Bukan Dunia Fantasi

Bukan Dunia Fantasi

Novel " Yunyi the journey "

Tak.

Tak.

Tak.

Langkah kaki menggema di koridor hotel, memecah kesunyian malam yang tenang.

Beberapa orang terlihat berjalan menuju salah satu kamar, dipimpin oleh seorang wanita muda yang luar biasa cantik. Empat orang itu kemudian memasuki kamar dengan tenang.

"Nona, pekerjaan hari ini cukup melelahkan. Saya akan menyiapkan air untuk Anda mandi," ucap salah satu dari mereka saat memasuki ruangan.

"Um," sahut wanita muda itu singkat.

Ia berjalan ke arah sofa, lalu duduk setelah melepaskan mantelnya dan meletakkannya sembarangan.

"Bagaimana hasil pantauan hari ini?" tanyanya pada salah satu orang yang berdiri di hadapannya.

"Menjawab Nona, untung saja kita sudah melakukan pengamanan. Kalau tidak, para paparazi itu mungkin masih mengikuti kita," jawab salah satu asistennya.

"Tapi meskipun kita sudah membuat pengaturan, mereka masih saja membuat ulah," sambungnya lagi sambil menyerahkan sebuah iPad.

Menerima iPad itu, wanita muda yang bernama A Ran hanya tersenyum tipis saat melihat deretan pencarian panas teratas yang semuanya memuat namanya.

[Ratu Bintang Hiburan, A Ran Diduga Sedang Jatuh Cinta]

[Kencan Buta A Ran]

[Siapa Pacar Misterius A Ran?]

Tanpa peduli pada komentar netizen, A Ran hanya terkekeh kecil.

"Biarkan saja mereka. Lagipula ini bukan yang pertama kalinya, kan?" ucapnya santai.

"Nona benar, menjadi seorang aktris memang tidak mudah."

"Kalian juga sudah lelah seharian ini. Kembalilah dan beristirahatlah," pinta A Ran lembut.

"Kalau begitu, kami pamit dulu, Nona," jawab para asistennya sembari membungkuk sedikit sebelum meninggalkan ruangan.

Setelah mereka pergi, A Ran segera membersihkan diri.

Sebagai seorang aktris papan atas, A Ran bisa dibilang sangat sibuk. Selain membintangi film dan drama televisi, ia juga menjadi bintang iklan untuk berbagai merek setiap harinya. Di dunia hiburan, A Ran adalah bulan yang bersinar terang—bakat, penampilan, dan kemampuan aktingnya luar biasa, seolah-olah ia memang ditakdirkan untuk pekerjaan ini.

Usai mandi dan berganti pakaian, A Ran bersiap untuk tidur. Hari itu benar-benar melelahkan.

"Eh? Novel?" gumamnya saat melihat sebuah buku di meja samping tempat tidurnya.

Karena penasaran, ia mengambil dan melihat-lihat buku itu. Bagi A Ran, novel cetak seperti ini sangat jarang ditemui dalam kesehariannya—apalagi novel bergenre Xianxia.

Judulnya adalah "Yunyi: The Journey", sebuah kisah tentang perjalanan seorang gadis muda bernama Yun Yi, anak haram seorang menteri kerajaan. Sejak dibawa kembali oleh ayahnya, Yun Yi hidup dalam penderitaan, dihina dan disiksa oleh para istri serta anak-anak sah sang menteri.

Meski memiliki bakat kultivasi yang baik, sumber dayanya jauh dari mencukupi dibandingkan saudara tirinya. Namun dengan tekad kuat, Yun Yi diam-diam berlatih di hutan, melawan binatang spiritual tingkat rendah demi meningkatkan kekuatannya.

Hari demi hari ia terus berlatih, hingga suatu ketika, Yun Yi menemukan seorang gadis muda dalam keadaan koma. Tanpa pikir panjang, Yun Yi menolongnya dan membawanya ke tempat yang aman.

"Hei, kau sudah bangun?" tanya Yun Yi ketika gadis itu membuka mata.

"Apa kau yang menyelamatkanku?"

"Ya, aku menemukannmu tidak sadarkan diri."

"Terima kasih telah menolongku."

Dari perbincangan singkat itu, Yun Yi mengetahui bahwa gadis tersebut adalah Xie Yuru, cucu bungsu dari seorang menteri berpengaruh di Kekaisaran Huang. Sejak saat itu, keduanya menjadi teman dekat. Bahkan ketika di ibu kota, Xie Yuru terang-terangan membantu Yun Yi.

Namun, kabar ini sampai ke telinga Yun Jia—kakak tiri Yun Yi dan putri tertua sang menteri. Ia marah besar dan berusaha menghancurkan hubungan keduanya. Berkali-kali mencoba, berkali-kali pula gagal.

Akhirnya, Yun Jia merencanakan sesuatu yang lebih berbahaya.

Bertepatan dengan ulang tahun Kaisar, para pangeran dan putri dari kerajaan tetangga berdatangan. Yun Jia menyuap para dayang istana, meracuni salah satu putri dari negeri tetangga, dan memfitnah Yun Yi sebagai pelakunya.

Motivasinya? Karena Yun Yi terlihat dekat dengan salah satu pangeran dari negeri tersebut, padahal sang putri juga menyukai pria yang sama.

Dengan bukti dan saksi yang direkayasa, Yun Jia nyaris berhasil. Xie Yuru yang mendengar kabar itu terkejut, tapi ia yakin Yun Yi telah dijebak.

Sayangnya, bukti yang ada terlalu kuat. Tak bisa berbuat banyak, Xie Yuru pun menempuh cara terakhir—meminta bantuan sepupunya, Xie Ran, putri tertua Klan Xie yang sedang menjalani kultivasi tertutup.

Dengan susah payah, Xie Yuru akhirnya berhasil bertemu dengannya.

"Kakak, tolong selamatkan temanku. Dia tidak bersalah. Dia dijebak," isaknya.

"Aku belum pernah melihatmu memohon seperti ini, apalagi untuk seseorang yang baru kau kenal," kata Xie Ran tenang.

"Dia orang yang baik. Aku tidak meminta kakak membebaskannya, hanya... bisakah kakak berbicara pada Yang Mulia Kaisar agar nyawanya diselamatkan?"

Xie Ran memang bisa melakukan itu. Ia adalah putri kerajaan Huang dari pihak ibu, keponakan kesayangan sang Kaisar dan Ibu Suri. Semua orang tahu, bahkan anak kandung Kaisar pun tak mendapat perlakuan seistimewa Xie Ran.

"Aku belum bisa keluar sekarang. Ambil ini, dan pergi ke istana sendiri," ucap Xie Ran sambil menyerahkan liontin giok miliknya.

Xie Yuru, yang mengerti maksudnya, segera mengucap terima kasih dan pergi.

Namun sebelum tiba di istana, bencana besar terjadi.

Memanfaatkan perayaan ulang tahun Kaisar, utusan iblis menyerbu kekaisaran. Pertempuran hebat pun pecah. Banyak yang terluka dan tewas, termasuk pangeran dan putri dari negeri tetangga. Hubungan antar kerajaan pun memburuk—bahkan perang besar sepertinya tak terelakkan.

Yun Yi tak sempat diadili. Ia melarikan diri di tengah kekacauan, membawa dendam mendalam dan tekad untuk kembali suatu hari nanti demi membalas semua penderitaan yang ia alami.

Sampai di halaman terakhir, A Ran mendesah.

"Apa-apaan ini? Gantung banget!" protesnya sambil membalik halaman kosong.

"Huh… ini benar-benar bikin penasaran. Apa yang terjadi selanjutnya sih?!"

Karena terlalu bersemangat membolak-balik halaman, jari A Ran tak sengaja tergores oleh kertas buku.

"Aduh! Sejak kapan kertas bisa setajam ini?" gerutunya, memeriksa jari yang berdarah.

Tanpa ia sadari, darah itu menetes ke halaman buku. Anehnya, darah tersebut perlahan terserap dan menghilang, disertai cahaya redup yang memancar dari permukaan halaman.

A Ran yang tengah membungkus jarinya dengan plester mulai merasa kantuk. Ia melirik buku yang kini tergeletak tenang di atas meja, lalu melihat jam.

02:00 dini hari.

"Masih ada waktu beberapa jam kalau aku tidur sekarang," gumamnya pelan sebelum akhirnya memejamkan mata.

Terpopuler

Comments

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

mampir thor

2024-06-28

0

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2024-03-25

0

💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°

💜 ≛⃝⃕|ℙ$°INTANARM¥°

hai kak cerita nya seru nie semangat ia kak

2024-03-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!