8. Kemarahan ibu Samudera

Semburat senja mulai menghilang. Semilir angin diiringi titik-titik air hujan turun ke bumi, seakan ikut bersedih atas kesedihan yang menimpa Tatiana. Di depan tanah merah bertabur bunga, Tatiana terpaku sejak satu jam yang lalu. Orang-orang yang turut mengantar kepergian ibunda Tatiana pun sudah pulang satu persatu. Hanya menyisakan Tatiana, Raya, orang tua Samudera dan beberapa tetangga dekat ibu Tatiana.

Di depan gundukan tanah merah itu, Tatiana terpaku. Matanya memang tidak lagi menangis, tapi hatinya tak henti-henti meluahkan perih. Kehilangan sesosok yang tercinta membuat Tatiana seolah kehilangan semangat hidupnya. Tatiana bagaikan cangkang kosong, benar-benar menyedihkan.

Sepulang dari rumah sakit, memang jenazah sang ibu langsung diurus untuk dimakamkan. Tak ada yang perlu ditunggu, jadi untuk apa ditunda-tunda. Beberapa kerabat jauh ibunya juga ada di sana, jadi mereka pun setuju dengan keinginan Tatiana. Meskipun sebenarnya masih ada rasa enggan untuk berpisah dengan sang ibu, tapi sebagai seorang muslim memang kita harus menyegerakan pemakaman agar jasadnya mendapatkan tempat yang layak.

"Nak, ayo kita pulang. Langit sudah makin gelap. Hujan juga sepertinya enggan berhenti, bahkan bisa saja makin deras. Ayo kita pulang, Sayang!" bujuk ibu Samudera. Ia turut berjongkok di samping Tatiana. Diusapnya punggung sang menantu dengan penuh kasih sayang. Sungguh, hatinya terasa hancur. Sebagai seorang ibu, ia bisa melihat kasih yang begitu besar dari Tatiana untuk sang ibu. Tatiana seakan kehilangan tempat untuk berpijak. Jiwanya yang rapuh kini luluh lantak akibat kehilangan.

"Iya, Na, ayo kita pulang! Nanti kamu sakit. Ibu pasti sedih liat kamu kayak gini." Raya turut menimpali. Sejak tadi, tak sedetikpun ia meninggalkan sosok sahabat. Sesayang itu dirinya pada Tatiana.

"Ibu sudah pergi, Ray. Meninggalkan aku. Duniaku yang sepi kini makin terasa sepi. Semua gelap. Aku harap ini hanya sekedar mimpi, tapi ... Sayangnya ini nyata. Ini benar-benar sudah pergi. Kepada siapa lagi aku akan merengek saat tidak mendapatkan apa yang aku inginkan. Kepada siapa lagi aku mencari tempat berpegang, kalau pilar tempatku berpegang dan bersandar telah tiada."

"Na, jangan begini. Kamu masih punya aku."

"Tiana, kamu jangan seperti ini, Nak. Kamu pun masih punya mama, papa, dan Samudera. Kamu tidak sendiri. Bukankah mama pun sudah menjadi ibumu."

Tak mudah membujuk Tatiana, tapi berkat kegigihan Raya dan ibu Samudera, akhirnya mereka pun berhasil membujuk Tatiana.

Sepulangnya ke rumah, Raya dan ibu Samudera pun membawa Tatiana ke kamarnya. Mereka lantas meminta Tatiana membersihkan diri.

"Na, mau aku bantu?" tawar Raya saat melihat Tatiana berjalan gontai menuju kamar mandi. Tatiana menggeleng samar. Ia terus melangkah menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, Tatiana terduduk sambil memeluk lutut. Tubuhnya bergetar. Ia belum siap kehilangan seperti ini. Ia belum siap kehilangan ibunya. Tapi takdir berkata lain. Mungkin Allah lebih mencintai ibunya sehingga Ia menjemput ibunya secepat ini.

Tak ingin membuat yang lain khawatir, Tatiana pun segera mengguyur tubuhnya dengan air. Setelah beberapa menit membersihkan diri, Tatiana pun segera keluar. Di atas ranjang, sudah ada baju bersih yang mungkin Raya lah yang sudah menyiapkannya. Tatiana tersenyum samar. Benar kata Raya, ia tidak sendiri. Ia masih memiliki Raya, mama, papa, dan ...

Senyum samar itu seketika menjadi garis lurus. Bahkan sampai pemakaman telah usai pun, Samudera belum juga menampakkan dirinya. Diperiksanya ponsel yang sejak pulang dari rumah sakit terkapar di meja rias. Tak ada satupun panggilan maupun pesan dari Samudera yang menanyakan keberadaan dirinya. Padahal langit sudah mulai menggelap. Sebentar lagi adzan Maghrib berkumandang. Tapi sosoknya tak kunjung muncul.

Tatiana terkekeh miris, setidak penting itu keberadaan dirinya bagi Samudera.

Sementara itu, di ruang tamu, ibu Samudera tampak kesal setengah mati karena sang putra yang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya. Ia merasa miris dan kasihan dengan sang menantu. Seharusnya di saat seperti ini, ada Samudera yang memberikan pundaknya untuk bersandar. Pelukannya untuk menguatkan. Senyumnya untuk mengobati kegetiran yang Tatiana rasakan. Tapi putra semata wayangnya itu tak kunjung muncul. Tadi Sakinah dan suaminya sudah mencoba menghubungi Samudera, tapi panggilannya tak diangkat. Lalu sekarang nomornya sudah tidak aktif lagi membuat sepasang suami istri itu menggeram murka.

"Nak Raya, Tante dan Om titip Tatiana dulu ya. Mama dan papa mau membersihkan diri sekalian membawa makan malam untuk Tiana. Kamu nggak papa kan?"

"Raya nggak apa kok, Tan, Om. Biar Raya yang temenin Tiana di sini. Silahkan."

Sepasang suami istri itu pun pergi saat Tatiana masih berada di dalam kamar mandi.

Sementara itu, mobil Samudera baru masuk ke pekarangan rumahnya. Saat mobil berhenti, Samudera pun dengan segera turun lalu melepaskan seat belt yang melingkari tubuh Ariana yang sedang tertidur pulas. Dibukanya pintu dengan kunci cadangan yang ada pada dirinya.

Gelap. Itu yang pertama kali terlihat di netranya. Samudera pun melangkah hati-hati sambil menyalakan lampu. Dibawanya tubuh mungil Ariana ke kamarnya, kemudian dibaringkan.

Sekeluarnya dari kamar Ariana, Samudera pun gegas masuk ke kamarnya. Dahi Samudera berkerut sebab lampu kamar dalam keadaan mati, tidak seperti biasanya.

"Tiana," panggil Samudera setelah menekan sakelar. Namun tak ada sahutan sama sekali. Samudera pun menuju dapur untuk mencari Tatiana, tapi ia pun tidak menemukannya di sana.

"Tiana," panggil Samudera lagi, tapi tetap saja tidak ada jawaban.

Samudera hendak menghubungi Tatiana, tapi ia lupa, ponselnya berada di atas dashboard mobil. Samudera pun segera keluar menuju mobilnya. Di saat ia berhasil mengambil ponselnya, mobil orang tua Samudera pun tiba. Dengan amarah yang menggebu-gebu, sang ibu pun mendekati Samudera yang baru turun dari dalam mobilnya dan ...

Plakkk ...

Plakkk ...

Ibu Samudera menampar pipi kiri dan kanan Samudera dengan begitu kuat. Bahkan nafasnya naik turun karena kesulitan mengontrol emosi.

"Ma, mama apa-apaan sih datang-datang main tampar Sam seperti ini?" desis Samudera mencoba mengontrol suaranya agar tidak meninggi.

"Kau masih tanya kenapa? Kau darimana saja seharian ini? Bukankah kau sudah pulang dari rumah sakit sejak tengah hari tadi?" pekik sang ibu dengan sorot mata menyala.

"Aku ... menemani Ariana ke water park bersama Triani," ujar Samudera sedikit terbata.

"Apa?" Alis ibu Samudera terangkat ke atas. Kemudian ia terkekeh dengan sudut mata yang mulai basah. "Di saat istrimu sedang hancur, kau justru bersenang-senang dengan saudara kembar mendiang istrimu. Kau tahu Sam, Mama menyesal sudah menikahkan kau dengan perempuan sebaik Tiana. Kau benar-benar tak pantas menjadi suaminya. Bahkan di saat seperti ini, kau justru tak ada bersamanya. Kau benar-benar hebat, Sam. Benar-benar hebat. Apa kau ingin bernostalgia dengan Triana karena wajah mereka yang begitu mirip, hm? Menjadikan Triani seakan Triana? Tidakkah kau pikirkan bagaimana perasaan Tiana saat mengetahui di saat dirinya sedang hancur karena kehilangan sang ibu, suaminya justru sedang bersenang-senang dengan kembaran mendiang istrinya? Kau benar-benar brengsekkk, Sam. Sangat brengsekkk," maki ibu Samudera membuat Samudera yang awalnya bingung melihat kemarahan sang ibu kini justru membulatkan matanya.

"A-apa maksud perkataan mama tadi?" tanya Samudera meminta penjelasan.

"Siang tadi ibu Tiana meninggal dunia dan baru dimakamkan sore ini. Papa benar-benar kecewa dengan kamu, Sam. Sebagai seorang suami, kau sudah benar-benar gagal." Ayah Samudera menukas setelah diam sejak tadi.

Ayah Samudera lantas membimbing sang istri yang masih terisakke dalam mobil. Ayah Samudera pun rasanya ingin menangis melihat keadaan menantunya saat ini. Namun ia hanya menahan kesedihannya dalam hati.

Saat pasangan suami istri itu sudah berada di dalam mobil, ibu Samudera kembali berbicara, "bila suatu hari nanti Tiana memilih menyerah, mama akan mendukungnya. Semoga itu tidak benar terjadi. Kalaupun terjadi, itu memang pantas kau dapatkan."

Setelah mengucapkan itu, mobil kedua orang tua Samudera pun segera melaju meninggalkan Samudera yang terpaku dalam keheningan.

Samudera mengusap wajahnya kasar. Ia memeriksa ponsel yang sejak siang ia abaikan. Ternyata ponselnya kehabisan daya. Ia yakin, Tatiana sudah mencoba menghubunginya, tapi karena sejak siang ia meninggalkan ponselnya di dalam mobil, Samudera jadi tidak mengetahui tentang kepergian ibu mertuanya.

"Aaargh, sial! Kenapa juga aku meninggalkan ponselku. Aku harus segera menemui Tiana. Segera."

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

atik soenaryati

atik soenaryati

terlalu, lepas saja samudra. buang ke laut mumpung belum ada anak

2024-04-19

1

Nanik Matesih

Nanik Matesih

tinggal aja laki" tak punya perasaan

2024-04-21

0

Dewi Ansyari

Dewi Ansyari

Dasar Samudrah suami gila,brengsek😡😡😡😡

2024-04-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!