Bab 3 : Akademi Nocturna

Sekarang aku berada di tengah tengah barisan dari banyaknya siswa yang juga adalah murid baru dari akademi Nocturna.

Lalu jauh di depan terdapat podium yang memikiki atap sehingga sinar matahari tak mengenai tempat itu.

“Sungguh curang, mengapa para guru membiarkan kami panas panasan di tengah lapangan ini?“.

“Oh?, Kau sungguh berani hingga mengata ngatai guru” suara seorang pemuda terdengar di telinga ku.

Aku berbalik menatapnya, seorang pemuda yang memiliki rambut berwarna hijau dengan iris mata berwarna hijau.

Mengapa dia berbicara denganku? Mungkinkah dia juga ingin menghinaku seperti siswa yang tadi itu?.

“Jangan menatapku dengan was was begitu, aku orang baik” ucap pemuda itu kemudian dengan mengangkat kedua tangannya sembari tersenyum canggung.

Aku percaya? Tentu saja tidak, sebaiknya aku harus waspada terhadap sekitarku sekarang.

“Siapa kamu?“ Nah, sekarang lebih baik aku tanyakan namanya dahulu.

Aku berpikir dia akan marah karena aku menanyakannya dengan tidak sopan, tapi sungguh tidak di percaya dia hanya tersenyum sopan kemudian memperkenalkan dirinya.

“Simon Fallentia, aku juga murid baru sepertimu”.

“Oh? Count Fallentia?“ Ucapku keceplosan karena mengetahui keluarga dari vampir yang berdiri di depanku.

Vampir di hadapanku itu tertawa hingga membuatku bingung, “Haha, kau mengenal keluarga ku? Sungguh sebuah kehormatan”.

Dia berkata itu adalah kehormatan…. Apakah dia sudah mengetahui siapa aku?, Karena penasaran lebih baik jika aku bertanya.

“Kau tau aku?“ Ucapanku sangat singkat tapi membuat vampir muda di depanku sedikit terkejut.

“Mana mungkin aku tidak mengenalmu” ucapnya dan kemudian dia meletakkan satu tangannya di dadanya lalu lanjut berkata, “Benar kan, Lucien Vladislav”.

Dia mengenalku, berarti tinggi kemungkinan bahwa dia berniat menghinaku bukan?.

“Lalu apa urusanmu dengan-” aku tidak sempat menyelesaikan ucapanku tapi tiba tiba guru yang berada di podium itu sudah angkat bicara duluan sehingga mau tak mau aku harus menghentikan pembicaraan ku dulu.

“Perkenalkan, aku adalah kepala akademi Nocturna saat ini, Lysander Liveil”.

“Melihat murid murid baru saat ini, sepertinya lumayan banyak yang dari kalian adalah seorang jenius”

“Aku tidak akan berbicara dengan panjang lebar, aku akan berbicara dengan singkat!“.

 Mendengar ucapan dari guru itu, sekitar menjadi gugup dan penasaran apa yang akan dia katakan termasuk aku sendiri.

“Kalian tahu apa dosa besar di dunia ini? Itu adalah menjadi lemah! Ya benar menjadi lemah adalah sebuah dosa besar, lalu di akademi ini, jika kalian lemah, akan sulit bagi bagi kalian untuk bertahan hidup, karena itu siapkan surat pengunduran jika kalian takut oke?!“.

Apa yang dia bicarakan benar benar singkat, dan setelah itu tanpa aba aba apapun dia langsung turun dari podium.

“Menjadi lemah adalah dosa besar ya?“ Gumamku setelah mendengar ucapan dari kepala akademi.

Bagiku, hal itu sama sekali tak masalah, toh aku memiliki keluargaku di belakangku, jadi tak ada yang perlu aku khawatir kan sama sekali.

Setelahnya, upacara yang dilaksanakan dalam waktu singkat itu kini berakhir, dan saat ini aku sudah berada di asrama Nocturna.

Aku harus mendapatkan kunci kamarku segera lalu tidur dengan nyenyak.

Aku menatap vampir tua itu di depanku yang adalah kepala asrama Nocturna.

“Bisakah aku mendapatkan kunci kamarku?“ Ucapku terhadap kepala asrama yang mengatur kunci tiap kamar.

Kepala asrama itu adalah Dickson Leaves, vampir tua yang memiliki banyak keriput di wajahnya sekaligus lemak yang berlebihan di bagian perutnya.

Ah, tatapan yang dia buat, itu adalah tatapan yang benar benar merendahkanku.

Di masa lalu, itu adalah tatapan yang paling aku takuti, tapi masa lalu hanya akan menjadi masa lalu, yang kupikirkan saat ini adalah masa sekarang, aku tidak perlu lagi takut akan hal itu karena sudah terbiasa.

“Kau Lucien Vladislav kan? Ambil kunci ini dan enyahlah” ucapannya benar benar membuatku kesal, apalagi kenyataan bahwa dia memberikan kuncinya dengan melempar kan kunci itu kewajahku.

Dia hanyalah seorang Baron, tapi dia benar benar berani kepadaku yang seorang pewaris keluarga Duke Vladislav.

“Tidak, tahan Lucien, dalam akademi kekuasaan keluarga tidak berlaku apapun” gumamku menenangkan diriku.

“Lebih baik aku pergi sekarang” lanjut gumamku.

Kunci ruangan ku adalah 69, itu cukup jauh, aku berjalan sembari memperhatikan sekitarku.

Begitu banyak kamar yang tersedia dan apalagi semuanya terlihat mewah, aku tidak tau berapa banyak yang harus akademi keluarkan untuk membuat tempat ini.

“Ah, apakah ini kamarku?“ Ucapku dengan sedikit keras karena telah tiba di pintu kamar yang memiliki tulisan 69.

“Oh? Lucien?“ Suara yang terdengar familiar kemudian terdengar di sampingku hingga membuatku reflek menengok.

“Kau…? Simon..?“ Sungguh kebetulan yang memuakkan, mengapa juga aku harus memiliki kamar yang berada tepat di sampingnya?.

“Sepertinya kita menjadi tetangga, mohon bantuannya Lucien”.

Aku hanya bisa mendengus kesal karenanya, sikapnya benar benar aneh, aku bahkan belum berkenalan dengannya tapi dia sudah memanggil namaku?.

Yasudahlah, daripada terus merasa kesal, lebih baik aku melihat ruanganku sendiri.

Setelahnya, aku membuka pintu ruangan di depanku dan terlihatlah kamar yang memiliki ukuran yang tidak besar dan juga tidak kecil tapi semua interior nya itu mewah.

“Ini sempurna, aku malas jika ruangan ku terlalu besar tapi akan pengap jika terlalu sempit” ucapku dengan tersenyum.

Aku memandangi seluruh ruangan itu, memeriksa seluruh interior yang ada.

“Oh? Seragamnya sudah siap” ucapku dengan terkejut saat membuka lemari yang sudah berisikan seragam akademi.

Yang lebih mengejutkannya lagi, seragam itu benar benar pas di tubuhku.

———

Keesokan harinya kemudian, terdapat pengumuman bahwa kita harus berkumpul di suatu ruangan.

“Oh? Apa ini ruangannya?, Sudah banyak yang datang juga rupanya” ucapku saat melihat ruangan sudah banyak diisi dengan keberadaan murid lainnya.

“Wow, kau benar!“ Nah yang berbicara tadi adalah Simon, aku tidak tau dia itu vampir jenis apa, tapi dia benar benar mengesalkan karena sejak pagi tadi dia terus mengekoriku.

Yah, daripada terus terjebak dengannya, aku akan masuk aja.

Di ruangan itu terlihatlah begitu banyak senjata yang tersedia seperti pedang panjang, belati, katana, pemanah, kapak dan lain lainnya lagi.

Aku mengangkat tanganku lalu meletakkan nya di bahuku sambil berpikir, “Pasti sekarang adalah sesi pemilihan senjata bukan?“ Gumamku kepada diriku sendiri.

“Sepertinya kamu benar Lucien”.

Astaga, makhluk tak dikenal ini benar benar menyebalkan, padahal aku sama sekali tak berbicara dengannya.

“Lucien! Senjata apa yang akan kamu pilih?“ Ucap Simon kepadaku.

“Yah, aku juga tidak tau apa yang harus kupilih” karena aku juga bingung tentang senjata apa yang harus kupilih, aku tanpa sadar malah menjawab pertanyaan dari makhluk menyebalkan itu.

Ah, lupakan saja lebih baik aku lanjut fokus untuk memikirkan keuntungan dan kekurangan setiap senjata yang ada..!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!