17. Pergi

Brakkk ...

"Bundaaaa ... " teriak Ariana tiba-tiba setelah masuk ke kamar Tatiana dan Samudera. Samudera yang baru saja tertidur pukul 4 pagi itupun seketika terlonjak dengan kepala berdenyut nyeri.

"Ana, kenapa teriak-teriak?" tanya Samudera sambil memijat pelipisnya yang berdenyut-denyut. Tapi Ariana tidak menghiraukan, ia justru celingak-celinguk ke sekeliling. Lalu ia pun membuka pintu kamar mandi dengan kasar, namun yang ia cari tak ia temukan juga.

"Bunda, Bunda dimana? Bunda, ayah Bunda mana? Kenapa bunda tidak ada? Ayah, Bunda mana, Ayah?" pekik Ariana yang matanya sudah memerah. Terlihat jelas, ia sudah akan menumpahkan tangisnya sebentar lagi.

"Bunda ... " Samudera bingung bagaimana menjawab pertanyaan sang anak? Ia pun celingak-celinguk, berharap semua yang ia alami malam tadi hanya sekedar mimpi. Tatiana tidak pergi. Ia masih berada di rumah ini. "Mungkin bunda sedang memasak di dapur?" Samudera melirik ke arah jendela, hari sudah cukup terang. Seperti biasa, Tatiana biasanya sedang menyiapkan sarapan mereka di jam seperti ini.

"Nggak ada. Bunda nggak ada di dapur. Tadi Ana sudah cari di dapur, tapi bunda nggak ada. Di belakang juga nggak ada. Bibik juga nggak tau dimana bunda. Bibik pikir bunda masih tidur, tapi ... " Bibir Ariana sudah mencebik, " ... di sini bunda juga nggak ada. Bunda dimana, Ayah? Bunda dimana?"

Tangis Ariana pecah. Dengan menahan nyeri di kepala, Samudera pun segera turun dari ranjang dan menggendong Ariana untuk menenangkannya. Namun bukannya tenang, Ariana justru makin menangis. Tangisnya melengking membuat denyutan di kepalanya kian menjadi-jadi.

"Sayang, kamu diam dulu! Ayah juga nggak tahu dimana bunda. Ana jangan nangis ya! Bunda pasti pulang. Bunda hanya pergi sebentar," bujuk Samudera berusaha memenangkan Ariana. Tapi bukannya luluh dengan bujukan tersebut, Ariana justru memberontak sambil berteriak.

"Nggak, ayah bohong. Bunda pasti pergi ninggalin Ana. Ayah bohong! Bunda ... bunda ... Bunda dimana? Ayah, bunda mana Ayah? Bunda mana?" Raung Ariana dengan pipi yang sudah basah. Pun hidung Ariana sudah memerah. Nafasnya tersengal karena cairan hidung yang menyumbat indra penciumannya itu.

"Sayang, udah ya nangisnya! Please, kepala ayah sedang sakit ini," ujar Samudera masih berusaha bersabar. Lalu Samudera melihat keberadaan Bik Una. Ia hendak menyerahkan Ariana padanya. Kepalanya sakit. Ia kurang istirahat akhir-akhir ini. Ditambah semalaman ia kesulitan tidur karena mengkhawatirkan keadaan Tatiana. Samudera hendak ke kamar mandi sebentar untuk mencuci muka kemudian sarapan mengisi perutnya yang sejak semalam kosong. Ia hendak minum obat agar kepalanya tidak semakin sakit. Bagaimana ia bisa berpikir dan mencari keberadaan Tatiana bila nyeri di kepalanya kian menjadi.

"Bik, tolong gendong Ana dulu. Saya mau ke belakang sebentar," ujar Samudera sambil hendak menyerahkan Ariana ke Bik Una.

Namun Ariana justru memberontak marah. Ia tak mau ikut Bik Una. Ia menjerit-jerit membuat Samudera kalap hingga akhirnya tanpa sadar membentaknya.

"Nggak, nggak mau. Ana maunya sama bunda. Ana nggak mau sama bibik. Ana maunya sama bunda. Ana mau bunda, Ayah. Ana mau bunda. Bundaaa ... bunda ... " teriak Ariana.

"KATA AYAH BERHENTI, ANA! KAU BISA DIAM TIDAK, HAH!" bentak Samudera membuat Ariana syok.

"Ayah jahat! Ayah jahat! Ana benci, Ayah!" pekik Ariana sambil berusaha melepaskan diri dari Samudera. Tak ingin Ariana terjatuh, Samudera pun gegas menurunkan Ariana dari gendongannya. Setelahnya, Ariana berlari kencang masuk ke dalam kamarnya. Dibantingnya pintu. Kemudian ia naik ke atas ranjang sambil menenggelamkan wajahnya di bantal.

Samudera seketika tersadar. Karena terlalu emosi, ia sampai kelepasan membentak Ariana, putrinya sendiri. Ia benar-benar merasa bersalah.

Samudera mengusap wajahnya kasar. Belum 24 jam Tatiana menghilang, tapi kenapa hidupnya sudah begitu kacau. Bagaimana kalau Tatiana benar-benar meninggalkannya? Bisa-bisa hidupnya benar-benar kacau.

"Bik, tolong liat Ana sebentar ya!" Samudera pun langsung melenggang menuju kamar mandi setelah mengatakan itu.

Dipandanginya wajahnya di cermin kamar mandi. Wajahnya terlihat kuyu. Lingkar matanya membengkak persis saat ia mengerjakan tesis dulu. Sudah lama ia tidak berpenampilan seperti ini, benar-benar kacau.

"Kau dimana, Tiana? Kembalilah. Jangan tinggalkan kami!" lirih Samudera dengan mata memerah.

...**...

"Ana mana, Bik?" Kini Samudera sudah berada di meja makan. Sakit kepala dan lelah di badan kian menjadi. Bahkan tubuhnya terasa sudah akan meriang. Namun ia tidak bisa bersantai ria. Ia tidak bisa menunggu begitu saja. Ia harus segera mencari Tatiana. Untuk itu, ia harus mengisi energi dan meminum obat agar tetap tubuhnya kembali fit.

"Neng Ana masih di kamar, Den. Dia masih menangis dan tidak mau keluar," ujar bik Una.

Samudera menghela nafas kasar. Tiba-tiba selera makannya menghilang. Namun ia tetap mengusahakan makanan masuk ke dalam perutnya. Meskipun tidak berselera, tapi Samudera tetap memaksakan diri. Ia butuh tenaga. Ia hanya berharap, Tatiana tidak pergi jauh dan mudah untuk ditemukan. Rasanya Samudera ingin memuntahkan sarapannya itu, tapi ia segera mengambil segelas air untuk mendorong makanan masuk ke dalam lambungnya. Ketiadaan Tatiana nyatanya cukup harinya terasa suram. Bahkan rasa makanan di hadapannya pun terasa hambar. Ia rindu makanan yang Tatiana siapkan untuknya. Ia rindu kopi yang ia seduhkan.

Selepas sarapan, Samudera masuk ke kamar Ariana. Lalu ia duduk di tepi tempat tidur. Dipandanginya Ariana yang tampak masih sesenggukan. Hatinya begitu perih melihat anaknya yang tampak begitu kehilangan.

"Sayang," panggil Samudera. Tapi Ariana tak menggubris. Bahkan menoleh pun enggan.

"Sayang, maafkan sikap ayah tadi. Ayah sungguh-sungguh tidak sengaja membentak Ana. Sayang, ayah pergi dulu ya! Ayah akan berusaha mencari Bunda. Ana doakan ayah, ya." Samudera berujar lembut sambil mengusap puncak kepala Ariana.

Mendengar itu, Ariana pun segera duduk.

"Ayah janji ya akan membawa Bunda pulang?"

Samudera mengangguk, meskipun sedikit ragu.

"Ayah akan berusaha. Ana jangan nangis lagi ya. Ayo, bangun, mandi terus sarapan. Bunda pasti akan sedih kalau liat Ana kayak gini. Mau ke sekolah juga udah telat."

"Baik ayah."

"Gadis pintar. Kalau begitu, ayah pergi dulu. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Setelah melihat Ariana terlihat lebih tenang, Samudera pun segera pergi. Tujuannya pertama kali adalah kediaman mendiang ibu Tatiana. Ia harap Tatiana bersembunyi di sana. Setahu Samudera memang Tatiana tidak memiliki keluarga dekat lain. Ia hanya memiliki ibunya. Dan kini ibunya telah tiada, ia pasti tidak memiliki tempat pelarian lain selain di sana.

Sementara Samudera sedang berusaha mencari keberadaan Tatiana di kediaman mendiang ibunya, saat ini Tatiana justru sedang dalam perjalanan menuju pengadilan agama ditemani Raya. Tatiana tidak menjelaskan alasan gugatan perceraiannya. Ia hanya mengatakan ketidakcocokan di antara mereka lah yang membuatnya menggugat cerai suaminya. Ia menjelaskan Samudera terpaksa menikah dengannya hanya demi anaknya. Keributan yang kerap terjadi membuatnya memilih mengalah.

Pengadilan agama pun mengabulkan gugatan perceraian Tatiana. Setelah dari pengadilan agama, Tatiana pun berpisah dengan Raya.

"Memangnya loe mau kemana sih, Na?" tanya Raya khawatir sebab Tatiana tidak mau memberitahukan tujuan kepergiannya.

"Gue juga sebenarnya belum tau sih, Ray. Yang pasti, gue mau pergi yang jauh."

"Tapi gimana dengan persidangannya entar? Emang loe nggak mau datang?"

Tatiana mengangguk, "itu lebih baik, Ray."

"Ya udah deh, terserah loe. Tapi nanti setibanya loe di tempat yang loe tuju, jangan lupa kabarin gue ya. Sering-sering kabarin gue. Awas kalo nggak! Entar gue nggak mau temenan sama loe lagi!"

"Iya, iya, bawel?" lirih Tatiana sambil tersenyum. Namun matanya berkaca-kaca. Mereka pun segera berpelukan. Sebelum akhirnya Tatiana pun menghilang dengan taksi yang ditumpanginya.

"Selamat tinggal, Na. Semoga kau menemukan kebahagiaanmu di tempat yang baru," gumam Raya sambil melambaikan tangan.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Wiyanti Yanti

Wiyanti Yanti

kayanya kak otor juragan bawang nih samp" aku nangis trs bacanya sedih bgt/Sob//Sob//Sob/

2024-04-25

2

Nike Natalie

Nike Natalie

lanjutttt Thor,,,biarin samudra rasain slm ini Tiana d cuekin,,bisaa ya aa laki gt

2024-05-15

0

atik soenaryati

atik soenaryati

hidup jangan disia siakn merana, mumpung masih muda raih bahagia

2024-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!