9. Amarah Raya

Dengan tergesa, Samudera turun dari dalam mobil. Kemudian ia memutar mobilnya dan membuka pintu samping secara perlahan. Samudera melepas seat belt di car seat sang anak kemudian menggendongnya. Samudra terpaksa membawa Ariani ke rumah mendiang ibu mertuanya. Di rumah itu tidak ada seorang pun. Selama ini mereka hanya tinggal bertiga. Alhasil, Samudera kembali memboyong Ariani yang sedang tertidur ke mobil dan membawanya ke rumah mendiang ibu Tatiana.

Mendengar suara mobil menderu di depan rumah, ayah Samudera pun memilih membuka pintu. Ia tidak terkejut sama sekali melihat kedatangan sang putra. Justru ia akan semakin marah bila tidak melihat kedatangan Samudera malam itu. Bagaimanapun, Tatiana merupakan istri Samudera. Sudah sepantas dan sewajibnya ia mendampingi Tatiana di saat-saat terendah seperti ini.

Ayah Samudera ingin mengabaikan kedatangan Samudera, tapi ia pun tidak tega melihat sang cucu yang sedang terlelap dalam gendongan Samudera.

"Sini, biar Ana sama papa, kau tengoklah Tiana. Keadaannya sangat menyedihkan. Papa benar-benar tak tega melihatnya," ujar ayah Samudera lirih sambil mengambil alih Ariana dari gendongan Samudera. Terlihat jelas raut kesedihan dan kelelahan di wajah tua sang ayah.

Samudera pun mengangguk. Setelah Ariana berada dalam gendongan sang ayah, Samudera pun segera beranjak hendak menuju kamar Tatiana. Samudera pernah menginap di sana saat awal-awal menikah jadi ia sudah tak asing lagi dengan rumah mendiang ibu mertuanya itu. Apalagi rumah itu tidak begitu besar jadi tidak sulit untuk menemukan kamar Tatiana.

Setelah menemukan kamar Tatiana, Samudera pun memegang handle pintu dan mendorongnya, di saat bersamaan pintu itu tertarik dari dalam. Samudera sempat terkejut. Ia pikir itu Tatiana, tapi ternyata yang muncul dari balik pintu adalah Raya.

"Mau apa kau datang kemari?" desis Raya pelan seraya menepis tangan Samudera agar lepas dari handle pintu.

Dahi Samudera mengernyit. Samudera merasa tidak mengenal Raya. Raya memang hadir di pernikahan Tatiana dan Samudera, tapi karena Samudera tidak menginginkan Tatiana, ia pun abai dengan orang-orang di sekelilingnya.

"Kau siapa? Aku ingin melihat keadaan istriku," tukas Samudera dingin. Wajahnya terlihat kesal dengan sikap Raya padanya.

Raya menutup pintu rapat sambil terkekeh sinis.

"Istrimu? Jadi kau masih ingat kalau Tiana itu merupakan istrimu? Kau sebut dia istri, tapi dimana kau saat ia membutuhkanmu? Di mana kamu saat ia bersedih mendengar kabar ibunya masuk rumah sakit? Dimana kau saat ia membutuhkan sandaran? Dimana kau saat dunianya runtuh karena kepergian ibunya? Bahkan di saat-saat terakhir ibunya pun kau tak ada. Saat pemakaman pun kau tak hadir. Suami macam apa kau? Suami macam apa yang membiarkan istrinya terpuruk seorang diri? Suami macam apa, coba jelaskan?" pekik Raya dengan suara tertahan. Ingin rasanya ia berteriak sekencang mungkin, tapi Tatiana baru saja tertidur. Tak tega rasanya ia membuat tidurnya terganggu.

Samudera terdiam. Ia bungkam. Tak tahu harus mengatakan apa sebab apa yang Raya katakan semuanya benar.

"Jangan halangi jalanku! Tak perlu ikut campur, aku ingin bertemu Tiana. Aku minta kau segera menyingkir!" ucap Samudera perlahan. Tak baginya penting merespon makian Raya, yang ingin ia lakukan sekarang hanyalah bertemu Tatiana.

"Dia baru saja tertidur. Aku minta kau jangan mengganggunya," ucap Raya dingin.

"Aku tidak akan mengganggunya. Aku hanya ingin melihatnya," desis Samudera geram sebab Raya seolah-olah ingin menghalangi dirinya bertemu Tatiana.

Raya mendengus.

"Dasar suami tak peka," umpatnya kesal. Raya lantas menggeser tubuhnya. Sebelum berlalu, ia kembali membalikkan badannya.

"Kalau kau ingin mengajak anakmu dan saudara kembar mendiang istrimu itu pergi, setidaknya kau mengabari Tiana terlebih dulu. Kalau kau memang tidak mencintainya, setidaknya hargai keberadaannya. Ingat, Tiana bukan baby sitter anakmu."

Usai mengatakan itu, Raya pun segera berlalu. Samudera tertegun di tempatnya. Ia ingat, siang tadi Triani menjemput Ariana tanpa sepengetahuannya lalu membawanya ke rumah sakit. Triani mengatakan Ariana ingin sekali jalan-jalan ke water park. Kebetulan ia tidak memiliki jadwal siang itu. Awalnya Samudera ingin pulang lebih awal, namun karena Ariani ingin pergi ke water park, Samudera pun tidak bisa menolak. Sudah lama memang ia tidak mengajak Ariani jalan-jalan. Ariani lebih sering bepergian dengan Tatiana.

Samudera mengusap wajahnya kasar. Seharusnya ia mengabari Tatiana terlebih dahulu. Ia yakin tadi Tatiana kebingungan mencari keberadaan Ariana. Lalu saat Tatiana menelpon, ia seharusnya meminta maaf, bukan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Ia yakin, Tatiana pasti amat sangat kecewa padanya.

Samudera menghela nafas kasar. Ia harap Tatiana mau mendengar penjelasannya dan memaafkannya.

Samudera masuk ke kamar Tatiana secara perlahan. Setelah pintu tertutup, ia mendekati ranjang Tatiana. Kamar itu tampak temaram. Tampak Tatiana sedang meringkuk bagai janin di atas ranjang. Samudera lantas duduk di samping Tatiana. Wajah Tatiana yang sembab dan hidung yang memerah menunjukkan betapa Tatiana merasa sedih sekaligus hancur. Tapi dengan bodohnya ia justru tidak berada di sisi Tatiana hari itu.

Samudera menyesal. Ia bagaikan suami terjahat sedunia. Padahal ia sudah berjanji akan berubah, tapi ia justru kembali mengabaikan keberadaan Tatiana. Lebih-lebih ia pun tidak mendampingi saat Tatiana sedang berduka.

"Maafkan Mas, Tiana. Mas tahu, kau pasti benar-benar kecewa dengan sikap Mas. Semoga kau mau memaafkan, Mas," ucapnya sambil merapikan helaian rambut Tatiana yang jatuh di depan wajah.

Karena kelelahan, Samudera pun ikut naik ke atas ranjang dengan perlahan. Diangkatnya kepala Tatiana dengan pelan lalu dibaringkannya di atas lengannya. Dipeluknya pinggang Tatiana. Lalu dengan perlahan, Samudera pun ikut memejamkan mata.

...***...

Adzan subuh berkumandang, membuat mata Tatiana mengerjap pelan. Rasa pusing seketika menyergap. Mungkin karena kelelahan dan terlalu banyak menangis membuat tubuhnya terasa tidak baik-baik saja.

Saat matanya sudah terbuka sempurna, Tatiana membelalakkan mata. Ia baru sadar ternyata semalam Samudera pulang dan tidur di sampingnya sambil memeluk tubuhnya.

Tatiana lantas beranjak dengan perlahan. Ia harus melaksanakan shalat subuh. Meskipun dengan kepala yang sedang berdenyut nyeri.

"Mengapa kau tidak membangunkan, Mas?" tanya Samudera saat melihat Tatiana sudah melipat sajadahnya.

Tatiana menoleh sejenak, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya tanpa menghiraukan pertanyaannya.

Melihat Tatiana mengabaikannya, Samudera hanya menghela nafas pasrah. Ia sadar, Tatiana sedang marah padanya.

...***...

"Tiana, kau mau sarapan?" tawar Samudera sambil berdiri di belakang Tatiana yang sedang duduk menghadap jendela kaca kamarnya. Ayah dan ibu Samudera telah pulang terlebih dahulu. Begitu pula Raya sebab ia harus membuka cafenya.

Tatiana menggeleng.

"Tapi kata mama kamu belum makan sejak semalam. Ayolah, kita makan ya! Ana sudah menunggu di meja makan. Tadi mama sudah membuatkan sarapan sebelum pergi," ujar Samudera terus membujuk.

"Mas berangkat kerja saja. Mas juga bisa membawa Ana ke rumah mbak Triani. Tinggalkan saja aku sendiri. Aku sedang ingin sendiri," ucap Tatiana dingin membuat Samudera tertegun.

"Tiana, kau marah pada, Mas? Maafkan Mas karena kemarin ... "

"Pergi, Mas! Aku mohon, tinggalkan aku sendiri. Tolong!" lirih Tatiana lagi.

Samudera masih ingin membujuk, tapi panggilan dari Ariana membuatnya mengurungkan niatnya.

"Ayah, ayo kita pulang. Ibu udah di rumah mau anter Ana ke sekolah," ujar Ariana sambil menarik-narik lengan sang ayah. Ia melirik Tatiana sebentar, lalu kembali menarik-narik lengan ayahnya dengan bibir mencebik.

"Sekolahnya libur dulu ya, Nak. Kan nenek baru meninggal kemarin. Kita di sini dulu, ya," bujuk Samudera.

Ariana terkejut mendengarnya, "nenek meninggal?"

Samudera mengangguk, "mau kan?"

"Tapi ibu sudah menunggu, Yah. Kasian ibu nungguin kita sendirian."

"Tapi ... "

"Pergilah, Mas. Biarkan aku sendiri. Aku tak apa. Aku sudah biasa."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Dewi Ansyari

Dewi Ansyari

Ariana anaknya sangat menyebalkan setelah kembaran ibunya datang malah Dy mengabaikan keberadaan Ibu sambungnya Tatiana nyesek banget thorr😭😭😭

2024-04-22

0

atik soenaryati

atik soenaryati

anaknya sdh nggak butuh ibu oengganti

2024-04-19

0

MakBarudakh

MakBarudakh

Sakit hati rasanya... nyesekh Thor 😭

2024-04-20

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!