Hari pernikahan sudah tiba, Bening akan menikah dengan pria tanpa rasa humor sedikit pun. Sejak kejadian malam itu, ia belum bertemu lagi dengan Surya, ia juga tak mendapatkan pesan atau kabar darinya. Meski demikian bukan berarti Bening mengharapkan Surya melamarnya dengan kata-kata romantis. 'Nona bening sayangku, terima kasih telah mengacaukan hidupku selamanya.'
Tidak. Bening tidak mengharapkan apa pun, sungguh. Ia sudah menyingkirkan pikiran-pikiran mengerikannya tentang Surya Magenta saat ia mengemasi pakaiannya, ia melipat rapih seluruh pakaiannya dan memasukannya ke koper.
Hari ini Bening mengenakan gaun pengantin. Saat fitting pakaian pengantin beberapa hari yang lalu, ia sempat memilih gaun berwarna hitam, yang melambangkan bahwa hatinya tengah berkabung karena akan menikah dengan pria kejam, namun Grace memarahinya. Mau bagaimana pun hari ini tetap akan menjadi hari istimewa yang akan di kenang Bening seumur hidup.
Sehingga Bening memilih gaun berwarna biru muda, gaun itu cocok dengan mata birunya dan semburat kemerehan di rambutnya, sang perancang memuji kecantikan Bening ketika gadis itu mencoba mengenakannya.
Bening menambahkan kamisol berkerah agar kulitnya sama sekali tak terlihat oleh calon suaminya, ia tahu betapa konyolnya dirinya berpura-pura sopan padahal Surya sudah pernah hampir menelanjanginya.
Bening menggelung rambut dengan simpul kencang di tengkuk, kemudian ia mengenakan seuntai kalung mutiara yang di berikan ibunya saat ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun, kalung itu membuatnya merasakan kehadiran ibunya di sisinya.
Ketukan ringan di pintu kamar Bening menandakan sudah waktunya. "Oh Bening, inilah waktunya," ujar Grace cemas.
Bening menghembuskan napas beratnya, setidaknya ini adalah titik dimana ia tidak akan lagi mengeluh pada sahabatnya setelah satu minggu ini ia menangisi nasibnya bersama Grace, karena setelah ini Surya akan membawanya ke kediamannya.
Bening membuka pintu kamarnya, dan mendapati seorang pelayan tengah berdiri di sana. "Saya di perintahkan untuk membawa koper Anda," ucap pelayan itu.
Bening menunjuk kopernya. "Itu," ucapnya, kemudian sang pelayan bergegas membawa koper tersebut turun ke lantai dasar.
Bening mengambil tas tangannya, sembari menoleh ke Grace. "Terima kasih untuk semuanya."
Mata Grace berkaca-kaca. "Kau cantik sekali, Bening. Seandainya Tante Relung masih ada..." ia tak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Mama selalu ada di hatiku," sambung Bening, ia menarik Grace ke dalam pelukannya. "Sudah jangan bersedih," bisiknya. Saat ini Bening sudah tidak terlalu sedih dengan pernikahannya, sebab ia berpikir setelah berita skandalnya mereda, ia akan pergi dari perkebunan Surya.
Saat berjalan menuruni tangga, handphone Bening bergetar. Ia sempat melihatnya sekilas, ada pesan masuk dari Sukma. Bening tak langsung membacanya, sebab di depan coffee shop sebuah mobil sudah menunggunya.
Grace memasangkan bonnet di kepalanya. "Aku akan menyusul dengan mobil di belakang," ucap Grace.
Di dalam mobil, barulah Bening membuka kembali handphonenya, ia meyempatka diri untuk membaca pesan yang di kirim oleh Sukma.
Sukma:
Kak Bening, kau kemana saja? Kenapa tak ada satu pun pesanku yang kau balas sejak minggu lalu?
Aku punya berita yang mungkin akan mengejutkanmu. Satu bulan lalu Kak Banyu menikah, dengan Melly namun sekarang dia mengusir dan menceraikan Melly setelah mengetahui Melly tidak hanya tidur dengannya.
Bening tersingkap. "Tidak mungkin!" pekiknya, seingatnya Melly berasal dari keluarga terhormat.
Sebetulnya Kak Banyu melarangku bercerita kepadamu, tapi aku tak tahan. Aku harap kau ada di sini sampai aku menikah dengan Tuan Jenggala. Aku ingin menikmati kebersamaan kita sebelum aku melepas masa lajangku.Aku mohon pulanglah, kakakku sayang.
Seandainya saja Sukma menceritakan masalah Banyu pada minggu lalu, mungkin Bening akan mengurungkan niatnya untuk menjebak Aksara, ia mungkin akan pulang ke Surabaya. Tapi sekarang semua sudah terjadi, ia akan menikah dengan Surya dan mungkin butuh waktu agak lama, sampai rumor ini reda baru ia bisa meninggalakan kediaman Surya.
"Maaf Sukma, aku tidak bisa pulang," gumamnya. Tanpa membalas pesan dari Sukma, Bening menaruh kembali handphonenya di tas tangannya ketika mobil yang membawanya masuk ke halaman gereja.
...****************...
"Tuan Surya Magenta," ucap sang pendeta dengan lembut. "Bersediakah engkau menerima..." sang pendeta mulai membacakan panjang lebar pernyataan kesediaan Surya menjaga Bening mulai hari ini dan seterusnya, untuk menghormati dan menyayangi dalam suka dan duka....
Rasanya menggelikan. Tidak ada tanda-tanda menghormati dan menyayangi dari raut wajah Surya yang ada hanya tatapan matanya yang setajam elang. "Saya bersedia," ucap Surya kaku.
Sang pendeta beralih ke Bening. "Nona Bening Embun Pagi," ucapnya. "Maukah kau menerima Tuan Surya Magenta menjadi suamimu yang sah, untuk memiliki dan menjaga mulai hari ini sampai seterusnya, dalam senang, susah, kaya, miskin, dalam sakit dan sehat. Untuk mencintai, untuk menyayangi, untuk menghormati dan mematuhi sampai maut memisahkan?" tanya pendeta itu cepat, tatapannya tertuju pada buku yang di pegangnya.
Oh, ya ampun. Sampai maut memisahkan terasa seperti waktu yang sangat panjang. Bening teringat khayalannya untuk melarikan diri dari Surya ketika nanti berita skandalnya reda, ia akan pergi dari Surya sebelum maut memisahkannya.
Surya meremas tangan Bening, ia memberi kode kepada Bening untuk segera menjawab. "Oh, iya," jawab Bening, tatapannya beralih ke pendeta, ia merasa ngeri menatap suaminya. "Saya bersedia."
Pendeta mengingatkan mereka berdua bahwa mereka sudah mengucapkan janji di hadapan Tuhan. "Aku menyatakan kalian sah sebagai suami dan istri," ucapnya. "Silahkan tuan dan nyonya tanda tangani buku catatan gereja," sang pendeta mengarahkan mereka berdua ke tempat buku itu di letakan, dan saat itu juga Surya langsung melepaskan genggaman tangannya pada Bening.
Dengan tangan gemetar Bening menggoreskan pena di bawah tanda tangan suaminya, kemudian Grace dan Pak Toto selaku saksi dari pernikahan mereka berdua.
Setelah selesai tanda tangan, Surya menatap Bening dengan tatapan dingin. "Ayo!" ia berbalik, berjalan meninggalkan gereja.
Terdengar isakan dari belakang Bening, sesaat kemudian Grace mencekram bahu Bening dan menariknya kepelukannya. "Kau begitu malang," bisiknya. "Kabari aku jika dia menyakitimu, aku akan langsung menjemputmu."
Bening merangkum wajah sahabatnya, dan menghapus air matanya. "Tenanglah, aku akan baik-baik saja," ucapnya sembari tersenyum agar Grace merasa lega. "Aku pasti akan sering menghubungimu."
"NYONYA MAGENTA...!" panggil Surya kaku dari pintu masuk.
Mendengar suaminya memanggilnya, ia pun melepaskan tangannya dari wajah Grace. "Aku pergi dulu ya, si Tuan galak itu sudah memanggilku." saat Bening berjalan di antara deretan bangku gereja, ia masih mendengar isak tangis sahabatnya.
Surya membukkan pintu mobil dan membantu istrinya masuk. "Hati-hati di jalan, Nyonya Magenta," ucapnya.
Eh, Bening bingung karena ternyata Surya tak masuk bersamanya. "Kau tidak ikut?"
"Aku mau ke jalan Dago, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan."
"Tapi aku..." Tapi apa ? Apa Bening menginginkan Surya pulang bersamanya? Tidak, ia tidak menginginkan itu, biarkan saja pria dingin itu bekerja di hari pernikahannya.
Sebelum Bening melanjutkan kalimatnya, pria itu sudah masuk mobil yang berada di belakang mobil Bening. Ia tersentak ketika melihat suaminya memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi seperti sedang di kejar hantu.
Sesaat kemudian mobil yang ditumpangi Bening bergerak, ia menatap langit-langit. Ya beginilah jika menikah dengan Surya Magenta, ia sudah menikah sampai mau memisahkan dengan pria yang membenci dirinya.
Aku tidak akan menangisi pria galak itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
lah Surya nggak ikut pulang mau kemanakah Surya
2023-10-26
3
🍭ͪ ͩ𝐀𝐧𝐠ᵇᵃˢᵉՇɧeeՐՏ🍻☪️¢ᖱ'D⃤
yakin kan dirimu bening ini yang terbaik walau caranya salah🤭
2023-10-26
4
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
pernikahan tampa di dasari cinta ya seperti itu, gak ada romantis nya
2023-10-25
3