Salah Sasaran

Salah Sasaran

Prolog

Liburan akhir tahun tiba, para konglomerat dari penjuru tanah air berkumpul untuk menghadiri pesta yang di adakan keluarga Arkatama, pengusaha tambang minyak asal Surabaya. Dalam daftar undangan pesta tersebut, keluarga Arkatama memasukan seluruh kolega bisnisnya.

Astara's Family. Arkatama mengundang seluruh keluarga Astara: Istri dan ketiga anak-anaknya. Banyu Sagara Astara, Bening Embun Pagi, dan Sukma Putih Astara.

Bening tak menggunakan nama belakang Astara sebab dia hanyalah anak tiri, ibunya menikah dengan Gemilang Astara ketika ia berusia dua tahun dan ayah kandungnya sudah meninggal dunia sejak ia masih dalam kandungan karena kecelakaan pesawat yang menimpanya.

Sementara Gemilang Astara sendiri, merupakan duda dengan satu anak bernama Banyu Sagara Astara yang kala itu berusia lima tahun. Istrinya meninggal pada saat melahirkan Banyu, pendarahan hebat yang terjadi pada istrinya membuat nyawanya tak bisa di selamatkan.

Setelah lima tahun menduda, Gemilang kembali menemukan cintanya pada Kidung Relung Hati. Mereka menikah dan di karuniai satu orang anak bernama Sukma Putih Astara.

Meski begitu, mereka bertiga sangat dekat dan akrab. Walaupun terkadang terjadi perkelahian kecil di antara mereka, terutama Bening dan Sukma. Sukma selalu saja meniru gaya berpakaian kakaknya, sementara Bening enggan terus di ikuti oleh adiknya.

"Mama!" seru Sukma. "Kakak tak membolehkan aku mengenakan gaun yang sama dengannya, kalau begitu aku tak ingin datang ke pesta." Sukma berderap pergi dengan marah. Dari banyaknya bunyi bantingan pintu yang pernah terdengar di kediaman mereka, rasanya bantingan pintu kali ini yang menurut Relung paling kencang.

Relung tak langsung menghampiri Bening untuk menegurnya, kedua putrinya selalu punya cara untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa ia harus turun tangan mengakurkan keduanya.

Sore hari menjelang pesta, mereka semua telah siap. Bening anak nomor dua yang usianya sudah menginjak 25 tahun, mengenakan gaun berwarna biru pucat yang menonjolkan rambut hitam lebat dan mata birunya, mata biru tersebut turunan dari almarhum ayahnya yang berkebangsaan Eropa.

Sukma, mengenakan gaun berwarna emas yang memantulkan cahaya dan seolah berkilauan ketika gadis berusia 22 tahun itu bergerak. Gaun indah itu di pilihkan oleh Bening, Bening membuktikan bahwa Sukma bisa lebih cantik tanpa harus meniru dirinya.

Ketika mereka berdua turun ke ruang depan, mereka melihat Kakak tiri mereka, Banyu Astara yang akan menemani kedua gadis-gadis itu sebab Gemilang dan Relung sendiri tak bisa hadir lantaran Gemilang harus cuci darah. Ya, sudah tiga tahun ini Gemilang berjuang melawan penyakit gagal ginjal yang di deritanya, dan Relung dengan setia terus mendampingi suami tercintanya.

Banyu menatap kedua adiknya lekat-lekat. "Kalian yakin mau mengenakan itu ke pesta?"

"Maksudmu?" tanya Bening.

Banyu melirik kesal, ia membuang wajahnya karena tak ingin melihat dada kedua adiknya. "Ya, seperti itu," ucapnya marah.

"Apa ada yang salah dengan lipstikku?" sahut Sukma.

"Atau perona pipiku?" Bening menambahkan.

Wajah Banyu kian memerah, menahan amarahnya. "Aku yakin kalian berdua tahu apa maksudku! Apa kalian yakin mau mengenakan pakaian seterbuka itu?"

"Model seperti ini sedang trend di kalangan anak muda," ucap Bening sembari menerima Sebuah syal dari pelayannya. "Lagi pula jika pakai syal seperti ini tidak terlalu terlihat terbuka."

"Apakah kakak tidak ingin melihat kami tampil modis?" Sukma menggandeng tangan kiri Banyu, sementara Bening menggandeng tangan kanan kakanya.

"Well, ya.. Aku...."

"Bagus, kalau begitu kita sepakat," Sukma menarik kakanya melangkah. "Kita berangkat sekarang."

Seperti yang sering terjadi, Banyu memang kerap kualahan menghadapi kedua adik tirinya. Meski sembari menggerutu karena tak menyukai pakaian adik-adiknya yang terlalu terbuka, ia tetap berjalan menuju teras dan masuk ke mobil bersama kedua adiknya.

...****************...

Kediaman Arkatama yang begitu megah, penuh sesak hampir tak ada ruang untuk bergerak. Walau begitu, semua mata berpaling pada kakak adik Astara. "Seperti biasa, semua pria terpesona pada kalian berdua," bisik Grace, sahabat baik Bening.

"Konyol," sahut Bening. "Aku yakin mereka hanya berpura-pura terpesona untuk menghormati orang tua kami."

"Apa sekarang kau menyadari jika gaun potongan rendah itu tak ada gunanya?" Banyu mengejek.

Bening melirik sinis ke kakak tirinya, ia dan Sukma sudah di ajak menghadiri perjamuan para kolega bisnis orang tua mereka sejak kanak-kanak. Saat ini mereka berdua sudah seharusnya menerima salah satu lamaran dari pria-pria yang menatapnya penuh pesona, namun sayangnya Bening dan Sukma belum memikirkan pernikahan, mereka berdua masih fokus pada pendidikan.

"Oh tidak!" ucap Sukma, meraih tangan Bening. "Kakak harus mencegat pria itu."

"Siapa?" tanya Banyu, berdiri di samping Bening menatap kerumunan para tamu.

"Tuan Jenggala," bisik Sukma. "Dia sedang berjalan ke arah kita."

"Mendatangimu, maksudmu?" ujar Bening seraya menggandeng tangan Banyu dan Grace. "Kita harus melarikan diri jika tak ingin terperangkap pada percakapan yang membosankan. Sampai jumpa, Sukma."

" Kak Bening!"seru Sukma, namun mereka bertiga sudah terlebih dahulu pergi sembari tertawa meninggalkannya sendiri bersama Tuan Jenggala yang begitu bersemangat menghampirinya.

Ketika Banyu berdansa bersama Grace, Bening berkeliling sendirian. Di tengah kerumunan banyak orang matanya tertuju pada Tuan Surya Magenta, pengusaha perkebunan teh asal Bandung. Bening menghembuskan napas lega ketika pria yang di kenal arogan dan kaku itu sama sekali tak meliriknya.

Bening justru dikejutkan dengan Tuan Aksara Gibran yang tiba-tiba membungkuk di hadapannya. "Nona cantik, maukah kau berdansa denganku," pria itu mengulurkan tangannya.

Bening tersenyum, ia sempat mengenal Tuan Aksara sebelumnya. Pria itu di terkenal bukan hanya kesuksesan bisnisnya saja, melainkan keramahannya. "Kau pandai sekali memuji, Tuan." dengan senang hati Bening menerima ajakan Aksara.

"Wanita secantik dan sepintar dirimu, pantas mendapat pujian yang tiada henti."

Bening tertawa, mereka berdua berputar kemudian melangkah ke kanan dan ke kiri menikmati alunan lagu, sembari mengobrol dengan hangat. Aksara pria yang sangat menyenangkan sehingga tak sulit menemukan banyak topik obrolan dengannya.

Di tengah keseruannya berdansa sembari mengobrol dengan Aksara, mata indah Bening kembali melihat Surya Magenta, pria itu terlihat semakin tidak bersahabat dengan siapapun.

Terpopuler

Comments

🇹ⱤłɆᵈᵉʷᶦ 🌀🖌

🇹ⱤłɆᵈᵉʷᶦ 🌀🖌

tuan aksara tipe pria yang pandai menyenangkan wanita

2024-02-11

3

Alizeee

Alizeee

terimakasih karna sudah mampir 😃

2024-01-27

3

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩ᵉʷᶦᵦ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

༄༅⃟𝐐 🥑⃟🇩ᵉʷᶦᵦ 🏡 ⃝⃯᷵Ꭲᶬ🌀🖌

besok di lanjut baca nya teh irma

2024-01-02

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!