Sebuah Gedung berdiri menjulang tinggi nan megah. Osricland Group atau lebih dikenal dengan OG merupakan perusahaan milik keluarga Osric. Disinilah Darel berdiri, ia merapikan Jasnya sebelum masuk kedalam Kantor.
Seperti biasa, dengan wajah tegasnya ia berjalan, tak satu pun sapaan dari Karyawan ia hiraukan. Begitulah Darel, Pria dingin tak tersentuh.
"Hah !!, rasanya benar-benar menyebalkan !" gumam Darel duduk di kursi kebanggaannya, dengan sedikit melonggarkan dasi yang ia pakai.
" Tuan, 30 menit lagi kita akan meeting dengan Tuan Calvin." Ujar Janu masuk menghampiri Darel.
"Hmmm, Apakah semua berkas sudah kamu siapkan?" tanya Darel.
"Sudah Tuan, sepertinya ada sesuatu yang menganggu pikiran anda Tuan?" tanya Janu, melihat raut wajah Darel kurang begitu bersahabat.
"Aku bertemu lagi dengan Gadis penjual balon." Jawab Darel malas.
"Apa !!, Tuan bertemu kembali dengan Nona Hana? Lalu apa yang Tuan lakukan? Apakah Nona Hana menarik celana Anda lagi? Bagaimana dengan underwear yang Tuan pakai? Apakah tetap dengan karakter yang sama atau sudah ganti dengan karakter Dorae...
PLETAKK...!!! Sebuah pulpen mendarat tepat di kening Janu.
"Auu.. Sakit Tuan." protes Janu, mengusap keningnya.
"Itu hanya sebuah pulpen, mungkin esok kursi ini yang akan melayang membungkam mulutmu supaya diam !" Ucap Darel dengan memainkan kursinya, menatap tajam Janu.
"Maaf Tuan, Saya hanya penasaran saja." Ucap Janu lirih.
"Lebih baik, kamu keluar. Bawakan aku sarapan." Perintah Darel, Janu yang mendapat perintah langsung pergi meninggalkan ruangan Darel.
Sementara di sebuah lampu merah, Hana berdiri di pinggir jalan.
"Hampir satu jam aku berdiri disini, baru dua balon yang laku terjual." Gumam Hana, menghitung beberapa lembar uang hasil penjualan balon. Tak jauh dari ia berdiri ada seorang nenek yang terlihat akan menyebrang.
"Nek, apa yang nenek lakukan?" tanya Hana menghampiri nenek tersebut.
"Aku akan pergi ke seberang sana Nak?" Jawab nenek tersebut.
"Tunggu sebentar Nek, biar aku bantu." Ucap Hana tersenyum, dengan cepat ia mengikat balon-balonnya pada sebuah tiang.
"Ayo Nek." Ajak Hana
"Bagaimana dengan balon-balon mu Nak?" tanya nenek tersebut khawatir.
"Tenang Nek, aku sudah mengikatnya, jadi nenek tak perlu khawatir." ucap Hana tersenyum manis.
Perlahan Hana mulai berjalan menyeberangkan nenek tersebut.
"Akhirnya kita sampai." Ucap Hana masih menampakkan senyum manisnya.
"Terima kasih Nak, kamu Gadis yang baik, semoga saja hal baik akan selalu menghampirimu." Ucap nenek dengan tulus.
"Terima kasih Nek, Oh ya ini ada sedikit rezeki untuk nenek." Ucap Hana memberikan beberapa lembar uang pada nenek tersebut.
"Terima Kasih Nak." Ucap nenek tersebut bahagia. Hana mengangguk tersenyum.
"Aku pergi dulu Nek, nenek hati-hati dan selalu jaga kesehatan ya." Ucap Hana, sebelum pergi menyebrang kembali.
Tanpa Hana sadari, sejak tadi ada seseorang yang memperhatikan gerak gerik Hana.
"Gadis yang baik." gumam seorang Pria dengan menyunggingkan senyumnya.
"Joko, tunggulah sebentar, aku ada keperluan." Ucap seseorang tersebut.
"Tapi Tuan, bukankah sebentar lagi anda akan meeting." Ucap seseorang yang dipanggil dengan sebutan Joko. Sementara Pria tersebut tak menghiraukan ucapan Joko.
Hana yang dihampiri oleh seorang Pria, dengan pakaian begitu rapi pun merasa khawatir.
"Nona, Berapa harga balon-balon ini?" tanya Pria tersebut.
"Dua puluh ribu Tu..." Hana tidak melanjutkan ucapannya, ia bingung harus memanggil dengan panggilan apa? Ia takut jika membuat kesalahan.
"Panggil aku Calvin." Ucap pria tersebut yang tak lain adalah Calvin Demanson. Pria tampan berusia 31 tahun, seorang CEO di sebuah perusahaan terbesar ke dua setelah perusahaan Darel.
"Maaf Tuan Calvin, harganya dua puluh ribu." Ucap Hana dengan tersenyum.
"Manis." Gumam Calvin tanpa sadar.
"Maaf Tuan, apa yang anda katakan?" tanya Hana
Calvin yang terkejut pun dengan cepat berusaha mencari alasan.
"Tidak, aku hanya ingin membeli balon karakter Angsa putih ini, sepertinya terlihat manis." Ucap Calvin beralasan.
"Tuan ingin membeli balon?" tanya Hana bingung, pasalnya untuk apa Calvin membeli balon? Mengingat ia adalah Pria dewasa.
"Bukan untuk ku, tapi untuk keponakan ku di rumah." Jawab Calvin, lagi-lagi berbohong.
Hana yang mengerti pun mengangguk.
"Ini Tuan balonnya." Ucap Hana memberikan satu balon dengan karakter sesuai permintaan Calvin yaitu Angsa putih.
"Terima kasih?" Ucap Calvin menerima balon tersebut. Kemudian ia memberikan uang dua ratus ribu pada Hana.
"Tuan maaf, harga balonnya dua puluh ribu bukan dua ratus ribu." Ucap Hana, ia mengira jika Calvin keliru.
"Iya aku tau, terima saja uang itu, anggap saja itu harga spesial dari ku." Ucap Calvin pergi begitu saja.
"Tapi Tuan, aku tidak bisa menerimanya !" teriak Hana. Sementara mobil Calvin sudah melaju dengan kencang.
"Tidak mungkin aku mengejarnya, lebih baik ambil sesuai dengan harga balon, untuk selebihnya uang ini akan aku simpan, siapa tau suatu hari nanti aku bisa bertemu dengannya." Gumam Hana.
ΩΩΩΩ
Disebuah Restaurant
"Janu, coba kamu hubungi Calvin !. Berani-beraninya membuat ku menunggu." Ucap Darel nampak kesal.
"Handphonenya tidak bisa di hubungi Tuan." Ucap Janu memberi tahu.
"Kita tunggu satu menit, jika ia tidak datang lebih baik batalkan semua kerja samanya dengan perusahaan Osric." Ucap Darel tegas.
Dari kejauhan nampak Calvin berjalan menghampiri meja tempat meeting bersama Darel. Darel maupun Janu terkejut, selain terkejut Darel menatapnya dengan tajam, ada amarah yang bergejolak di dadanya. Bukan karena keterlambatan Calvin, melainkan sesuatu yang dibawa oleh Calvin.
"Maaf aku datang terlambat." Ucap Calvin tersenyum tanpa merasa bersalah.
"KITA BERTEMU UNTUK MEETING, BUKAN UNTUK MERAYAKAN ULANG TAHUN !" Ucap Darel marah.
"Tuan Calvin anda cari mati." Ucap Janu dalam hati, ia tahu jika Darel sedang emosi.
Calvin yang mengerti maksud perkataan Darel, dengan segera ia menjelaskan.
"Maaf Bro, jika aku meeting membawa balon. Tidak mungkin aku meninggalkannya di mobil atau menitipkannya pada Joko, karena balon ini begitu berharga." Ucap Calvin dengan santainya, Darel dan Calvin adalah sudah bersahabat sejak mereka SMA.
"Berharga?" Beo Darel.
"Tentu saja, balon Angsa ini sangatlah berharga untuk ku, aku membelinya dari seorang gadis cantik." Ucap Calvin, mulai mengikat balonnya pada salah satu kursi kosong yang ada di sebelah Darel.
"Kita lihat saja, balon buruk ini apakah akan tetap berharga?" Ucap Darel menyunggingkan senyumnya, sebelum menusuk balon tersebut dengan sebuah garpu.
DOOR....
Meletus lah balon Angsa milik Calvin. Selain Calvin dan Janu, beberapa pengunjung yang mendengar letusan tersebut pun terkejut.
"HEI, APA YANG KAU LAKUKAN!!" Pekik Calvin marah.
"JANU, KAU URUS SEMUA KEKACAUAN INI, DAN KAU URUS MEETING KU DENGANNYA, AKU SUDAH TIDAK MOOD LAGI !!." Ucap Darel tegas, tanpa memperdulikan kemarahan sahabatnya. Darel pergi begitu saja, entahlah ia begitu muak jika melihat balon, baginya balon hanya akan mengingatkannya pada gadis yang akhir-akhir ini membuat hidupnya selalu sial.
"Sudah Tuan, lebih baik kita lanjutkan meeting kita hari ini? Untuk masalah balon, nanti Anda bisa membelinya lagi." Ucap Janu menenangkan.
"Ini bukan sembarang balon, balon ini aku beli dari seorang gadis yang aku kagumi, dan aku tidak tahu, apakah aku bisa bertemu dengannya lagi." Ucap Calvin duduk lemas, di sebuah kursi.
"Biar nanti saya bantu untuk mencari gadis tersebut Tuan?" Ucap Janu.
Mendengar perkataan Janu, tentu saja membuat Calvin merasa senang.
"Benarkah? kamu akan membantuku?" tanya Calvin.
"Tentu saja Tuan, tapi untuk saat ini bantulah saya terlebih dulu, untuk menyelesaikan pekerjaan yang di berikan oleh Tuan Darel." Ucap Janu bernegosiasi. Calvin pun mengangguk setuju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Uni Rasid
yg meletus balon warna hijau bukan
2024-02-09
3
auliasiamatir
buehhh belum apa apa udah ada siangan aka nih darel
2023-10-18
2
Merry_Chan.
ish Darel entar klepek"sma Hanna bru thu rasa.
2023-10-16
1