Pagi hari yang tak begitu cerah dan tak begitu mendung, terlihat dari arah jendela rumahku.
"Sepertinya akan hujan, sebaiknya aku bergegas!"
Melihat keluar jendela, cuaca terlihat akan hujan. Jadi aku menutup jendela kamar, memakai seragam dan tasku.
"Baik. Persiapan selesai."
Hari ini adalah hari pertama sekolahku. Tapi sekarang semester satu sudah berlalu hampir dua bulan.
Itu karena, aku di pindahkan dari sekolah lamaku karena sebuah alasan tertentu. Dan sekarang aku tinggal sendiri. Orang tuaku di Tokyo, sementara aku tinggal sendiri di Kyoto. Tapi, sekarang juga tempat ini akan kosong. Karena, aku akan pindah ke sekolah yang memiliki asrama.
Jadi, aku keluar rumah dan mengunci pintuku. Berjalan keluar secara santai.
Setelah sampai di stasiun, aku menunggu kereta api dengan tenang dan biasa. Untuk menghilangkan bosan, aku juga melihat ke kiri dan ke kanan. Aku melihat.
Ada seorang perempuan yang memakai seragam sekolah yang sama denganku. Tapi aku mengabaikannya dan kereta pun berhenti.
Aku masuk kedalam kereta, mengikuti arus para manusia yang juga memiliki kegiatan.
[Kereta akan berjalan]
Itu yang diumumkan setelah aku menemukan tempat duduk. Kemudian, kereta melaju kencang menuju stasiun berikutnya.
"Perempuan tadi, dia satu kereta denganku."
Ya karena tujuan kami sama jadi wajar saja. Tapi, orang normal biasanya pasti menegurnya karena satu sekolah. Tapi itu tergantung dirimu sendiri. Dan aku lebih memilih untuk mengabaikannya.
Setelah stasiun berikutnya sampai, kereta mulai berhenti perlahan-lahan. Setelah berhenti sepenuhnya, orang-orang mulai berebut turun dari kereta. Dan aku menunggu sepi.
Setelah sepi, aku turun dari kereta itu dan berjalan menuju sekolah baruku. Sekolah yang katanya menilai 100% kemampuan otak, aku tertarik dengan itu.
**********
Aku sudah sampai di sekolah. Dan saat ini, aku sedang mengikuti guru yang ada didepanku, karena sepertinya dialah yang akan menjadi wali kelasku.
Kalau tidak salah, nama wali kelasku ini.. Ya..
Sawaragi Masako.
Mungkin biasanya dipanggil Bu guru Sawaragi.
Dan kami sampai di kelas 1-1. Bu guru mulai membuka pintunya dan semua murid di dalam mulai duduk rapi.
Aku mengikutinya masuk ke kelas, dan terdengar beberapa bisikan.
'Sepertinya dia murid baru' banyak yang terdengar seperti itu. Lalu bu guru itu duduk di meja guru dan mulai siap untuk berbicara.
"Mulai hari ini, dia akan menjadi salah satu bagian di kelas ini."
Berkata seperti itu dia menunjuk ke arahku. Tapi tunggu dulu,
Bagian? Apa maksudnya itu? Jangan-jangan? Sepertinya aku harus berhati-hati. Karena, setiap gerak-gerik di sekolah ini wajib diwaspadai.
"Baiklah siswa. Sekarang perkenalkan dirimu."
"Selamat pagi dan salam kenal semuanya. Namaku adalah, Tawataki Makima. Saya pindah dari Kyoto kesini. Sekali lagi, salam kenal dan mohon bantuannya."
"Baik selesai. Sekarang, duduklah di tempat yang kosong dibelakang."
Dekat jendela, paling belakang dan dipojok kiri, sepertinya tidak buruk. Aku segera duduk ke tempat yang dikatakan.
"Baiklah semuanya. Ayo kita mulai pelajarannya."
Sejauh ini. Sepertinya biasa saja.
*****
(""""""""""")
Bel istirahat berbunyi, kami semua memasukkan buku pelajaran ke dalam tas dan melakukan kepentingan masing-masing seperti ke kantin, mengunjungi kelas lain, bermain dilapangan, ataupun makan bekal di kelas.
Sejauh pengamatanku sampai sekarang, ini hanya seperti sekolah sma biasa pada umumnya.
"Lalu, darimana bagian yang berbedanya."
Atau mungkin karena aku baru masuk pagi ini, jadi keunikannya belum terlihat...
Tapi ada juga kemungkinan kalau itu hanya rumor belaka. Dan hasil penelitian yang aku lakukan adalah kebohongan yang dibuat pihak sekolah. Apapun itu aku akan siaga.
Aku berdiri dari tempat dudukku, aku berniat untuk pergi ke kantin sekolah. Tapi, tiba-tiba ada orang yang masuk ke kelas, berlari dan berteriak. Sontak itu membuatku terduduk kembali.
"Heiiiiiii. Lihat di lapangan basket. Katanya salah satu senior di kelas 2 menantang wakil ketua osis!!!"
"Hah? Wakil ketua osis. Kau bercanda kan? Itu mustahil!"
"Ya memang benar tapi....."
Berhenti sebentar menghela nafas, lalu melanjutkan perkataannya.
"Mereka sudah berhadapan dilapangan basket!"
"Apa?"
Serentak semua orang yang masih dikelas bergegas keluar menuju lapangan basket. Sekarang, dikelas tersisa aku sendiri.
"Ini ya. Yang rumor maksud dengan 'perbedaan' itu."
Aku tertarik. Jadi aku juga berdiri dari kursiku dan keluar dari kelas menuju lapangan basket.
-
Setelah sampai dilapangan basket, terlihat sangat banyak orang yang menonton permainan ini. Padahal yang bermain bukan atlet terkenal, tapi satu siswa biasa dan lawannya wakil ketua osis.
"Wah, ramai sekali disini ya. Sudah seperti menonton olimpiade saja."
"Yah tentu saja. Yang ditantang adalah wakil ketua osis. Pantas saja jadi seramai ini."
Tiba-tiba ada orang lain yang berdiri disampingku.
"Anu. Kau siapa ya."
"Ah maaf aku lupa mengenalkan diri. Kau murid baru itu kan? Salam kenal, Aku Shirohashi Kazuo. Ketua kelas 1-1."
"Ah ketua kelas ya. Namaku adalah...."
"Tawataki Makima, kan? Kau sudah memperkenalkan diri tadi pagi."
Ah iya benar juga. Dia kan ketua kelasku. Jadi tentu saja dia tahu.
*****
Sorak-sorak di sekeliling lapangan basket dipenuhi oleh suara murid-murid.
Dan ditengah lapangan, ada Kiriyama Rika, sang wakil ketua osis dan sang penantang dari kelas 2-3, Amano Kurosaki.
"Jadi, kau mau membuatku celaka dengan cara apa? Kelas 2-5, Amano Kurisaki?"
"Ah tidak ada, aku hanya ingin menantangmu secara jujur dan adil. Yaitu, pertandingan memasukkan bola kedalam ring basket."
"Aku kira ada apa. Ternyata hanya itu ya."
["Tidak-tidak-tidak, tentu kau ada maksud tersembunyi kan? Aku tahu itu. Dengan jelas. Kau pasti akan curang."]
"Peraturannya mudah, jika salah satu dari kita ada yang bisa memasukkan bola kedalam ring basket, dialah pemenangnya."
"Begitu ya."
"Baiklah wakil ketua osis, kau duluan."
"Kau akan menyesal karena sudah menyuruhku mengambil giliran lebih dulu."
Sang wakil ketua osis, Kiriyama Rika mulai mengambil bola yang disediakan di tempat tembak. Lalu menembakkan bola itu.
"Ah tidak masuk ya."
Beberapa jenis muka tercantum diluar lapangan setelah tembakan gagal sang wakil ketua osis.
"Baik, selanjutnya giliranku ya."
Amano mengambil bola yang tersedia dilapangan, lalu berjalan mendekati ring basket. Sontak ini membuat Kiriyama terkejut.
"Hei, kenapa kau? Kenapa menembak dari jarak sedekat itu?"
"Tidak ada aturan menembak dari mana, bukan? Berarti kita bebas menembak dimana saja."
"....."
Yah dari jarak sedekat itu pasti masuk. Walaupun kau amatiran, tapi kau memiliki kemungkinan besar.
Tapi kenyataan mengabaikannya. Tembakannya dari jarak sedekat itu, meleset.
["Apa, tidak masuk, dia ini bodoh atau apa? Ini benar-benar dibawah amatiran."]
Sekelilingnya bahkan tertawa melihat tembakan yang payah itu.
"Ah..... aku juga gagal ya. Mau bagaimana lagi."
"Selanjutnya giliranku ya."
Senior Kiriyama langsung mengambil posisi yang bagus untuk menembakkan bolanya. Dan itu berada tepat disamping ring basket. Lalu dia melemparnya, dan......
"Tidak masuk?"
Serentak semua orang kaget. Tapi, Kiriyama sengaja tak memasukannya karena dia sudah menyadarinya.
"Kau, memang pernah bilang bahwa kita bebas menembak dimanapun, bukan?"
"Ya. Memang kenapa dengan itu?"
"Tapi, hasilnya tidak akan diterima, hasil asli yang hanya diterima cuma dari titik pinalti."
"Kau mengatakan hal yang aneh wakil ketua osis. Atas dasar apa argumenmu itu?"
"Kau ingin membuatku memasuki bola dari dekat, lalu membuat orang-orang tak menyetujuinya, atau mungkin kau bekerja sama dengan temanmu, kau bertanding disini sementara temanmu menghasut para penonton supaya kecewa, karena aku memasukkan bola dari tempat yang bagus."
"Teman? Aku tidak membawa rekanku kesini. Aku kesini hanya sendiri untuk menantangmu....!"
"Dia, tampak mencari-cari sesuatu dan berjalan kesana-sini daritadi. Dia temanmu bukan? Temanmu ini mungkin saja pandai dalam memilih kata-kata. Harusnya kau paham maksudku."
Sambil menunjuk kearah orang yang sedang terlihat gelisah.
Maksudnya disini adalah teman Amano adalah orang yang pintar dalam bersilat lidah, berbicara dan memengaruhi pikiran orang-orang. Dan untuk membuat penonton disini, meskipun tidak semuanya, membenci wakil ketua osis. Adalah keahliannya, meskipun tidak bisa dikatakan mudah.
"Tapi apa buktinya. Kalau hanya itu tidak akan cukup menambah kebenaran."
"Itu bukti selanjutnya, Amano. Kau mengatakan menambah kebenaran. Berarti, kau tahu itu benar tapi hanya kekurangan fakta. Mengakulah!"
Amano terlihat semakin tertekan, tapi, dia masih menyimpan beberapa senjata.
"Tapi masih ada satu hal lagi, aku tidak pernah bilang hasilnya akan begitu dari awal..."
"Memang tidak ada. Tapi, kau akan mengatakannya setelah aku memasukkan bola dari tempat yang tak seharusnya. Dengan kata lain, ada teknik manipulasi dalam trikmu ini."
"..."
Amano terlihat kaget setelah rencananya diketahui.
"Hahahahaha. Kau benar wakil ketua osis. Dari awal aku tak berniat menang, tapi hanya ingin mempermalukanmu. Tapi, kalau sudah ketahuan begini apa boleh buat. Aku akan memakai rencana B."
"Apa."
"Hei semuanya, apakah kalian melihat. Bahkan dari jarak sedekat itu dia tidak bisa memasukkannya. Apakah gelar wakil ketua osis masih cocok untuknya."
["Orang ini, ternyata menyiapkan argumen tambahan."]
"Tapi, aku melakukannya secara sengaja..."
"Kau pikir orang-orang yang menonton akan percaya."
Senyum licik mulai keluar dari raut muka Amano. Dan keringat dingin keluar dari raut muka Kiriyama.
"Baiklah sudah cukup adu argumennya. Sekarang giliranku."
Dia mengambil bola, melempar dari titik pinalti.
"Yahhh. Meleset lagi. Aku memang bodoh kalau urusan basket."
"Lalu kenapa kau menantangku dibidang yang lemah bagimu."
"Kenapa ya. Karena, aku ingin mempermalukanmu bahkan dibidang yang paling tidak menguntungkanku wakil ketua osis! Hahahahaha."
"Kau, punya dendam apa kepadaku."
"Tidak ada. Aku hanya benci dengan orang yang bisa segalanya!!!"
Amano meluap-luapkan Amarahnya ke arah Kiriyama. Tapi, disatu sisi Kiriyama menjadi tenang kembali.
Sambil mengambil bola dan berjalan ke titik pinalti, dia berkata.
"Baiklah. Terserah kau. Karena selanjutnya akulah yang akan menang. Kau tak akan bisa mempermalukanku. Bahkan senjatamu akan menjadi berbalik ke arahmu sendiri."
Dan boooom.
Lemparannya masuk ke ring basket. Walaupun semua orang sudah menduga kalau wakil ketua osis akan menang. Tapi bagi mereka itu tetap mengagumkan. Karena dia bisa membongkar triknya saat itu juga.
Permainan berakhir, pandangan tinggi mereka kepada wakil ketua osis semakin bertambah. Sedangkan pandangan mereka kepada Amano Kurosaki seperti melihat hasil eksperimen yang gagal.
"Pengen pulang."
Bahkan rencana B nya juga gagal, yaitu menghasut orang-orang lewat pengumuman merendahkan wakil ketua osis tadi.
Terlihat disini bahwa Amano Kurosaki masih naif, dia begitu meremeh-kan wakil ketua osis. Dia pikir dia bisa membuat orang-orang memiliki keraguan kepada wakil ketua osis. Tapi, kenyataannya malah sebaliknya. Jiwa kepemimpinan wakil ketua osis memang luar biasa.
Aku jadi penasaran bagaimana ketua osisnya, bahkan wakilnya saja dihormati dan dikagumi seperti ini.
Kumpulan di lapangan basket pun berakhir, dan jam istirahat berakhir. Akhirnya kami semua kembali kekelas.
Aku kembali bersama dengan ketua kelas yang kebetulan berpapasan.
"Pertandingannya cukup seru ya. Tawataki."
"Ah ketua kelas ya. Apakah begitu? Menurutku itu biasa saja."
"Eh benarkah menurutmu begitu."
"Daripada itu. Aku penasaran dengan nasibnya Amano."
"Apa yang kau khawatirkan, sekolah ini melarang keras pembullyan."
Tidak, bukan itu yang aku khawatirkan. Tapi kondisi mentalnya, walaupun dia tidak dibully, tapi kemungkinan dia akan diremehkan sebagian besar oleh para murid disini. Tapi.....
Itu bukan urusanku jadi biarlah. Lebih baik aku fokus pada kehidupanku sendiri.
Dengan ini, setelah bel berbunyi tadi, kami berjalan bersama menuju ruang kelas.
Atau itulah yang kupikirkan.
Tiba-tiba, hp kami berdering seperti nada suara pesan masuk. Aku mengambilnya dari saku di almameterku dan terlihatlah di layar hp kami ada sebuah 'quiz sederhana' dengan waktu lima menit sebelum bel masuk. Hanya tertulis satu pertanyaan disana.
[Bisakah kau menjelaskan kembali trik yang dilakukan oleh wakil ketua osis untuk membongkar kebohongan lawannya dari pertandingan tadi?]
Jangka waktunya lima menit dan quiznya hanya ini ya. Bukankah ini terlalu mudah? Tapi intuisiku tak merasakan adanya tindakan lain dari ini semua. Jadi, ada baiknya kubalas berdasarkan dengan yang kudengar tadi.
Aku mengetik semua pernyataan yang kudengar dari wakil ketua osis tadi dan mengirimkannya lewat mail. Setelah selesai aku memasukkan hpku lagi ke saku almameterku.
"Hei kau juga dapat pesan yang sama?"
"Ya. Dan aku sedang berusaha mengingat-ngingat sekarang."
Aku ingat ada ketua kelas du sampingku. Hanya saja, hawa kehadiran-nya sangat terasa tipis. Jadi karena itulah aku tak merasa dia ada tadi.
Lima menit berakhir, kami kembali ke kelas. Aku tidak tahu apakah dia mampu menyelesaikannya atau tidak. Tapi.....
"Lima menit sudah berakhir. Ayo kekelas."
Akhirnya, kami sampai dikelas dan sisanya tinggal menunggu guru yang masuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Diancie
tempat duduk khas MC wkwkwk
2024-01-16
3
Kazuma
namanya susah disebut wkw
2024-01-15
1
XuanYi
ohh gw ngerti, jadi nih sekolahnya main tebak-tebakan secara praktek tanpa ada teori
2024-01-06
1