2. Bukan ini

Samudera yang mengkhawatirkan keadaan anaknya pun segera berlari menuju ruangan sang anak. Namun saat pintu terbuka, yang terlihat adalah sang putri yang sedang tertidur dalam buaian Tatiana. Ia menggendong Ariana penuh kasih. Kepala Ariana tampak bersandar nyaman di dada Tatiana. Tak dapat Samudera pungkiri, memang sifat Tatiana begitu keibuan. Bahkan hanya dalam hitungan hari, putrinya sudah bisa begitu dekat dengan perawat tersebut.

"Ah, dokter Samudera. Ariana baru saja tertidur. Sebentar, saya akan membaringkannya," ujar Tatiana gelagapan saat melihat keberadaan Samudera yang sudah masuk kembali ke ruangan itu.

Dengan perlahan dan hati-hati, Tatiana mencoba membaringkan tubuh Ariana, namun tanpa diduga, Ariana kembali menangis saat tubuhnya hendak dibaringkan. Bahkan kedua tangannya tampak mencengkeram erat baju Tatiana.

Samudera lantas mencoba mengambil alih Ariana, tapi bukannya diam ataupun senang, balita itu justru makin mengencangkan tangsinya. Ibu Samudera yang kembali masuk ke ruangan itu pun sampai panik mendengar tangisan itu.

"Coba biarkan Tatiana menggendong Ana!" ujar ibu Samudera.

Dengan sedikit gugup, Tatiana kembali mencoba mengambil alih Ariana, dan benar saja, hanya dalam hitungan detik, tangis balita itupun mereda. Bahkan ia kembali tidur dengan nyenyak setelahnya.

"Maaf sudah merepotkan mu," ujar Samudera yang sebenarnya merasa tak enak hati. Padahal ini jam pulang Tatiana setelah berganti shift dengan sesama rekannya. Tapi karena Ariana yang tidak mau dirawat perawat lain membuat Tatiana terpaksa menunda kepulangannya.

"Ti-tidak masalah, dok," ujar Tatiana sambil mengulas senyum.

Ibu Samudera merasa takjub dengan apa yang dilihatnya. Hal itu menguatkan keinginannya untuk menjadikan Tatiana sebagai menantunya. Ia yakin, Tatiana bisa menjadi seorang istri sekaligus ibu yang baik bila menikah dengan Samudera.

Setelah bujukan demi bujukan yang dilakukan oleh kedua orang tuanya, akhirnya sebulan kemudian Tatiana pun berhasil mereka nikahkan dengan Samudera.

Tatiana awalnya tidak menyangka dilamar orang tua Samudera, tapi karena ia sudah lama memendam cinta, ia pun menerima tanpa pikir panjang terlebih dahulu. Ia tak masalah Samudera belum mencintainya. Ia pun tak masalah kalau Samudera masih terpenjara dalam cinta mendiang istrinya. Sebab Tatiana yakin, perlahan tapi pasti, cinta itu akan tumbuh subur di kemudian hari.

...***...

Kembali ke masa kini, tanpa terasa dua tahun setelah Tatiana menikah dengan Samudera. Tatiana merasa hidupnya bahagia meskipun sikap Samudera masih sama dinginnya. Tapi setidaknya, Samudera mengacuhkannya. Bahkan Samudera mencukupi segala kebutuhannya.

Namun namanya perempuan, kadangkala selalu terbebani dengan rasa penasaran. Adakah Samudera mencintainya? Adakah Samudera mengasihi dirinya seperti dirinya yang bukan hanya mencintai, tapi juga begitu mengasihi Samudera dan putri sambungnya.

Di usia pernikahan kedua tahun ini, Tatiana belum juga dikaruniai seorang anak. Bukan karena ada gangguan dalam rahim, tapi ini atas permintaan Samudera sendiri.

"Minum obat ini!" Ujar Samudera setelah mereka melewati malam pertama.

"Ini," mata Tatiana terbelalak saat melihat apa yang Samudera berikan padanya.

"Iya. Ini pil kontrasepsi. Maaf, bukannya aku tidak mau memiliki anak darimu, hanya saja aku belum siap," ujar Samudera kala itu.

Sebenarnya hari Tatiana sedikit sakit. Tapi mengingat kalau Samudera akhirnya mau menyentuhnya setelah satu bulan pernikahan, Tatiana harus menepis rasa sakit itu.

Ya, Samudera baru menyentuh Tatiana setelah satu bulan pernikahan. Tatiana tidak menuntut pun memaksa hak batinnya tersebut. Ia sadar, Samudera belum mencintai dirinya. Ia maklum. Oleh sebab itu, saat ia mendengar Samudera belum mau memiliki anak darinya, ia berusaha menerima. Ia yakin, setelah Samudera mulai mencintainya, ia pun pasti mau memiliki anak darinya.

"Mas, mau langsung sarapan?" tanya Tatiana saat melihat Samudera turun dari lantai dua.

Samudera yang sedang membenahi dasinya pun menoleh, kemudian mengangguk.

Tatiana tersenyum kemudian ia pun segera melangkah ke meja makan. Di sana Ariana sudah duduk dengan manis menunggu kedua orang tuanya.

"Anak ayah sudah lapar?" tanya Samudera setelah melabuhkan kecupan di puncak kepalanya.

"Iya, ayah. Perut Aja udah kucuk-kucuk dari tadi," ujar Ariana yang kini sudah berusia 5 tahun lebih.

Samudera terkekeh. Kemudian matanya bersirobok dengan netra Tatiana yang terkesima dengan tawanya. Samudera pun segera menarik sudut bibirnya yang tadi merekah menjadi datar. Tatiana tersenyum miris, bahkan untuk menikmati tawa suaminya saja ia seakan tidak berhak.

'Benarkah aku bahagia? Apakah ini kebahagiaan yang ku cari?'

Tatiana tak ingin menunjukkan sisi rapuhnya pada anak dan suaminya. Jadi ia segera memperbaiki ekspresi wajahnya agar terlihat ceria.

"Mas mau makan pakai apa?"

Di meja terhidang nasi uduk, telur dadar, kering tempe, tumis bihun, dan opor ayam.

"Apa saja, terserah," ucapnya datar.

Entah mengapa, rasa bahagia yang dulu Tatiana gaung-gaungkan asal bisa hidup bersama Samudera kian terasa hambar.

Bukan ini. Bukan seperti ini bahagia yang ia cari. Tapi, ia sangat mencintai Samudera. Meskipun ia tak pernah ada di hati Samudera, tapi untuk kehilangannya, Tatiana lebih tak sanggup.

Membayangkan Samudera direnggut darinya saja membuat dadanya sesak, apalagi kalau ia benar-benar kehilangan. Mungkin Tatiana akan mati.

Dengan tetap mempertahankan senyumannya, Tatiana pun mulai menyendokkan nasi beserta lauk-pauknya ke atas piring Samudera. Setelahnya, ia juga menyendokkan nasi, telur dadar, bihun tumis, dan opor ayam untuk Ariana.

"Emmm ... Enak. Masakan bunda emang yang paling enak," puji Ariana dr tersenyum lebar. "Benarkan ayah?" ujarnya pada sang ayah.

Samudera terperanjat, kemudian ia mengangguk tanpa bersuara.

...***...

Ketiga orang itu akhirnya telah menyelesaikan sarapan paginya. Seperti biasa, Ariana akan pergi ke sekolah diantar Samudera sebelum pergi bekerja. Tatiana pun segera membantu Ariana bersiap, setelahnya ia segera beranjak ke depan.

"Mas," panggil Tatiana.

"Hmmm ... "

"Itu ... dasinya," ujar Tatiana gugup. Ia pun segera berdiri di hadapan Samudera untuk memperbaiki dasinya yang belum rapi.

Samudera memandangi wajah Tatiana. Saat Tatiana ingin mengangkat wajahnya, Samudera pun segera memalingkannya wajahnya ke arah lain.

"Terima kasih," ucap Samudera datar.

'Bahkan untuk memandang wajahku saja, kau tak mau, Mas.'

Setelah mobil Samudera menghilang dari pandangannya, pandangan Tatiana mengabur.

"Sudah dua tahun, sudah dua tahun aku menunggu, apakah di dalam hatimu belum juga ada namaku, Mas. Sampai kapan aku harus menunggu? Sampai kapan? Apa sampai aku merasa lelah? Lelah jiwa dan raga."

Tatiana tak dapat membendung air matanya lagi. Ia pun segera masuk ke dalam rumah, kemudian berjalan menuju kamar. Ia menutup pintu kamarnya, tubuhnya pun luruh seiring luruhnya rinai hujan dari pelupuk matanya.

Tatiana mencengkeram baju di dada kanannya. Sakit. Itu yang ia rasakan.

Tiba-tiba ponselnya berdering nyaring. Tatiana pun segera berjalan menuju nakas dan mengambil ponselnya.

"Halo, assalamu'alaikum, Bu," ucap Tatiana saat panggilan terhubung.

"Nduk, kamu kenapa? Kamu sakit?" tanya ibu Tatiana saat mendengar serak suara sang putri.

"I-iya, Bu. Tiana agak batuk ini," dusta Tatiana.

"Oh. Syukurlah. Ibu pikir kamu habis nangis, Nduk. Tapi yo ndak mungkin kan, secara kamu tuh bahagia banget bisa nikah sama nak Samudera," kekeh ibu Tatiana membuat Tatiana tersenyum miris.

"Oh, ya, ibu kenapa telepon Tiana?"

"Oh, Ndak apa-apa kok, Nduk. Ibu cuma kangen aja."

Tatiana tersenyum, "ya udah, nanti setelah jemput Ariana, Tiana ke sana ya, Bu. Tiana juga sudah kangen sama ibu. Tiana rasanya ingin banget cerita ke ibu bagaimana rumah tanggaku sebenarnya, tapi aku takut membebani ibu. Aku takut ibu sedih," ujarnya.

"Apa ndak merepotkan, Nduk?"

"Nggak kok, Bu."

"Ya udah, tapi hati-hati di jalan ya, Nduk. jangan lupa izin sama Nak Sam juga. Ingat, ridho istri itu ada dalam ridho suami."

"Iya, Bu. Tiana ingat kok."

Setelah bercakap-cakap sebentar, Tiana pun memutuskan panggilan itu.

...***...

...HAPPY READING ❤️❤️❤️...

Terpopuler

Comments

Mama lilik Lilik

Mama lilik Lilik

namanya hampir sama semua,Triana, Tatiana, Ariana,nanti siapa lagi Thor, samudera pas belakang nya a..semua😂😂

2024-03-07

5

Sugiharti Rusli

Sugiharti Rusli

perih yah

2024-02-27

0

Fajar Ayu Kurniawati

Fajar Ayu Kurniawati

.

2024-02-22

0

lihat semua
Episodes
1 1. Cerai
2 2. Bukan ini
3 3. Sandiwara belaka
4 4. Ke rumah mertua
5 5. Kedatangan Triani
6 6. Kesedihan Tatiana
7 7. Kesedihan Tatiana II
8 8. Kemarahan ibu Samudera
9 9. Amarah Raya
10 10. Pulang
11 11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12 12. Dugaan
13 13. Ke rumah sakit
14 14. Pergi
15 15. Jalan terbaik
16 16. Sebuah jawaban
17 17. Pergi
18 18. Sebatas Ibu Pengganti?
19 19. Harapan Tatiana
20 20. Flashback
21 21. Penyesalan
22 22. ponsel
23 23. Curiga
24 24. Terbongkar
25 25. Takkan pernah menceraikan
26 26. Kembali depresi
27 27. Penolakan Mama Sakinah
28 28. Pindah
29 29. Tempat baru
30 30. Dilabrak
31 31. Fakta Masa lalu
32 32. Bertemu?
33 33. Tiana, Mas kangen.
34 34.
35 35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36 36.
37 37. Tak ingin kembali terluka
38 38. Ketakutan terbesar
39 39. I love you
40 40. Teman lama
41 41. Cerita Mama Sakinah
42 42. Malam Terbaik
43 43. Saling mengisi
44 44. Jalan terbaik
45 45. Kedatangan ...
46 46. Bertemu
47 47. Terima kasih
48 48.
49 49. Perkara membuat adik
50 50.
51 51.
52 52. gundik?
53 53. Sebuah Kebenaran
54 54. Keputusan
55 55.
56 56. Kandas
57 57. Ikhlas dan maaf
58 58. Mau nyoblos
59 59. Kejutan
60 60. Kedatangan Triani
61 61.
62 62. Flashback
63 63. Pergi
64 64. Sinyal jodoh
65 65. Cewek unik
66 66.
67 67.
68 68.
69 69. pelangi setelah badai
70 70. Hancur
71 71.
72 72. Penyesalan
73 73. Makan siang
74 74. Tantangan Samudera
75 75. Lamaran
76 76. I love you too
77 77.
78 78. Definisi kata-kata adalah doa
79 79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80 80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81 81. The final episode
82 Info Sekuel novel
Episodes

Updated 82 Episodes

1
1. Cerai
2
2. Bukan ini
3
3. Sandiwara belaka
4
4. Ke rumah mertua
5
5. Kedatangan Triani
6
6. Kesedihan Tatiana
7
7. Kesedihan Tatiana II
8
8. Kemarahan ibu Samudera
9
9. Amarah Raya
10
10. Pulang
11
11. Mencari tahu penyebab perubahan Ariana
12
12. Dugaan
13
13. Ke rumah sakit
14
14. Pergi
15
15. Jalan terbaik
16
16. Sebuah jawaban
17
17. Pergi
18
18. Sebatas Ibu Pengganti?
19
19. Harapan Tatiana
20
20. Flashback
21
21. Penyesalan
22
22. ponsel
23
23. Curiga
24
24. Terbongkar
25
25. Takkan pernah menceraikan
26
26. Kembali depresi
27
27. Penolakan Mama Sakinah
28
28. Pindah
29
29. Tempat baru
30
30. Dilabrak
31
31. Fakta Masa lalu
32
32. Bertemu?
33
33. Tiana, Mas kangen.
34
34.
35
35. Tiana, kau tidak apa-apa?
36
36.
37
37. Tak ingin kembali terluka
38
38. Ketakutan terbesar
39
39. I love you
40
40. Teman lama
41
41. Cerita Mama Sakinah
42
42. Malam Terbaik
43
43. Saling mengisi
44
44. Jalan terbaik
45
45. Kedatangan ...
46
46. Bertemu
47
47. Terima kasih
48
48.
49
49. Perkara membuat adik
50
50.
51
51.
52
52. gundik?
53
53. Sebuah Kebenaran
54
54. Keputusan
55
55.
56
56. Kandas
57
57. Ikhlas dan maaf
58
58. Mau nyoblos
59
59. Kejutan
60
60. Kedatangan Triani
61
61.
62
62. Flashback
63
63. Pergi
64
64. Sinyal jodoh
65
65. Cewek unik
66
66.
67
67.
68
68.
69
69. pelangi setelah badai
70
70. Hancur
71
71.
72
72. Penyesalan
73
73. Makan siang
74
74. Tantangan Samudera
75
75. Lamaran
76
76. I love you too
77
77.
78
78. Definisi kata-kata adalah doa
79
79. Kedatangan tamu yang tidak terduga
80
80. Kang nasgor yang bermetamorfosis
81
81. The final episode
82
Info Sekuel novel

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!