5. Kedatangan Triani

Malam ini Tatiana dan Samudera tidak pulang ke rumah. Mereka diminta ayah dan ibu Samudera untuk menginap di sana. Sebenarnya ada rasa enggan di benak Tatiana, tapi melihat antusiasme Ariana, Tatiana tak tega. Setiap menginap, mereka tidak perlu membawa pakaian sebab mereka memang sengaja meninggalkan pakaian di rumah itu untuk mempermudah bila sewaktu-waktu mereka akan menginap di sana.

Kini ia sudah berbaring di ranjang. Pintu yang terbuka, membuat Tatiana segera memejamkan matanya. Ranjang yang bergoyang pertanda Samudera telah naik ke sisinya.

"Tiana, bisa kita bicara? Mas tau, kau belum tidur," ucap Samudera.

Tatiana yang merasa tak ada gunanya berpura-pura tidur pun segera beranjak dan mendudukkan tubuhnya.

"Apa yang Mas ingin bicarakan?" tanya Tatiana tanpa mau mengalihkan pandangannya ke arah Samudera sama sekali.

"Sebenarnya kau kenapa?"

"Mas masih bertanya aku kenapa? Begini saja, aku balik bertanya, apakah aku tidak berarti apa-apa dalam hidupmu, Mas?" tanya Tatiana dengan tatapan sendu.

Samudera bungkam. Ia bingung harus menjawab apa.

"Tak perlu dijawab. Diamnya Mas sudah memberikan jawaban secara tersirat padaku."

"Tiana, kau ini sebenarnya kenapa?" tanya Samudera lagi. Ia bingung melihat perubahan sikap Tatiana. Tatiana lebih banyak diam. Tidak seceria biasanya. Bahkan beberapa kali ia kerap mengatakan sesuatu secara ambigu.

"Mas, mari kita berpisah."

Mendengar kalimat itu meluncur dengan lancar dari bibir Tatiana membuat darah Samudera seketika menggelegak. Rahangnya mengeras.

"Mau berapa kali pun kau meminta, aku takkan pernah menceraikan mu," sentak Samudera.

"Tapi kenapa? Kenapa Mas tidak mau menceraikan ku? Mas pikir aku bahagia hidup seperti ini? Tidak. Aku saja yang terlalu naif berpikir aku bisa meluluhkan hatimu, tapi ternyata aku salah. Bahkan setelah dua tahun bersama pun, kau tak pernah sekalipun menoleh ke arahku. Yang ada di hati dan pikiranmu hanya ada mbak Triana. Aku mengerti kalau dia cinta sejati Mas, tapi ... tak adakah sedikit saja tempat untukku? Bahkan saat menyentuhku pun yang kau sebut Mbak Triana. Rumah ini milik Mbak Triana. Isinya pun tak boleh ku geser sedikit saja karena semua ini milik Mbak Triana. Kau dan Ariana pun milik Mbak Triana, lantas aku ini apa? Apa Mas pikir aku ini patung yang tidak memiliki hati dan perasaan? Aku sakit, Mas. Sakit. Sakit sekali," ucapnya yang awalnya menggebu, tapi perlahan berubah lirih seiring derai air mata yang menganak sungai di pipi Tatiana.

Samudera terpengkur menatap raut putus asa Tatiana. Perlahan tangannya terulur untuk menarik pundak Tatiana dan memeluknya. Tatiana tidak menolak sebab ia pun begitu merindukan pelukan ini.

"Maaf, maafkan Mas yang sudah menyakitimu."

"Maaf, tapi setelahnya Mas akan melakukan hal yang sama."

"Mas akan berusaha berubah. Mas mohon, jangan ucapkan lagi kata perpisahan. Sampai kapanpun Mas tidak akan pernah menceraikan mu," ujar Samudera sambil mengusap punggung Tatiana.

Melihat Tatiana sudah cukup tenang, Samudera lantas merenggangkan pelukannya. Disekanya sisa-sisa air mata yang membasahi pipi Tatiana. Lalu Samudera perlahan mendekatkan wajahnya sambil membaringkan tubuh Tatiana. Malam panjang pun akhirnya mereka lewati. Sama seperti pasangan lain yang berseteru, hangatnya ranjang bisa menjadi obat pereda ketegangan antara mereka.

Ingin hati Tatiana menolak sentuhan itu, tapi ternyata telah tubuhnya berkhianat. Ia pun merindukan sentuhan lembut Samudera. Apalagi Samudera masih menjadi suami sahnya. Dosa besar bila ia menolak. Akhirnya, Tatiana hanya bisa pasrah. Tatiana akan mencoba bersabar untuk terakhir kali. Bila Samudera kembali mengabaikannya, maka tanpa pikir panjang Tatiana pasti akan memilih pergi. Ia harap Samudera memang merealisasikan ucapannya untuk berusaha berubah.

Pagi hari Tatiana seperti biasa bangun lebih awal. Meskipun hari itu akhir pekan, ia tetap bangun pagi seperti biasanya. Ia membantu bibik menyiapkan sarapan di dapur.

"Tiana, kamu udah bangun? Duh, kenapa sih kamu selalu repot-repot siapkan sarapan! Kan sudah ada bibik," ucap Ibu Samudera.

"Iya nih, Nya, kayak takut banget masakan bibik nggak enak jadi milih masak sendiri," seloroh bibik sambil mencebikkan bibirnya.

Tatiana terkekeh lalu memeluk tubuh tambun bibik dari belakang, "cie, bibik ngambek nih? Jangan ngambek dong, entar hilang cantiknya lho."

Si bibik terkekeh geli, "cantik dari mana, Neng? Dari Hongkong."

Ibu Samudera terkekeh melihat interaksi menantu dan asisten rumah tangganya itu. Tatiana memang wanita yang ramah dan berhati lembut. Ia tidak melihat seseorang dari status maupun kekayaan yang orang miliki. Ia memperlakukan semua orang sama. Bahkan ia tak segan-segan memeluk asisten rumah tangganya.

"Tiana, kamu habis nangis, Nak?" tanya ibu Samudera khawatir saat melihat wajah sembab Tatiana. Apalagi di area lingkar matanya terlihat begitu jelas.

"Nangis? Nggak kok, Ma."

"Kamu nggak usah bohong. Apa Samudera menyakiti kamu?" cecar ibu Samudera.

Tatiana gelagapan. Ia mengumpat dalam hati, seharusnya ia tidak bertengkar dengan Samudera di rumah ini. Hal itu justru akan memperunyam masalah saja.

"Nggak, Ma, Mas Samudera nggak nyakitin Tiana kok. Ini tuh karena Tiana nonton Drakor Ma semalam sampai larut. Terus ceritanya itu sad ending jadi Tiana nangis jadi mata Tiana kayak gini deh," dusta Tatiana.

"Awas ya kalau kamu bohong! Pokoknya, kalau sampai Samudera nyakitin kamu, bilang sama Mama," peringat ibu Samudera.

Lalu mereka pun kembali berbincang sambil menyiapkan sarapan.

"Tiana, ini biar mama aja yang lanjut. Kamu panggil saja Samudera dan Ana kemari!" titah ibu Samudera.

"Baik, Ma," ucap Tatiana yang segera melepas apron yang menutupi tubuhnya.

Namun baru saja Tatiana hendak beranjak memanggil Samudera, tiba-tiba kakinya terpaku. Sebab di ruang tamu, ia melihat Samudera sedang terpaku memandang seorang gadis yang sedang menggendong Ariana. Wajah gadis itu begitu familiar membuat dahi Tatiana mengernyit.

"Mbak Triana ... Bagaimana mungkin?" gumamnya terkejut.

"Tiana, kok malah bengong di sini? Kamu liatin apa sih?" Lalu ibu Samudera pun mengikuti arah pandangan Tatiana dan matanya seketika membola melihat siapa yang datang.

"Jeng Marni? Triani?" gumamnya terkejut.

Ibu Samudera pun segera beranjak menuju ruang tamu untuk menyambut tamu dadakannya itu.

"Jeng Marni."

"Jeng Sakinah," ucap wanita paruh baya yang datang berkunjung di pagi hari itu. Mereka lantas berpelukan kemudian saling bercipika-cipiki.

"Tante ... "

"Triani ... Kamu ... Ya, ampun, kamu akhirnya kembali ke kota ini juga. Sudah berapa tahun ya?" sambut ibu Samudera pada tamunya tersebut.

"Sudah hampir 6 tahun, Tante. Lebih tepatnya, sehari setelah Triana menikah dengan Kak Samudera," ujar perempuan bernama Triani tersebut yang tak lain adalah saudara kembar Triana, mendiang istri Samudera.

"Ibu," panggil Ariana yang mengira Triani adalah ibunya sebab wajah Triani bagai pinang dibelah dua, begitu mirip, tanpa perbedaan sama sekali kecuali gaya berpakaian mereka saja yang berbeda. Bila Triana selalu berpakaian sopan dan anggun, maka Triani suka mengenakan pakaian minim dan terkesan seksi.

Semua orang tercengang mendengar Ariana memanggil Triani ibu.

Triani lantas tersenyum lebar, "iya, Sayang, ada apa?"

"Ana kangen ibu. Huhuhu ... " Ariana yang sejak tadi berada dalam gendongan Triani pun menangis tergugu. Mereka tidak menyangka, Ariana akan mengira Triani sebagai ibu kandungnya.

Triani pun mencoba menenangkan Ariana. Lalu saat ia melihat Samudera yang masih saja berdiri mematung, ia pun segera menghampiri.

"Halo kak Sam, apa kabar?" ucapnya sambil tersenyum manis. Samudera yang memang begitu merindukan Triana pun tanpa sadar memeluk tubuh ramping Triani. Tatiana yang berada di ujung tangga terpaku. Ia menatap nanar semua orang di sana.

Tak ada yang menyadari keberadaan Tatiana. Barulah saat sang ayah mertua yang baru turun dari tangga menegurnya, semua orang pun mengalihkan pandangannya ke arah Tatiana yang matanya sudah memerah.

"Tiana, kamu sedang melihat apa?"

"Tiana ... "

"Tiana ... "

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

syamil mauza

syamil mauza

amnesia kayaknya samudera

2024-04-30

1

Dar Ningsih

Dar Ningsih

bagus

2024-03-18

3

Maurid Tambunan

Maurid Tambunan

kasihan tatiana

2024-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!