05.

"tentu sayang... Besok pagi adalah keberangkatan mami kesana, orang kepercayaan mami udah nyiapin semuanya. Mami tinggal berangkat aja. kamu doakan mami ya, semoga semua berjalan lancar..." mami semakin mengeratkan genggamannya pada jemari Rafdelia.

"pasti mi. aku disini selalu doakan dan nanti disana kabari terus perkembangan mami ya mi." pinta Rafdelia.

Zein mendekati mami dan juga istrinya.

"Nah Zein, sekarang Rafdelia adalah tanggung jawab kamu. Mami percayakan dia sama kamu. Kamu jaga dan sayangi dia layaknya seorang suami kepada istrinya. Jangan pernah sekalipun kamu sakiti dia atau kamu gak akan pernah melihat mami lagi." nasehat sekaligus ancaman dari mami kepada putranya Zein.

Zein mengepalkan kuat tangannya namun tetap tersenyum lembut pada maminya.

"jangan khawatir mi, sesuai kesepakatan kita sebelumnya. Kalau mami mau berobat ke Jerman maka apapun yang mami inginkan pasti Zein lakukan."

"kalau gitu sekarang bawa istri kamu ke kamar pengantin kalian Zein. Mami udah siapin semuanya disana." titah mami.

Zein menatap istrinya yang dari tadi hanya diam setelah kedatangannya.

"ayo..." ajak Zein kepada Rafdelia sambil melangkah keluar ruangan itu menuju ke kamar mereka, Rafdelia mengikuti suaminya dari belakang.

Mami tersenyum menatap kepergian anak dan menantunya itu. Dalam hati ia sangat berharap Zein benar benar akan memperlakukan Rafdelia dengan baik karena jujur ia masih belum yakin sepenuhnya kepada Zein yang sejak awal selalu menolak keras perjodohan ini dengan alasan masih sangat mencintai Gina dan selalu menunggu kembalinya wanita itu dalam kehidupan putra semata wayangnya tersebut.

Perdebatan sengit yang terjadi antara ia dan Zein beberapa waktu lalu menyebabkannya terkena serangan jantung mendadak sehingga dilarikan ke rumah sakit.

Bersyukur nyawanya masih terselamatkan, namun dokter mewanti-wanti agar ia tidak boleh berpikir terlalu keras apalagi sampai tertekan, karena itu bisa menyebabkan serangan jantungnya kembali menyerang bahkan bisa merenggut nyawanya.

Pada akhirnya dokter menyarankan agar ia segera melakukan pengobatan di luar negeri yaitu Jerman karena disana bisa di tangani oleh tenaga ahli jantung yang lebih baik.

Akibat kejadian itu, Zein benar-benar merasa bersalah. Ia sangat takut wanita yang paling ia cintai di dunia ini harus kenapa-napa apalagi ia tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan mami tercintanya. Satu-satunya orang paling berharga yang ia miliki.

Akhirnya Zein pun menerima perjodohan itu dengan syarat maminya mau menjalankan pengobatan di Jerman dan ia ingin proses pernikahannya dilakukan secara tertutup, tidak ada orang yang tau karena ia memang belum siap dengan pernikahan ini.

Selain itu ia juga mempunyai sebuah rencana lain.

Setibanya di depan kamar hotel, Zein membuka pintu kamar dan langsung masuk tanpa menoleh sedikitpun ke arah istrinya.

Namun Rafdelia tetap ikut masuk menyusul suaminya. pikiran nya berkecamuk sepanjang perjalanan dari mulai dalam lift tadi hingga menuju kamar barusan.

Bagaimana tidak, Zein benar-benar bersikap dingin dan tidak pernah melihatnya sama sekali apalagi mengajaknya bicara.

Ketika sudah berada dalam kamar, Zein berbalik menghadap Rafdelia yang ada di belakangnya.

Dengan tatapan dingin dan tajam seakan-akan bisa menembus jantung Rafdelia, ia berhasil membuat gadis cantik itu sedikit merinding seolah-olah merasa aura yang tidak baik disini.

"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap mami saya, sampai sampai mami ngotot ingin menjadi kamu sebagai menantunya!" Zein berbicara sambil memindai tubuh Rafdelia dari atas sampai bawah dengan pandangan merendahkan.

Rafdelia yang sedikit shock dengan ucapan dan pandangan mengejek lelaki di hadapannya itu. Langsung memperbaiki posisi tubuhnya yang tadi langsung melemas namun di buat setenang mungkin.