BAB 5 | Hanya ini satu-satunya cara

Kediaman keluarga Qin adalah sebuah mansion yang sangat luas di wilayah pinggiran utara kota Danjia. Mansion itu bergaya arsitektur klasik khas dari negara H dan telah dibangun sejak keluarga Qin pertama kali datang ke kota Danjia.

Leluhur keluarga Qin adalah salah satu dari lima orang pendiri kota Danjia. Sehingga sejarah kota Danjia tidak pernah lepas dari sejarah leluhur keluarga Qin bersama empat keluarga pendiri kota lainnya.

“Nona muda!” teriak paman Lin, pengurus rumah tangga keluarga Qin yang telah menunggunya di depan rumah setelah menelepon Angela. Wajah paman Lin tampak pucat dengan keringat dingin menetes di sekujur tubuhnya.

“Bagaimana keadaan kakek?” tanya Angela yang berjalan bersama Jason mendekati paman Lin.

“Dokter Lang telah datang dan memeriksa kakek nona, mereka berada di dalam kamar tuan,” sahut paman Lin dengan cemas. Mereka bertiga segera pergi menuju ke kamar kakek Angela, untuk melihat keadaannya.

Di kamar yang besar dan cukup mewah itu, tampak seorang lelaki tua berbaring di atas ranjang yang elegan dengan wajah pucat. Seorang dokter laki-laki setengah baya terlihat tengah memeriksa keadaannya bersama dua orang perawat disamping nya dan juga di sisi lain ranjang.

Dokter Lang adalah dokter pribadi keluarga Qin yang juga mengelola sebuah rumah sakit swasta milik keluarga Qin. Wajah dokter Lang tampak tegang dan memucat. Dia menghela nafasnya dan berjalan menuju ke arah Angela dan paman Lin dengan wajah sedih.

“Maaf, nona muda. Kami telah berusaha maksimal, namun kami tidak bisa menyelamatkannya. Pemimpin Qin telah meninggal.” kata dokter Lang dengan menundukkan kepalanya.

“Kakek…” Air mata Angela langsung menetes ketika mendengar kata-kata dari dokter Lin. Dia berlari kemudian berlutut di samping ranjang kakeknya sambil menangis dan memanggil kakeknya. Angela memegang tangan kakeknya yang sudah mulai dingin dan menangis semakin kencang.

Kakek Qin sangat menyayanginya, demikian juga Angela sangat menyayangi kakeknya itu. Kehilangan kakek membuat tubuh Angela bergetar menahan dirinya agar tetap sadar.

Suasana di dalam kamar pemimpin keluarga Qin tampak berduka karena kehilangan tersebut.

Namun hanya Jason yang masih menyipitkan matanya melihat ke arah tubuh kakek Qin yang mulai dingin. Dia kemudian berjalan ke arah kaki kakek Qin dan memegangnya. “Belum lama, aku masih bisa menyelamatkannya,” gumam Jason dalam hatinya.

Dalam ingatan Jason, kakek Qin adalah orang yang baik dan menyenangkan. Dia tidak pernah memandang rendah Jason setiap kali dia datang ke rumah ini untuk menemui Angela.

“Paman Lin, tolong bantu aku menyiapkan tanah liat dan air dalam ember!” kata Jason kemudian.

Paman Lin yang juga sedang menangis tertegun mendengar permintaan Jason. “Apa yang ingin kamu lakukan nak?” tanyanya.

“Aku akan menyelamatkan kakek Qin,” sahut Jason dengan wajah serius.

Mendengar kata-kata Jason, semua orang di ruangan itu terkejut dan sontak menghentikan tangis mereka lalu menoleh ke arah Jason yang memandang kakek Qin dengan tatapan penuh keyakinan.

“Mustahil! Memangnya kamu siapa? Kamu bukan seorang dokter, kamu terlalu membual.” Dokter Lang berteriak dengan kesal melihat pada Jason. Dia yang seorang dokter dengan pengalaman puluhan tahun saja tidak bisa menyelamatkan kakek Qin, tetapi anak kemarin sore mengatakan bisa menyelamatkannya. Ini seperti menampar dirinya di depan umum, dia mendengus tidak bisa menerima hal itu.

“Jason, benarkah kamu bisa menyelamatkan kakek?” Angela menatap mata Jason dengan wajahnya yang sembab oleh air mata.

“Angel, aku berjanji akan menyelamatkan kakek Qin,” sahut Jason dengan tatapan serius dan bersungguh-sungguh.

“Baiklah, kamu bisa mencobanya. Paman Lin, tolong siapkan apapun yang diminta oleh Jason,” kata Angela pada paman Lin.

“Baik nona.”

Meskipun paman Lin juga ragu dengan kemampuan Jason, namun dia tidak berani menolak perintah nona muda Angela. Dia pun pergi untuk menyiapkan tanah liat dan seember air yang diminta oleh Jason.

“Nona Angela, apakah kamu percaya dengan kata-kata anak ini? Apa kamu yakin dia bisa menyelamatkan kakekmu?” kata dokter Lang dengan wajah merah.

“Bukannya kamu sudah menyerah dan mengatakan tidak bisa menyelamatkannya? Karena kamu tidak mampu bukan berarti orang lain juga tidak mampu,” sahut Angela yang menjadi kesal.

Angela sudah merasa putus asa kehilangan kakeknya, kini Jason memberinya sedikit harapan dan dia akan menggunakannya meskipun harapan itu sangat kecil.

Tak berapa lama, paman Lin pun datang membawa seonggok tanah liat dan air dalam ember bersama dua orang lain yang membantunya. Mereka melihat Jason dengan tatapan aneh mengambil seonggok tanah liat itu.

Kemudian Jason membuat sebuah tubuh manusia kecil dari tanah liat itu lengkap dengan kepala, kaki dan tangannya. Lalu dia berjalan mendekati tubuh kakek Qin dan membuka pakaian atasnya.

“Apa yang akan kamu lakukan?” Seorang perawat di sisi lain ranjang bertanya dengan tatapan tidak mengerti ketika melihat Jason meletakkan boneka manusia tanah liat itu di dada kakek Qin.

“Hahaha… ini pertama kalinya aku melihat hal tidak logis yang bisa menyelamatkan orang.” Dokter Lang tertawa melihat apa yang dilakukan oleh Jason.

Jason melirik ke arah dokter Lang dengan kesal. “Paman Lin, tolong kosongkan kamar ini! Aku tidak ingin konsentrasiku terpecah oleh mereka,” kata Jason kemudian.

“Dokter silahkan!” Paman Lin kemudian mempersilahkan dokter Lang dan kedua perawatnya untuk pergi ditemani oleh dua orang bawahannya yang tadi datang membantunya.

Dokter Lang dan kedua perawat itu terlihat tidak senang dengan pengusiran tersebut. Dia memaki Jason dalam hatinya, dan keluar dari dalam kamar kakek Qin.

“Paman Lin, tolong jaga pintu agar tidak ada yang bisa masuk kemari,” lanjut Jason.

“Kalian berdua jaga pintu di bagian luar!” perintah paman Lin pada dua orang bawahannya tadi.

Setelah itu paman Lin menutup dan mengunci pintu dari dalam. Dia pun berdiri di depan pintu itu untuk menjaga agar tidak ada yang mengganggu proses pengobatan yang akan dilakukan oleh Jason.

“Apakah anak ini bisa menyelamatkan tuan?” pikir paman Lin yang masih sedikit ragu.

Angela yang telah berdiri, lalu berjalan ke samping Jason. “Jason, benarkah kamu bisa menyelamatkan kakek?” Angela menatapnya penuh harap.

Jason meraih tangan Angela lalu menatap matanya. “Angel, kakek Qin sudah seperti kakekku sendiri. Aku pasti akan menyelamatkannya. Kamu tunggulah sebentar,” sahut Jason dengan senyuman padanya.

Setelah menaruh boneka manusia dari tanah liat di dada kakek Qin. Jason kemudian menaruh ember air di samping tubuh kakek Qin.

Jason lalu berjalan memutar ke arah kaki kakek Qin dan menatap tubuh kakek Qin. Dengan kekuatan mata Surgawinya dia telah melihat masalah yang ada di dalam tubuh kakek Qin.