PSH - 09

Fely menatap langit-langit kamarnya..

ia memikirkan kehidupannya kini, Ia akan menikah, namun ia tidak bisa menyangkal kalau dirinya tak mencintai Rey, jangankan mencintai, rasa simpatikpun belum tumbuh..

Fahri... Pria yang mengisi hari-hari Fely sebagai sahabat kini sepertinya akan benar-benar menjadi sahabat,, kalo boleh memilih tentu Fely lebih memilih Fahri yang memiliki pembawaan yang hangat juga Ramah..

"Jodoh tak ada yang tau" Ucapnya sendiri

Fely masih menatap langit kamarnya, membiarkan rambut indah panjangnya terurai di atas kasur empuknya..

Ia begitu sedih kalo saja orang tuanya masih hidup, mungkin Fely akan mencurahkan, meluapkan isi hatinya..

."Astagfirullah belum sholat Isya" Kata Fely kemudian beranjak mensucikan diri dan melakukan Ibadahnya

Saat hampir menyelesaikan sholatnya pintunya terketuk, Saat memberi salam tanda akhir sholatnya Felly bergegas menuju pintu dan membukanya..

"Bang Rey..." Ucap Fely kaget

Rey syok melihat wanita di hadapannya begitu cantik dengan mukena terpasang di tubuhnya, cetakan wajahnya membuat Fely semakin terlihat menggemaskan ...

Rey segera masuk kedalam Kamar Fely

"Maaf Bang ada apa, gak baik di kamar berduaan, kita belum muhrim" Ucap Fely tertunduk

haha

Rey tertawa

"Jangan berfikir macam-macam, kamu bukan selera aku" Ucap Rey ketus

Astagfirullah...Fely tertunduk merasa sedikit nyeri dengan perkataan Rey

"Apa yang kamu mau? harta?" Ucap Rey sambil memandang jendela kamar dan memasukan kedua tangganya di saku

"Astagfirullah , Abang bicara Apa? Fely ga ngerti" Kata Fely dengan rasa takut menghadapi Rey

"kenapa kamu mau di jodohkan sama aku? kenapa ga nolak? Karena modal yang orang tua kamu kasih ke orang tua aku?"Tanya Rey semakin ketus dan nada menekan

"Astagfirullah Bang... Maaf abang salah besar menilai Fely seperti itu... Fely sama sekali gaaak tau soal modal itu Bang, itu urusan orang Tua kita" Ucap Fely membuat Rey menyungingkan bibirnya

"Dan soal mau atau enggak, asal Abang tau, aku sudah menolak, Tapi Mama sedikit menekanku, aku tak kuasa membantahnya" Ucap Fely lirih...

"Baik. kamu benar kita tak kuasa menolak... jadi bagaimana kalo kita menikah di atas sebuah kesepakatan" Ucap Rey sambil membalikkan Badan

"Apa"

"aku punya pacar, biarkan aku terus berhubungan dengan nya, tanpa batas waktu, sementara kamu bebas mau melakukan apapun juga"

Astagfirullah- Batin Fely tanpa sadar ia telah menitihkan air matanya

"Bagaimana?" Kata Rey sedikit membentak

"Baik Bang, Jika itu terbaik.. semoga saya ikhlas menerima ini semua.." Ucap Fely Lirih

"Bagus!!" Kata Rey singkat kemudian keluar dari kamar tersebut dan melemparkan pintu hingga bunyinya mampu membuat Fely tersentak..

Fely duduk di tepi kasur nya..

kenapa dia menilai aku begitu hina, dia pikir aku manusia gila harta? kenapa se kejih itu tuduhannya? bagai manusia tak berakhlak!

Fely menangis sejadi-jadinya.. ia tak mungkin menolak pernikahan yang sudah sempat ia setujui..

Apa aku kabur aja? Tapi papa sangat mempercayai keluarga ini..

Yaa Allah bantu aku, tuntun aku dalam kebahagian...

Di Tempat Lain..

"Kamu akan menyesal Fel telah merusak ketenanganku, aku akan membuatmu menderita selama pernikahan ini, sampai kamu benar-benar berlutut merengek perpisahan dariku..." Ucap Rey dalam kamarnya

"Kamu itu sama dengan wanita lain, Penikmat uang bukan Cinta!! jangan karena kamu menutup kepalamu dengan jilbab tapi kamu bisa membodohiku dan kekuarga ku Fell..." Rey benar-benar frustasi memikirkan perjodohan yang telah ia setujui sendiri meski dengan keterpaksaan..

Selama ini Rey memang sedikit memiliki sikap Arogan, mungkin tertular dari sifat Kakeknya yang tak lain adalah Ayah dari ibu Anna...

Rey selalu bersikap semaunya, menjadikan dirinya selalu benar dan sedikit kasar..

Namun Rey sangat takut dengan Ibu Anna, ia tak snaggup menolak setiap perintah Ibu Anna.. Sekalipun itu di awali dengan perdebatan yang cukup menguras emosi...