11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana

Sudah 3 hari Samudera berangkat ke pulau Dewata jadi sudah 3 hari pula Tatiana pulang ke rumah yang sudah ditempatinya selama 2 tahun ini. Setelah 3 hari mengurung diri, Tatiana pun keluar kamar pagi-pagi sekali untuk menemui Ariana.

"Ana," panggil Tatiana lembut sambil mengusap kepalanya. Ariana yang masih tidur pun segera mengerjapkan matanya.

"Bunda,' gumamnya sambil mengucek mata. Ariana tersenyum lalu mengulurkan tangannya ingin dipeluk seperti biasanya. Tatiana pun segera memeluk Ariana sambil mendusel lehernya dengan hidung membuat gadis kecil itu terkekeh geli.

"Bunda, geli," ujarnya sambil terkekeh. Tatiana yang sudah lebih dari seminggu ini mengurung diri dan tidak tersenyum pun melebarkan senyumnya. Ia senang sebab penyemangat harinya kembali tersenyum padanya. Ia pikir Ariana bersikap dingin sebelumnya karena takut mengganggu Tatiana yang sedang bersedih.

Namun saat mereka sedang tertawa, Riana reflek melepaskan pelukannya. Tatiana bingung, apalagi saat Ariana tiba-tiba menjauh dan masuk ke kamar mandi.

"Ana, kamu kenapa, Sayang? Ana, Ana marah sama bunda, ya? Bunda minta maaf kalau bunda ada salah?" ujar Tatiana mencoba membujuk sambil mengetuk-ngetuk pintu, tapi Ariana tidak menggubrisnya sama sekali. Tatiana bingung. Tiba-tiba pintu kamar Ariana terbuka dari luar. Tatiana pikir ibu bi Una, tapi ternyata Triani lah yang masuk.

"Mbak Triani?" Tatiana jelas mengerutkan kening. Melihat perempuan itu masuk seenaknya ke kamar Ariana jelas menimbulkan perasaan tak suka di benak Tatiana.

"Ah, kamu, Dek. Mbak pikir kamu masih di kamar. Mbak datang pagi-pagi ingin membantu Ana bersiap ke sekolah. Kamu mending kembali istirahat atau pergi sarapan saja. Serahkan urusan Ana padaku," ujar Triani santai.

"Oh nggak perlu, Mbak. Aku sudah tidak apa-apa kok. Biar aku saja yang urus Ana. Mbak silahkan duduk di luar," ucap Tatiana berusaha tetap ramah.

Alis Triani terangkat ke atas. Entah apa maksud ekspresinya itu.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, kepala Ariana menyembul. Tatiana bergegas mendekat sambil tersenyum, namun saat Ariana justru memanggil nama Triani membuat dada Tatiana rasanya bergemuruh.

"Tante, bantu Ana mandi. Ana juga lupa bawa handuk, Tan," ujar Ariana tanpa menoleh ke arah Tatiana. Tatiana juga baru sadar ternyata Ariana sudah tidak memanggil ibu para Triani, tapi Tante.

''Mungkin Mas Samudera sudah menjelaskannya,' pikir Tatiana.

"Sama bunda aja ya, kan Tante baru datang, Sayang," ujar Tatiana mencoba membujuk.

Ariana menatap Tatiana, lalu berganti ke Triani. Triani memberi isyarat gelengan dengan pelan membuat Ariana akhirnya juga menggelengkan kepalanya.

"Mau sama Tante," cicitnya.

Tatiana tersenyum miris. Entah apa yang terjadi pada Ariana? Mengapa sikapnya mendadak berubah setelah bertemu Triani?

Mengalah, Tatiana pun memilih keluar.

Di dalam kamar mandi, Triani memuji Ariana karena sudah menurutinya.

...***...

Tatiana melamun di taman samping rumah itu. Ia benar-benar sedih memikirkan sikap Ariana yang benar-benar berubah padanya. Saat melamun, tiba-tiba Samudera menghubunginya. Awalnya Tatiana mengabaikannya, tapi karena Samudera begitu gigih menghubunginya hingga berkali-kali, Tatiana pun terpaksa mengangkatnya.

"Halo, assalamu'alaikum," ucap Tatiana datar.

"Wa'alaikumussalam. Tiana, apa keadaanmu sudah lebih baik?" tanya Samudera.

Dengan rasa enggan, Tatiana pun mengangguk. Samudera tersenyum miris. Padahal sudah seminggu lebih berlalu, tapi sikap Tatiana tetap sama saja. Diabaikan seperti ini, jelas saja membuat Samudera gelisah. Padahal ia juga sudah menjelaskan kemana ia hari itu dan meminta maaf berkali-kali, tapi sepertinya rasa kecewa Tatiana belum juga menghilang. Samudera hanya bisa pasrah dan mencoba memperbaiki, meskipun ia tak tahu sampai kapan Tatiana akan marah padanya.

"Ana mana?"

"Ana sudah pergi ke sekolah dengan Tante kesayangannya," ucap Tatiana dingin.

Terdengar helaan nafas kasar dari seberang telepon.

"Nanti aku akan bilang ke Triani agar biar kau saja yang mengurus Ana."

"Tak perlu. Mungkin Ana memang hanya menginginkan Mbak Triani. Bukankah Mbak Triani begitu mirip dengan Mbak Triana? Mungkin ia bisa menemukan sosok ibunya dari dia."

"Tepi tetap saja, ibunya sekarang itu kamu. Yang lebih berhak atas Ana juga kamu, bukan Triani."

"Tapi kalau Ana sendiri yang meminta, aku bisa apa? Sudahlah, Mas. Aku ada kerjaan. Assalamu'alaikum," ucapnya sambil menutup panggilan dengan begitu saja tanpa menunggu respon Samudera.

...***...

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 9, sedangkan Ariana pulang jam 10. Tatiana yang berencana menjemput Ariana pun sengaja datang lebih awal untuk menghalangi gadis kecil itu pulang lebih dulu dengan Triani. Tatiana masih penasaran dengan perubahan sikap Ariana. Bukan bermaksud berburuk sangka, tapi perubahan sikap Ariana dimulai sejak kedatangan Triani. Bisa saja kan gadis kecilnya itu terpengaruh oleh ucapan Triani. Namun benak Tatiana tetap berusaha berpikir positif. Ia harap, pikirannya salah. Ia harap ini hanya kesalahpahaman saja.

Beruntung, saat tiba di sekolah, anak-anak ternyata pulang lebih awal. Jadi saat melihat Ariana, Tatiana pun segera turun dari dalam mobil dan menyambutnya. Ariana sempat terkejut dan tersenyum lebar, tapi tiba-tiba senyumnya meredup membuat rasa penasaran Tatiana kian membuncah.

"Ana mau main ke suatu tempat atau membeli apa dulu gitu?" tanya Tatiana sambil menjalankan mobilnya.

Mulut Ariana hampir saja terbuka, tapi belum sempat ia menyuarakan keinginannya, mulutnya sudah kembali terkatup rapat.

"Ana mau apa? Bilang aja sama, Bunda. Mau makan ice cream, pizza, burger, atau mau ke tempat permainan? Ayo, sayang, bilang aja. Mumpung kita masih di jalan," bujuk Tatiana lagi.

Setelah berkali-kali membujuk, akhirnya Ariana pun mengatakan kalau ia ingin makan es krim di kedai yang sedang viral dengan boneka saljunya itu. Tatiana pun tersenyum dan segera melajukan mobilnya ke sana. Setibanya di sana, Ariana dan Tatiana pun segera memesan es krim yang mereka mau.

Saat menyantap es krim, Tatiana pun mulai menanyai Ariana mengenai perubahan sikapnya.

"Na, boleh bunda bertanya?"

Ariana mengangkat wajahnya kemudian mengangguk pelan.

Tatiana lantas pindah duduk di samping Ariana, "Ana kok jauhin bunda sih? Apa Bunda ada salah sama Ana? Kalau ada, bunda minta maaf ya?"

Ariana diam sambil menundukkan kepalanya.

Tatiana tak tinggal yang pun menggenggam tangan Ariana.

"Ana bilang aja, Bunda ada salah apa? Apa ada kata-kata bunda yang buat Ana sedih? Katakan saja, Sayang! Bunda nggak akan marah, kok," bujuk Tatiana lagi.

"Benar bunda nggak akan marah?" Akhirnya Ariana mulai bersuara.

"Memangnya Ana pernah liat bunda marah?"

Ariana menggeleng.

"Nah, kenapa takut bunda marah? Bunda itu sayaaaang banget sama Ana. Masa' bunda akan marahin Ana sih?" Tatiana memasang wajah sedih. "Sekarang jujur sama bunda, Ana kenapa? Kenapa Ana marah sama bunda? Apa bunda ada salah? Apa bunda udah jahatin Ana?"

Tiba-tiba air mata Ariana mengalir deras.

"Bunda nggak salah kok. Bunda nggak pernah jahatin Ana juga. Ana cuma ... takut."

"Takut?"

Ariana mengangguk.

"Kata tante, Bunda itu ibu tiri. Ibu tiri itu jahat. Ibu tiri itu cuma pura-pura baik. Nanti bunda akan rebut ayah dari Ana. Terus kalau bunda punya adik bayi, Ana akan dibuang. Nggak disayang lagi," ucapnya membuat Tatiana terkesiap dengan mata terbelalak.

"Astaghfirullah, Ana, bunda nggak mungkin begitu, Sayang. Bunda itu sayang banget sama Ana. Kalaupun bunda punya adek bayi nanti, Bunda akan tetap sayang Ana. Malah seharusnya Ana senang kalau Ana punya adek bayi. Artinya Ana punya saudara dan temen main. Adik bayi itu lucu lho. Pasti Ana senang sekali nanti. Bunda juga nggak mungkin rebut ayah. Kan ayah juga sayaaaang banget sama Ana. Bunda janji, sampai kapanpun Ayah sama bunda akan tetap sayang sama Ana," ucap Tatiana mencoba menjelaskan kalau apa yang dikatakan Triani itu tidaklah benar. Bagaimana mungkin ia bisa sejahat itu dengan anak sambung yang sudah membuatnya jatuh hati ini. Tatiana sungguh tidak mengerti, mengapa Triani sampai setega itu mengotori pikiran anak sekecil Ariana dengan kebohongan seperti itu.

"Bunda beneran akan selalu sayang, Ana?"

"Bener. Memangnya kapan sih bunda bohong?"

Ariana pun tersenyum lebar. Lalu ia memeluk Tatiana dengan erat.

"Ana sayang, bunda."

"Bunda juga sayang, Ana."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Dewi Ansyari

Dewi Ansyari

Dasar Triani gila malah fitnah Triana

2024-04-22

0

MakBarudakh

MakBarudakh

Aaiiisssh biang2 pelakor...

2024-04-20

0

adning iza

adning iza

si teri ini ya sok²n mau ngrebut ana sma sam

2024-04-01

5

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!