Extraordinary Handsome Devil
'Arion kalender Damian anak sulung dari Aksa Damian pengusaha pakaian ternama yang berlogo I&D fashion dikabarkan batal menikah dengan tunangannya anak dari seorang pengusaha produk kecantikan, Jessica laudya. Padahal kabar yang didengar pasangan yang terlihat serasi itu sudah memilih gedung untuk acara pernikahan mere-'
Suara berita gosip dari salah satu acara televisi terdengar sayup-sayup di telinga Valentina Maudy Aditya saat kakinya melangkah turun dari kendaraan umum. Ia tidak peduli pada isi berita yang disampaikan. Kakinya terus melangkah maju menuju pintu masuk rumah sakit.
Suara derap langkah kaki beralas sandal jepit menggema di selasar rumah sakit yang penuh sesak dengan orang-orang. Kakinya terus melangkah mengabaikan keriuhan disekitar dengan kedua mata memburam. Isak tangis tak dapat ia tahan ketika kedua kakinya sampai pada sebuah pintu yang tertulis kamar jenazah.
Bermenit-menit lamanya ia hanya berdiri di depan pintu merasa belum siap dengan apa yang akan terjadi di belakang pintu itu. Ia menelan salivanya dengan susah. Detak jantungnya bergemuruh dengan sangat cepat begitu juga isi kepala yang menyangkal semua dengan apa yang baru saja terjadi. Semoga kabar yang ia dengar itu tidak benar adanya. Setelah bermenit-menit lamanya ia berdiri, akhirnya tangan yang gemetar terulur membuka pintu yang tertutup. Kerongkongannya terasa kering ketika netra matanya menatap seorang wanita dengan perut buncit sedang menangis begitu sangat pilu di samping jenazah yang tertutup kain putih dengan seorang anak laki-laki berusia 4 tahun di sisinya. Dia adalah Kakak iparnya yang bernama Dwi Pratiwi.
Kakinya melangkah tertatih dengan air mata yang terus mengalir di kedua pipinya. Kedua tangan ia angkat untuk menutup mulut. Ia tampak terkejut dengan apa yang ia lihat saat ini. Badannya lemas. Wanita itu terus menggelengkan kepalanya menyangkal semua yang saat ini ia lihat.
"Kakak!" serunya memanggil lirih ketika dua manik matanya menangkap sosok yang ia cari.
Wanita yang di panggil kakak itu menoleh, menatap orang yang baru saja memanggilnya. "Valen," gumamnya dengan isak tangis yang begitu pilu bila di dengar.
"Itu bukan Kak celvin 'kan?" tanyanya memastikan.
Sayangnya tidak ada jawaban yang ia dengar, hanya ada isak tangis yang keluar dari mulut itu.
Kaki wanita yang bernama Valen seketika lemas, tulang persendiannya seakan tidak kuat menopang berat tubuhnya yang akhirnya membuat ia jatuh terduduk.
Pundak Valen berguncang seirma isak tangis yang begitu kencang. Kenapa orang satu-satunya yang ia miliki di dunia ini harus pergi untuk selama-lamanya juga dan menyisakan ia seorang diri. Apa tidak cukup kedua orang tuanya yang sudah di ambil terlebih dahulu? Kenapa harus kakak laki-laki nya juga? Valen merasa Tuhan tidak adil terhadapnya. Kenapa dari sekian banyak manusia di dunia ini ia lah yang merasa paling sial.
Dalam kekalutan pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya, sebuah tangan kecil mengelus lembut pipi yang sejak tadi basah. Menyadarkannya.
"Ante jangan nangis."
Valen mendongak, menatap wajah kecil yang begitu polos lantas menarik sudut-sudut bibirnya tinggi memperlihatkan sebuah senyuman dalam tangisnya.
Valen menganggu lantas merengkuh sang keponakan dalam pelukannya. Mendekap tubuh mungil itu begitu erat dalam isak tangis yang tertahan.
"Kita hadapi dunia yang kejam ini bersama-sama, ya. Ada Ante di sini kamu jangan takut, Canva."
Canva menganggu dalam dekapan velen. Seakan bocah berusia 4 tahun itu paham dengan apa yang baru saja di katakan Valen barusan. Valen tidak tau apa di usia belia itu sudah paham akan sebuah arti kehilangan.
Valen menarik napas panjang mengisi rongga dada yang seakan terasa sesak ketika bola matanya menatap wajah putus asa kakak iparnya. Valen berdiri lantas memeluk Dwi dengan sangat erat. Memberikan kekuatan yang masih ia miliki.
"Katanya … Abang mu pergi cuma sebentar. Tapi, nyatanya dia pergi untuk selamanya. Terus kakak harus apa, Valen? Kakak nggak tau harus berbuat apa dengan kondisi kakak kaya gini," tuturnya putus asa dalam tangisnya.
"Masih ada aku kakak. Kakak nggak usah mikirin apapun, jangan merasa sendiri. Aku sama kehilangannya." Kedua mata Valen memejam saat merasakan sesak yang teramat sangat. Seakan pasokan udara yang ia hirup habis tak bersisa. "Apa yang Kakak rasakan, aku juga merasakannya. Kita harus kuat. Kita pasti bisa demi, Canva. Kakak akan jadi tanggung jawab aku sekarang."
Tak ada yang bisa Dwi katakan, semua kosakata yang ada di kepalanya seakan berceceran. Dunianya seakan runtuh tak bersisa. Langit yang cerah seakan berganti dengan awan pekat dan kilat yang menyambar-nyambar dengan kabut yang menyelimuti seluruh dirinya. Dwi tidak tahu apakah ia bisa melanjutkan hari esok dengan baik.
Valen sadar, bukan ia sendiri yang merasa kehilangan dan terluka disini. Tapi ada kakak Dwi dan Canva yang juga jauh lebih terluka karena mereka kehilangan sosok suami sekaligus ayah. Apalagi bayi yang didalam kandungan kakak iparnya itu, sama sekali tidak akan pernah mengenal sosok ayah dalam hidupnya, karena dia harus mengalami kehilangan sebelum ia dilahirkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Muzaata Alenmiyu
aku mampir thor 😊 ada pemberitauan sistem 🤭 semangaattt 💪💪💪
2023-10-11
0