidak benar! Justru aku sangat berharap kamu mau menerimaku! Bahkan dari beberapa bulan yang lalu, kamu sudah menolak lamaranku! Padahal banyak sekali wanita yang melamarku."

"Itu karena aku tidak mau dibandingkan dengan istri pertamamu! Ketakutanku hanya itu! Aku tidak siap dibanding-bandingkan!"

"Tapi dia sudah meninggal!"

"Meski sudah meninggal, tapi kenangan itu masih hidup di hati kamu, Mas! Bahkan kamu masih menyimpan fotonya di kamar kita."

Deg

Tristan terhenyak. Ia menoleh ke dinding, dimana di situ terpampang fotonya dan Nabila. Ia meraup mukanya dengan satu tangannya. Ia baru sadar, kalau hal tersebut sangat mempengaruhi perasaan istrinya. Kini ia baru sadar kegundahan hati Salwa.

Bersambung....

...----------------...

Next ya kak

Terpopuler

Comments

Sri Rahayu

Sri Rahayu

payah Tristan....biasanya duda kan lbh agresif 🤪🤪🤪

2024-02-27

1

sherly

sherly

kurang peka nih mantan duda ..

2024-02-16

3

Bunda RH

Bunda RH

maklum baru awal kak

2024-02-09

0

lihat semua
Episodes
1 Rumah sakit
2 Sah
3 Kanebo Kering
4 Tidur bertiga
5 Diantar Bunda
6 Mertua bar bar
7 Hati Salwa
8 Terkesima
9 Manis
10 Hasrat tertahan
11 Lautan asmara
12 Menu Baru
13 Coklat
14 Cemburu
15 Cerita Abi
16 Pacaran
17 Foto masa kecil
18 Penjelasan
19 Kedatangan Kayla
20 Ceper
21 Tamu tak terduga
22 Nenek jahat
23 Perdebatan
24 Kesalahan Roby
25 Ingin adik
26 Baju haram
27 Tanda-tanda
28 Gatal-gatal
29 Titik-titik
30 Kabar bahagia
31 Heboh
32 Resepsi
33 Insiden
34 Kado
35 Do'a Tristan
36 Klarifikasi
37 Tergila-gila
38 I love you
39 Misi
40 Rekaman
41 Fakta baru
42 Sakit Perut
43 Kecewa
44 Kesal
45 Godaan Salwa
46 Keputusan Hakim
47 7 bulanan
48 Melamar
49 Lahiran
50 Menyambut triple F
51 Sifat Khumairah
52 Aqiqah
53 Surprise
54 Sakit
55 Melepas rindu
56 Batin Tristan
57 Menemani Tristan
58 Bertemu Raja
59 Positif
60 Ngidam Bakso
61 Kabar duka
62 USG
63 Ujian
64 Detik-detik
65 Pindahan
66 Pernikahan
67 Khumairah
68 Kunjungan
69 Tuan Ahmed
70 Menyampaikan kebenaran
71 Menerima Kenyataan
72 Libur panjang
73 Kunjungan
74 Ospek
75 Fitnah
76 Hukuman
77 Keluarga impian
78 PPL
79 Pak Arif
80 Jatuh
81 Penasaran
82 Bocor
83 Batin Arif
84 Bukan kebetulan
85 Ulah Miss Gina
86 Pertemuan
87 Mobil Ira
88 Asma
89 Pesan
90 Jamuan
91 Menimbun Rindu
92 Pingsan
93 Lamaran
94 Halal
95 Bukan mimpi
96 Mau lagi
97 Novel baru
98 Fiting
99 Berpisah sementara
100 Resepsi
101 Melepas rindu
102 Kabar bahagia
103 Mantan
104 Bubur Ayam
105 Memberi pertolongan
106 Pertemuan
107 Berdamai
108 Akhir cerita
Episodes

Updated 108 Episodes

1
Rumah sakit
2
Sah
3
Kanebo Kering
4
Tidur bertiga
5
Diantar Bunda
6
Mertua bar bar
7
Hati Salwa
8
Terkesima
9
Manis
10
Hasrat tertahan
11
Lautan asmara
12
Menu Baru
13
Coklat
14
Cemburu
15
Cerita Abi
16
Pacaran
17
Foto masa kecil
18
Penjelasan
19
Kedatangan Kayla
20
Ceper
21
Tamu tak terduga
22
Nenek jahat
23
Perdebatan
24
Kesalahan Roby
25
Ingin adik
26
Baju haram
27
Tanda-tanda
28
Gatal-gatal
29
Titik-titik
30
Kabar bahagia
31
Heboh
32
Resepsi
33
Insiden
34
Kado
35
Do'a Tristan
36
Klarifikasi
37
Tergila-gila
38
I love you
39
Misi
40
Rekaman
41
Fakta baru
42
Sakit Perut
43
Kecewa
44
Kesal
45
Godaan Salwa
46
Keputusan Hakim
47
7 bulanan
48
Melamar
49
Lahiran
50
Menyambut triple F
51
Sifat Khumairah
52
Aqiqah
53
Surprise
54
Sakit
55
Melepas rindu
56
Batin Tristan
57
Menemani Tristan
58
Bertemu Raja
59
Positif
60
Ngidam Bakso
61
Kabar duka
62
USG
63
Ujian
64
Detik-detik
65
Pindahan
66
Pernikahan
67
Khumairah
68
Kunjungan
69
Tuan Ahmed
70
Menyampaikan kebenaran
71
Menerima Kenyataan
72
Libur panjang
73
Kunjungan
74
Ospek
75
Fitnah
76
Hukuman
77
Keluarga impian
78
PPL
79
Pak Arif
80
Jatuh
81
Penasaran
82
Bocor
83
Batin Arif
84
Bukan kebetulan
85
Ulah Miss Gina
86
Pertemuan
87
Mobil Ira
88
Asma
89
Pesan
90
Jamuan
91
Menimbun Rindu
92
Pingsan
93
Lamaran
94
Halal
95
Bukan mimpi
96
Mau lagi
97
Novel baru
98
Fiting
99
Berpisah sementara
100
Resepsi
101
Melepas rindu
102
Kabar bahagia
103
Mantan
104
Bubur Ayam
105
Memberi pertolongan
106
Pertemuan
107
Berdamai
108
Akhir cerita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!