The Villainess And Monster
“Lise, gantikanlah pernikahan adikmu.”
“Dia tidak ingin menikah dengan Duke Monster itu, maka gantikanlah dia,” pinta Duke Targayen pada putri sulungnya.
Carlisle menatap tak percaya pada sang ayah, ia tak menyangka pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah tegas itu akan melimpahkan kesalahan Esmeralda padanya.
Ya, sang adik Esmeralda tak sengaja melakukan kesalahan besar yang mengakibatkannya harus menikah dengan Duke Alastair. Gadis yang berada tidak jauh dari Carlisle itu menangis keras di pelukan sang ibu, ia tak ingin menikah dengan pria berjulukan monster tersebut.
“Aku?”
“Sejak awal Esmeralda yang membuat masalah, dan kalian melimpahkan kesalahannya padaku?” tanya Carlisle yang masih bersikap tenang.
Mendengar itu sang ayah mendekati Carlisle, ia memegang bahu putrinya, “Putriku mengertilah keadaan adikmu, dia masih belum siap untuk menikah, apalagi dengan Duke kejam itu.”
“Lalu apa kau tidak mengasihani aku? Aku juga putrimu, kau menutup kesalahan seorang putri dan memberikannya pada putri yang lain?”
Carlisle tersenyum dan menatap ibu dan adiknya, “Apa itu adil?”
“Dia bukan anak kecil lagi, jangan terus menutup kesalahannya.” sambung Carlisle.
“Lise kenapa kau sejahat itu pada adikmu? Ingatlah apa yang kau lakukan padanya dulu? Sekarang sudah saatnya kau membalas budi atas kebaikan adikmu!” balas sang ibu yang balik menatap tajam Carlisle.
“Hiks, hiks, Ibu aku tidak ingin menikah dengan monster itu,” rengek Esmeralda di pelukan ibunya.
“Tentanglah putriku, kau tidak akan menikah dengannya,” jawab Duchess menenangkan putri kesayangannya.
Melihat perlakuan berbeda sang ibu, membuat hati Carlisle tersayat, sorot matanya berubah sendu. Bukan karna iba pada keluarganya, tapi ia kasihan pada dirinya sendiri.
“Demi nama baik keluarga kita, tolong berkorbanlah Carlisle,” pinta sang ayah dengan wajah memohon.
“Ayah tidak punya pilihan, hanya ini satu-satunya jalan terbaik untuk kita, kita tidak bisa menentang keputusan kaisar. Tolong berkorbanlah untuk keluarga ini, ayah dan ibu akan sangat senang jika kau mau menerimanya,” ucap sang ayah lagi.
Sebegitunyakah kalian menyayangi Esmeralda? Sampai-sampai kesalahan besar pun kalian limpahkan padaku, batin Carlisle.
Tanpa sadar Carlisle mengingat segala perlakuan berbeda kedua orang tuanya terhadap ia dan Esmeralda. Bohong jika ia tak iri pada adiknya yang sejak dulu dilimpahi kasih sayang kedua orang tuanya.
"Semua ini karenamu Lise, jika kau tak mendorongnya dari tangga, dia tidak akan mengalami masa-masa sulit seperti ini."
“Kau, kenapa kau sangat membenci adikmu?”
“Semua ini karenamu!”
“Dia begini karenamu Lise!”
“Kau anak tak berguna, kau pembawa sial, aku menyesal pernah melahirkanmu!”
Carlisle merasa dadanya begitu sesak ketika mengingat kembali kata-kata yang dulu pernah Duchess lontarkan padanya.
“Kami sudah membesarkanmu dengan baik selama ini, kini sudah saatnya kau membalas budi pada kami Carlisle. Hanya ini yang aku dan ayahmu inginkan sebagai gantinya,” ucap sang ibu saat melihat Carlisle terdiam cukup lama.
Mendengar kata-kata Duchess, Carlisle tertawa. “Ha, ha, membesarkanku saja kalian meminta balasan, padahal aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan, apa lagi dari orang tua seperti kalian.”
Praak...! Sontak Duke Targayen mendaratkan tamparan ke pipi Carlisle.
“Carlisle jaga bicaramu!” teriak sang ayah.
“Seharusnya kau bersyukur dilahirkan dari keluarga bangsawan, sejak lahir tak pernah kekurangan apa pun, apa begini caramu membalas kami?”
“Ternyata benar apa yang dikatakan orang-orang, kau aib bagi keluarga ini!”
Mendengar kata-kata sang ayah, Carlisle kembali tertawa, sembari memegangi pipinya ia menatap Duke.
“Ya, benar, tepat sekali, aku aib, aku memang sampah keluarga ini. Kenapa kalian baru menyadarinya sekarang?”
“Kalian meminta balasan bukan? Baiklah, aku akan menuruti apa yang kalian inginkan sebagai bayaran telah membesarkanku,” ucap Carlisle lagi sembari berjalan pergi.
“Carlisle kenapa kau seperti ini? Kau tidak mengasihani adikmu? Sejak kecil dia sudah menderita karena dirimu, sudah sewajarnya kau berbuat seperti ini untuknya!” bentak Duchess.
Carlisle yang ingin membuka ganggang pintu itu pun berhenti, “Aku sudah menanggung kesalahannya ibu, apa lagi yang kalian inginkan?”
“Sekarang aku permisi, semoga malam kalian bahagia.”
Carlisle meninggalkan ruang kerja sang ayah, dengan perasaan bercampur aduk ia kembali ke kamar. Wanita itu menutup rapat-rapat kamarnya, dan kemudian ia duduk bersandar di balik pintu sambil mengatur nafasnya yang tak beraturan.
Sakit, itulah yang Carlisle rasakan, dadanya begitu sesak karna ketidakadilan yang ia alami.
Kenapa rasanya sesakit ini! Kenapa aku harus mengalami semua ini hanya karna aku tak secantik Esmeralda, batin Carlisle.
“Hah, kenapa rasanya begitu sesak?”
Tanpa sadar buliran air keluar dari balik kelopak matanya, sudah cukup ia merasakan pengabaian dan caci maki dari orang-orang, dan kini ketidakadilan pun harus ia rasakan. Perlahan Carlisle mendongakkan wajahnya, pantulan dirinya yang menyedihkan pun terlihat dari cermin.
Sosok bertubuh gendut dan wajah yang buruk rupa terlihat jelas. Meski ia mewarisi rambut putih dan mata biru laut ayahnya, tetap tak bisa menandingi kecantikan sang adik yang dijuluki wanita tercantik di kekaisaran.
Banyak orang membandingkan keduanya bagai langit dan bumi, baik sifat maupun paras sangat jauh berbeda meski keduanya bersaudara.
Carlisle Targayen, dia adalah putri pertama keluarga Duke Targayen, seorang wanita yang dianggap buruk, baik oleh keluarga maupun para bangsawan.
Sampah keluarga Duke, penjahat, dan wanita yang ingin menyaingi adiknya sendiri adalah julukan orang-orang pada dirinya, seolah tak ada sedikit pun sisi baik dalam diri Carlisle.
Carlisle menghapus air mata yang mengalir di pipinya, tak ada waktu baginya untuk terus menangis, sekarang ia harus memikirkan cara bagaimana menghadapi Duke berjulukan monster tersebut.
“Aku tidak pernah mengenal pria itu, lantas bagaimana caraku menghadapinya?”
Di saat bersamaan seorang pelayan mengetuk pintu kamar Carlisle.
“Nona saya membawakan Anda menu makan malam, saya juga membawakan Anda menu tambahan lainnya. Bisakah saya masuk Nona?”
Menyadari pelayan setianya datang, Carlisle buru-buru berdiri dan membukakan pintu. Terlihat sosok wanita muda dengan rambut coklat yang tergulung rapi membawa troli makanan untuknya.
Tanpa mengucap salam pelayan tersebut langsung memasuki kamar dan memindahkan makanan yang ada di troli ke meja, saat meja tersebut telah penuh dengan berbagai jenis masakan, ia menatap khawatir pada Carlisle.
“Nona ayo makanlah, Anda belum makan sejak pagi.”
Alie, dia satu-satunya pelayan yang mau mendengar perintah Carlisle dan wanita yang begitu setia pada tuannya. Saat mendengar masalah yang terjadi pada Carlisle ia buru-buru menyiapkan makanan untuk tuannya itu.
Gadis itu tahu kebiasaan Carlisle jika terlibat masalah yang memberatkan pikirannya, maka ia akan melimpahkan rasa frustrasinya itu pada makanan dan menjadi salah satu penyebab tubuh besar Carlisle.
Lise menatap kosong makanan yang memenuhi mejanya, tapi ia tetap duduk dan mulai melahap satu-persatu makanan yang ada dengan cepat.
Saat buliran air kembali keluar dari balik kelopak matanya, semakin cepat pula Carlisle menyumpal makanan ke mulutnya.
...****************...
Duke Alastair yang baru saja datang ke ibu kota terlihat mempercepat langkahnya menuju ruangan Kaisar, pria itu ingin menemui sang paman setelah mendengar keputusannya.
“Akhirnya, kau muncul Elio. Ada apa lagi kau ingin menemui paman?” tanya sang kaisar sembari menyeruput tehnya.
“Paman, kau masih tampak tenang setelah apa yang kau putuskan untukku?”
Pria tua itu pun tertawa, “Kenapa? Kau sendiri yang mempercayakan semuanya pada paman bukan?”
“Paman masih sangat ingat apa yang kau katakan ‘Aku percayakan semua keputusan ini padamu paman.’ “
“Ya, aku tahu, tapi menikah? Paman, aku hanya menuntut tanah yang wanita itu ambil tanpa izin. Aku ingin tanah itu kembali berserta kerugian yang kualami, bukan pernikahan.”
“Elio, kau sendiri tahu seperti apa hubungan keluarga Duke Targayen dan Duke Alastair, jika terjadi sedikit saja kesalahpahaman, itu akan membuat permusuhan di antara dua keluarga.”
“Pernikahan ini akan sangat menguntungkan, Elio. Kau akan mendapat banyak dukungan, dan kekuasaanmu akan semakin kuat. Hubungan buruk dengan Targayen juga akan berakhir jika kau menikah.”
“Dan paman pun juga tidak bisa menarik kembali keputusan yang sudah diambil, lagi pula sampai kapan kau ingin melajang?”
“Paman juga ingin menimang seorang cucu, kau tahu betapa irinya paman melihat beberapa bangsawan bermain dengan cucunya.”
Elios menghela nafas, ia menatap malas sang kaisar. “Paman, kau sendiri punya seorang putra, kenapa kau tidak menyuruhnya saja untuk menikah?”
“Kau tahu dia yang keras kepala, Paman sudah pasrah dengannya, jika dia ingin melajang seumur hidupnya pun tidak masalah, karna yang terpenting baginya adalah mengurus kekaisaran ini.”
“Paman, kau kaisar yang tidak adil.”
“Ha, ha, ha, itu menurutmu, tidak menurut rakyatku.”
“Jangan lupa, besok kau harus menemui paman, aku ingin mempertemukan kau dengan calon istrimu.”
“Jika aku tidak sibuk,” balas Elios sembari beranjak dari duduknya.
“Hei, paman belum selesai bicara!” teriak Kedrick kala melihat Elios berlalu pergi .
“Tidak Elio, tidak Lucian, mereka selalu saja sulit diatur,” gerutu Kedrick.
...****************...
“Selamat pagi Nona, saya membawakan Anda sarapan,” ucap Alie saat melihat tuannya telah terbangun.
Carlisle segera bangkit ketika mendengar suara Alie, “Ya, letakkan saja di atas meja.”
Alie mengikuti apa yang diperintahkan tuannya, ia kemudian tersenyum melihat wajah Carlisle yang masih mengantuk.
“Saya juga sudah menyiapkan air panas untuk Anda, Nona.”
“Terima kasih Alie.”
Alie mengangguk, “Apa ada lagi yang Anda butuh kan?”
Carlisle menggeleng.
“Baiklah, kalau begitu saya permisi, Nona.”
“Hm, tunggu ... Alie!”
Sontak pelayan tersebut menghentikan langkahnya, ia kembali berbalik. “Ya, Nona, ada apa?”
“Apa kau tahu seperti apa Duke Alastair?”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Bzaa
hadirrrrr
2024-11-19
0
Dede Mila
baca
2024-05-22
1
Murni Dewita
mampir
2024-01-20
0