Transmigrasi

Di dalam ruangan bernuansa biru Dongker dan abu-abu terlihat seorang gadis sedang melihat ke arah cermin dengan tampang bodohnya.

"Ini teh serius gue transmigrasi?."tanya nya entah kepada siapa karena di ruangan ini hanya ada dirinya seorang.

Walaupun sudah banyak buktinya kalo dia mengalami perpindahan jiwa atau bisa juga di sebut transmigrasi tetapi tetap aja ia masih ragu karena wajahnya Sama saat di dunia nyata dan di dunia ini yaitu dunia novel.

Gadis itu adalah Halona yang bertransmigrasi menjadi ibu yang bahkan sudah mempunyai anak kembar laki-laki dan juga suami, ah tidak Mereka berdua bukan anak kandungnya melainkan anak tirinya.

Tubuh yang dia tempati bernama lengkap Lafiza Shevanolica Britama di umurnya yang masih sangat muda ia mendapatkan kabar yang sangat di bencinya yaitu di jodohkan dengan seorang pria yang lebih tua darinya apalagi pria itu sudah mempunyai anak kembar laki-laki yang sudah remaja.

ia sudah membayangkan seberapa tuanya pria yang sekarang menjadi suaminya, membayangkan kalo pria itu sudah sangat tua dan letoy pun membuat halona bergidik ngeri.

Lafiza sudah membersihkan tubuh nya, ia berjalan ke luar menuju ruang makan untuk mengisi perutnya yang sedari tadi keroncongan.

"ini teh mana jalan ke ruang makan?kenapa mansionnya luas banget!."seru lafiza melihat sekelilingnya yang sepi bahkan pelayan pun tidak ada.

Ternyata mempunyai mansion yang besar tidaklah menyenangkan, selain bisa membuat kita tersesat itu juga membuat kita lelah.

"Gimana nih."lafiza menggigit jarinya sendiri dia tak tau mau kemana karena takut tersesat lagi, ia tadi berjalan yang malah mengarah ke belakang mansion yang sangat mengerikan dan gelap yang membuatnya langsung putar balik.

"Kok gue bodoh banget sih, eh tapi kan dari dulu gue emang bodoh."gumamnya sambil merogoh sakunya yang terdapat ponsel pemilik tubuh.

Lafiza menganga tak percaya melihat kontak di ponsel ini yang hanya terisi 5 kontak saja.

Lafiza tersenyum senang melihat nama yang tertera di layar ponsel, langsung saja ia menelpon nomor tersebut.

Sedangkan di meja makan terlihat dua pemuda kembar dan seorang pria dengan tatapan datarnya sedang duduk tenang.

"Ck apa dia gak ikut makan lagi seperti kemarin-kemarin?."tanya seorang pemuda yang bernama Edgar Emilio Maxime sambil menatap sang Daddy yang mengedikkan bahunya acuh.

Edgar mengembuskan nafasnya kasar.

"Tapi kata pelayan tadi dia akan ikut makan malam bersama."jawab pemuda yang bernama lengkap Edrick Michael Maxime sambil memainkan ponselnya.

Ponsel seorang pria yang bernama lengkap Jeremy Giordano Maxime berdering, Jeremy mengernyitkan dahinya bingung saat melihat nama yang terpampang di layar ponselnya.

Pria itu langsung mengangkat nya.

"Om tolongin gue!." pria itu menjauhkan ponselnya dari telinga saat suara gadis itu yang sangat kencang membuat telinganya berdengung dan ia mengernyitkan dahinya tak suka saat gadis itu memanggil nya dengan sebutan om.

"Ada apa?."tanya nya yang membuat lafiza Di sebrang sana terdiam mendengar suara Jeremy yang sangat seksi.

"suaranya bikin gue mau jungkir balik anjir."gumam halona.

"Ada apa?."ulang Jeremy saat gadis itu malah bergumam tetapi dia tak mendengar nya dengan jelas.

"Oh iya lupa, jemput gue om, gue mau ke ruang makan tapi gue tersesat! rumah Lo sih kegedean! cepetan jemput gue om soalnya gue laper Banget!."

Jeremy langsung mematikan panggilan tersebut yang membuat lafiza memaki-maki pria itu dan berpikir Jeremy tidak mau menjemputnya.

"Mau kemana dad?."tanga Edrick saat Melihat Daddy nya berdiri.

"Menjemput gadis itu karena dia tersesat di mansion Kecil ini."

Setelah itu Jeremy langsung pergi, ia dengan mudah mengetahui di mana istrinya berada, di depan sana yang terletak di lorong menuju ruang bawah tanah terlihat lafiza yang terduduk dengan mulut berkomat Kamit seperti sedang mengumpat.

"Apakah kamu akan terus duduk di situ seperti gembel?."tanya Jeremy yang membuat lafiza mendongak menatap pria itu.

Lafiza terdiam dia tak menyangka dengan mulut yang menganga lebar, ternyata pria yang menjadi suaminya sangat tampan ia kira Jeremy sudah tua dan letoy tetapi sekarang lihatlah badannya sangat kekar dan seksi, sangat berbeda jauh dengan pemikirannya.

Lafiza menggelengkan kepalanya dia tak boleh terpesona pada pria ini karena dia adalah malaikat mautnya.

"Enak aja gue bukan gembel ya! cepet arahin gue ke meja makan!."ucap lafiza galak yang membuat Jeremy menatap Lafiza dengan tatapan rumit.

Sifat gadis ini sangat berbeda ketika pertama kali bertemu, dia terlihat dingin dan selalu menatap nya benci tapi sekarang dia sangat berbeda pikirnya dan tak ada lagi tatapan benci yang selalu dia layangan untuk nya.

Jeremy berjalan di depan dengan lafiza yang mengikuti pria itu, sesampainya di meja makan lafiza di buat berbinar melihat banyak nya makanan, bahkan air liurnya hampir menetes.

ia mengambil duduk di samping Edgar yang hanya menatapnya datar, lafiza berdecak kesal kenapa sekarang dia di kelilingi sama orang yang berwajah datar.

"Apa belum mulai makan?."tanya lafiza polos karena mereka bertiga sama sekali tak menyentuh makanan tersebut dan malah menatapnya.

Jeremy yang tersadar pun langsung berdehem kemudian menyuruh mereka untuk makan.

Makan malam Sudah selesai dan lafiza sekarang sedang berada di ruang tengah, ia tak mau pergi ke kamar karna takut tersesat, biarlah ia tidur di sini lagipula Sofanya lumayan lebar dan nyaman jadi ia bisa tidur di sini, apalagi di sini sudah ada selimut dan bantal kecil.

Sementara suaminya dan kedua anaknya sudah pergi ke kamar masing-masing, lafiza dan Jeremy berpisah kamar itupun karna permintaan lafiza.

Lafiza mengalihkan pandangannya ke arah tangga saat mendengar suara langkah kaki, ia menatap si kembar yang terlihat rapi, kemana mereka akan pergi? ia ingin bertanya tapi takutnya nanti dia emosi karena pasti mereka tak akan menjawab pertanyaannya.

"Kalian mau kemana?."tanya lafiza yang lidahnya sudah gatal ingin bertanya kepada dua anak tirinya.

"Lo pikir aja sendiri." jawab Edgar dingin sambil berlalu pergi di ikuti Edrick, lafiza mengumpat dalam hati, ia harus bersabar menghadapi keduanya di saat kesabarannya setipis tisu di bagi tujuh.

"DASAR ANAK DURHAKA! GUE SUMPAHIN LO BUCIN SAMA GUE DAN GAK MAU KEHILANGAN GUE! TAPI SEBAGAI ANAK KE IBU!."seru lafiza kepalang kesal, biasanya doa seorang ibu tiri yang tersakiti selalu terkabul, amin Ya Allah.

Lafiza menyambar kripik yang terletak di meja kaca, ia memakannya dengan brutal serta perasaan dongkol dan juga kesal.

"Anak sama bapak sama-sama aja njir,pengen banget jambak ketiganya biar rambutnya botak, sekalian tendang gigi nya biar ompong!."ucapnya berapi-api dengan wajah yang memerah padam.

Tanpa lafiza sadari di atas tangga Jeremy melihat semuanya lalu ia terkekeh pelan melihat gadis itu yang terlihat errr menggemaskan, maybe.

Terpopuler

Comments

Dewi Sartika

Dewi Sartika

lanjut dong

2023-11-14

0

Ray

Ray

kocak juga si lafiza ini wkwkwk, jgn lupa mampir dinovelku thor

2023-11-06

3

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2023-10-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!