Hoaaaaaam."
Aku menguap di tengah perjalanan pulangku dari sekolah. Aku agak terlambat pulang hari ini.
Saat jam pelajaran terakhir, aku malah ketiduran dikelas sampai pulang dan tak ada yang membangunkanku. Akibatnya, aku sampai pada situasi sekarang.
Semua orang sudah pulang lebih awal, aku ketinggalan karena ketiduran.
Tapi jika mengesampingkan hal itu, aku sampai di taman yang terletak di antara sekolah dan asrama. Ini benar-benar sepi ya.
Aku merasakan ada orang yang mengikutiku dari belakang. Aku pun langsung waspada terhadap aura kehadiran itu. Jaraknya kira-kira, 7? Atau 10 meter? Tapi aku terus berjalan mengabaikan hal itu.
Kemudian tiba-tiba sebuah tendangan mendarat dikepalaku, tapi untungnya masih sempat kuhindari.
"Untunglah aku waspada. Dan, siapa kau?"
"Kudengar kau adalah orang yang menarik, Tawataki Makima."
Muncul, orang aneh yang tiba-tiba menyebut namaku. Bahkan mukanya ditutupi dengan masker.
Bahkan dia tak menjawab, tapi mulai menyerangku lagi, dia mendaratkan pukulan ke kepalaku tapi aku berhasil menghindarinya. Dan pukulan itu mengeluarkan suara dengungan yang cukup keras. Sepertinya pukulannya sangat kuat dan cepat. Aku harus berhati-hati.
Aku menangkis dan menghindari semua serangannya. Sambil membaca keadaan sekitar, melihat keadaan, dan aku sampai pada satu kesimpulan.
Aku mulai melompat mundur kebelakang, dan mengambil sarung tangan dalam tasku, memakainya dan tasku kulempar kesamping. Aku hanya memakai sarung tangan di tangan kiri.
Kemudian, orang itu menyerang lagi, kali ini dengan tendangan Taekwondo ke arah kepalaku tapi aku bisa menghindarinya. Tapi itu juga belum berakhir, dia mulai mendaratkan pukulan lagi kearahku.
Tapi, aku mulai memegang tangannya, dan membanting tubuhnya kebawah. Dan, hasilnya sungguh buruk.
Lantai di taman ini yang terbuat dari beton, menjadi hancur hanya karena aku membantingnya.
"Padahal aku sudah menahan diri. Tapi itu terlalu kuat ya."
Dan dia juga jadi pingsan. Akhirnya aku meninggalkannya dan lanjut berjalan keasrama.
Sampai di asrama, di depan pintu kamarku, tiba-tiba aku mendengar ada suara 'cling' aku menoleh kekiri, dan tiba-tiba pisau sudah berada tepat didepan bola mataku, seperti sengaja dilempar. akupun menangkap pisau itu dan melemparnya keatas.
"Heargh."
Ada suara orang terkejut.
[ Sudah kuduga, sepertinya ini bukanlah ujian dari pihak sekolah ]
'click'
suara pintu yang menandakan bahwa aku telah menutup pintu, dan menganggap seolah-olah tak terjadi apa-apa.
**********
Malam yang indah, ditemani terang bulan dengan awan mendung yang menutupi, aku menyalakan televisi sambil makan cemilan diatas meja yang sudah aku siapkan.
Tubuhku basah karena baru saja selesai mandi, aku bahkan masih memegang handuk dan mengeringkan rambutku. Memakai baju yang biasa, dan juga celana yang biasa.
Tak ada yang menarik dalam televisi, jadi aku mematikannya, memasuk-kan cemilanku kedalam kulkas, berjalan menuju kamarku dan menjatuhkan diriku di kasur.
Tengah malam, jam 00:00, aku terbangun karena ingin buang air kecil. Saat aku ingin berjalan keluar, tiba-tiba ada bel peringatan darurat yang berbunyi :
"Semua siswa, tolong segera evakuasi diri dan pergilah keluar secara hati-hati, karena asrama kalian sedang kebakaran! Dimohon untuk segera!!!"
Kalimat itu terus diulang berkali-kali, saat aku keluar dari kamar, yang dikatakannya memang benar, koridor saat ini sudah penuh dengan api, beberapa tempat sudah mulai rusak karena api, dan semua orang pun lari-lari secara acak-acakan.
Yang masih mengantuk dipaksa berlari, yang setengah sadar juga seperti itu, mereka dipaksa untuk mendorong diri mereka sendiri demi menyelamatkan diri.
Ada seorang perempuan yang masih setengah sadar berlari melewatiku, kemudian dia terjatuh karena sesuatu dan hampir masuk ke dalam kobaran api, tapi aku segera mrnyelamatkannya.
"Terima kasih."
Setelah mengucapkan kalimat itu, dia berlari keluar dan menjadi sadar sepenuhnya.
Begitu juga denganku, aku sudah menyadari sepenuhnya, ada trik didalam kobaran api ini.
"Begitu ya."
**********
Semua orang sudah berkumpul di lapangan basket. Mulai dari para murid, guru, staff dan para petugas lainnya.
Setiap wali kelas menghitung semua jumlah murid mereka yang berbaris di lapangan basket.
Pada kelas 1-1, mereka menyadari satu hal.
"Tawataki tidak ada!"
Tentu saja, itu membuat mereka semua panik. Tak hanya kelas 1-1, tapi juga kelas lainnya.
"Sial, apa tidak ada pemadam kebakaran disini?"
Pertanyaan itu dijawab oleh kepala sekolah. "Saya sudah menelpon pemadam kebakaran, tapi mereka sedang menangani kasus kebakaran yang lain."
"Sial. Tawataki!"
Ketua kelas mencoba untuk masuk kembali kekelas untuk mencoba menyelamatkannya, tapi itu dihalang oleh wali kelasnya.
"Jangan pergi, berbahaya."
"Tapi...."
Kemudian, Tawataki muncul tiba-tiba dari balik kobaran api di pintu depan dengan santai tanpa masalah.
Padahal mereka semua tahu, kobaran api paling banyak ada pada pintu depan asrama.
"Tawataki, kau baik-baik saja?"
Sambil tersenyum, dia membalas.
"Kalian semua ditipu oleh anggota osis."
Sontak, para anggota osis kaget.
"Apa maksudmu? Apa hubungannya dengan ketua osis?"
"Tenanglah. Itu bukan api sungguhan."
"Bukan api sungguhan? Apa maksudmu?"
"Api itu hanya replika dari api yang asli. Karena itulah aku bisa keluar tanpa masalah."
"Bagaimana kau menyadarinya?"
"Api ini, tidak terbakar begitu jelas. Memang benar kalau api ini panas, tapi itu tidak ada bekas hitam karena terbakar. Normalnya, kita tahu bahwa api pasti akan meninggalkan bekas hitam jika membakar sesuatu. Itu pengetahuan dasar. Tapi, itu tidak ada disini. Apinya hanya membakar begitu saja. Aku menyadarinya saat didalam asrama setelah termenung beberapa saat."
"Kalau begitu, kenapa kami tidak menyadarinya?"
"Kalian dimakan oleh kepanikan kalian. Rasa takut, itu membuat kalian berpikir kalau yang diutamakan adalah keselamatan. Kalian tak pernah berpikir kalau itu adalah tipuan. Pemadam kebakaran juga tidak mereka panggil."
"Itu karena, tadi kepala sekolah sudah menelponnya, tapi mereka sibuk dengan tugas yang lain."
"Apakah kepala sekolah memang menelpon mereka? Atau dia berbohong? Coba kau cek riwayat panggilan di ponsel kepala sekolah. Jika riwayat itu ada. Aku akan keluar dari sekolah ini."
"Hei!"
Sontak mereka semua terkejut. Tapi Tawataki masih melanjutkan kalimatnya.
"Itu tidak ada kan? Kepala sekolah?"
"Kau tidak boleh mengecek ponsel orang sembarangan. Apalagi kepala sekolah."
"Tapi, ini untuk membuktikan kebenaran. Jadi tidak ada salahnya kan?"
"......."
Kepala sekolah terdiam.
"Ya benar. Itu tidak ada. Semua ini adalah rencana ketua osis."
"Ketua osis? Kenapa?"
"Sebagai tes simulasi."
Ketua osislah yang membalas itu dan melanjutkan percakapan dari kepala sekolah.
"Izinkan saya yang menjelaskan rinciannya. Kepala sekolah."
Kepala sekolah hanya mengangguk menjawab pertanyaannya.
"Seperti yang kepala sekolah katakan, dan Tawataki katakan. Ini semua hanyalah simulasi, dan api itu cuma replika. Kami para anggota osislah, yang merencanakan simulasi ini."
"Untuk apa kalian melakukan ini?"
Tawataki menyela percakapannya.
"Aku tidak akan menjelaskannya padamu. Kalau kau ingin penjelasan, kalahkan atau imbangi aku. Dalam segala hal."
"......................"
Tawataki hanya terdiam panjang. Bukan karena takut atau apa. Tapi, dia hanya berpikir kalau itu membosankan.
"Baiklah. Anggap saja kau lebih unggul dariku. Aku tidak tertarik lagi dengan kejadian ini."
Ketua osis terkejut mendengar kalimat Tawataki.
Kemudian, perintah dari wakil ketua osis terdengar.
"Masalah sudah selesai. Sekarang matikan replika apinya!"
Kemudian. Replika api tadi mulai menghilang. Tak hanya api, tapi mereka juga mereplika bangunan-bangunan yang jatuh.
"Beneran cuma replika ya."
Kemudian, wali kelas pun membubarkan mereka semua dan mengembalikan mereka keasrama. Meskipun sudah dijelaskan kalau itu hanya simulasi, tapi tetap saja, ada yang ketakutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments