Chapter 16

Tak,,,Tak,,,Tak,,,

Re memelankan langkahnya saat melihat segerombolan orang yang tak asing baginya tengah terduduk sendu di depan sebuah ruangan yang ia ketahui sebagai ruang bersalin.

Mata Re mengedar mencari sosok perempuan yang sudah sangat ia rindukan padahal baru beberapa jam lalu ia bertemu dengannya di gerbang kampus.

Namun dahi mulus laki-laki itu lantas berkerut saat tak menemukan sosok Aellyn disana.

Re menghampiri Leon yang tengah memeluk Ria untuk menenangkan wanita setengah baya itu.

"Aellyn dimana?"

Leon mendongak saat mendengar suara kakak iparnya yang sudah ia hafal diluar kepala.

"Aku gak tau. Kakak telpon daddy aja, kak Aellyn lagi sama daddy."

Dahi Re berkerut bingung, namun ia tetap melakukannya lantaran tak sabar ingin segera bertemu dengan Aellyn.

...•Ruang VIP•...

Dari apa yang Dheny katakan di telepon, seharusnya Aellyn ada didalam ruangan ini.

Namun yang menjadi pertanyaan bagi Re adalah, kenapa Aellyn ada disini sedangkan yang lain masih menunggu Leona di depan ruang bersalin? Apakah ada sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada istri kecilnya?

Tiba-tiba rasa takut serta khawatir menyerbu dada Re hingga ia pun memilih menerobos masuk ke dalam ruangan tanpa meminta izin terlebih dahulu pada orang yang ada didalam sana.

*Cklek,,,

"Aellyn?" Sesuatu didalam dada Re tiba-tiba bergemuruh hebat saat melihat sosok yang ia cintai terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan bibir yang memucat pasih.

Seingat Re, pagi tadi ketika ia mengantarkan Aellyn ke kampus, gadis itu masih terlihat baik-baik saja.

Seingat Re, Aellyn sehat-sehat saja selama tinggal bersamanya. Ataukah jangan-jangan Aellyn memiliki sebuah penyakit yang ia rahasiakan dari Re?

Oh tidak, pikiran Re mulai berkelana kemana-mana, menebak apa yang terjadi berdasar drama-drama manca negara yang sering ia tonton bersama Aellyn setiap menjelang tidur malam.

Puk,,,

Tepukan di pundaknya membuat tersadar dari lamunannya yang sempat berkelana keliling dunia.

"Aellyn gapapa, cuma lemes aja pasca mengambilan darah." Suara dalam Dheny terdengar sebelum Re sempat bertanya tentang keadaan Aellyn.

"Pengambilan darah? Untuk apa?" Tanya Re, bingung.

Helaan nafas terdengar dari belah bibir Dheny sebelum akhirnya ia kembali buka suara. "Daddy tahu, seharusnya kami meminta izin padamu selaku suami Aellyn sebelum mengambil darah Aellyn. Tapi kondisinya benar-benar darurat. Leona membutuhkan donor darah secepatnya."

Re menganggukkan kepalanya, tanda bahwa ia mengerti apa maksud perkataan Dheny.

"Aku paham. Tapi kalian bisa langsung menelponku untuk mengabariku supaya aku tidak terlalu khawatir," ucap Re dengan nada suara yang dibuat sesopan dan sepelan mungkin.

"Daddy juga seorang suami. Seharusnya daddy tau apa yang aku rasakan saat masuk kesini dan melihat istriku yang terbaring lemah padahal tadi pagi dia masih baik-baik saja. Daddy seharusnya tau bagaimana takutnya aku saat itu."

Hanya anggukan pelan yang Re dapatkan atas ucapannya barusan. "Daddy tau, maaf, seharusnya kami mengabari kamu dulu tadi."

Re menggeleng pelan. "Tidak apa, aku bersyukur karena Aellyn baik-baik saja."

Re menarik tubuh mertuanya, membawa pria setengah baya itu dalam pelukannya. Ia menepuk-nepuk pelan punggung lebar Dheny.

"Daddy juga pasti sangat khawatir, kak Leona yang bertaruh nyawa untuk melahirkan anaknya, dan Aellyn yang terbaring lemah karena pengambilan darah."

Dheny tidak mengatakan apapun selain menerima pelukan dari menantunya itu.

Re benar, saat ini Dheny benar-benar merasa khawatir. Baik untuk Leona ataupun Aellyn.

...***...

Rasa pening segera menyerbu kepala Aellyn sesaat setelah ia membuka matanya.

Gadis itu meringis pelan, memijat pangkal hidungnya. Matanya terpejam erat lantaran rasa pening yang tak kunjung hilang.

Ringisan-ringisan pelan yang Aellyn keluarkan ternyata mampu mengganggu tidur seseorang yang sejak tadi tertidur dalam posisi duduk disamping ranjang yang Aellyn tempat.

"Eumhh,,,Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Re dengan mata setengah terpejam lantaran masih mengantuk.

Aellyn tidak tahu sudah berapa lama ia tertidur, yang pasti kini hati sudah sangat gelap dan perut Aellyn terasa sangat lapar. Tubuhnya juga tidak bertenaga sama sekali.

Rasanya untuk duduk saja Aellyn kesusahan hingga akhirnya Re membantunya. Laki-laki itu menyandarkan tubuh Aellyn pada punggung kasur.

"Kamu gapapa? Butuh sesuatu?" Re menggenggam kedua tangan istrinya sambil menatap mata Aellyn dengan tatapan tulus penuh cinta.

Mendapatkan perlakuan seperti itu, Aellyn pun hanya bisa membalasnya dengan senyuman yang tak kalah tulus.

"Haus," jawabnya dengan suara pelan, bahkan terkesan lirih.

Mendengar permintaan sang Istri, Re langsung bergegas mengambil botol air miner di atas meja lalu membuka tutupnya. Tak lupa Re memasukkan sedotan supaya Aellyn lebih mudah meminumnya.

"Ini, minumlah yang banyak." Re mengarahkan sedotan itu pada bibir pucat sang Istri.

Aellyn meminum air itu hingga habis separuh botol.

"Sudah?"

Aellyn mengangguk pelan lalu mengusap bibirnya yang terkena sedikit air mineral.

Re menutup kembali botol mineral itu lalu meletakkannya di atas nakas. Ia pun kembali duduk di kursi yang berada disamping ranjang setelahnya.

"Jam berapa?" tanya Aellyn.

Re mengecek jam tangannya sebelum menjawab. "Jam 1 malam. Kenapa? Kamu lapar ya?"

"Sedikit," Aellyn mengusap perutnya pelan. Sebenarnya ia sangat lapar, tapi mengingat hari yang sudah sangat larut, mungkin ia lebih menahan rasa lapar itu hingga esok hari.

"Aku cariin makanan ya." Re sudah berdiri duduknya namun Aellyn menahan tangan laki-laki itu.

"Gak usah, udah malem. Mana ada tempat makan yang buka jam segini? Kantin juga udah tutup pasti."

"Aku cariin makanan di kamar kak Leona. Tadi mommy kayaknya bawa banyak, biar aku minta satu." Re mengusap pelan kepala istri cantiknya.

"Aku tinggal sebentar gapapa kan? Atau biar aku suruh Leon untuk nganterin makanan kesini?"

Aellyn menggeleng pelan. "Tinggal aja gapapa. Tapi jangan lama-lama ya, aku agak takut soalnya."

Re tersenyum. "Iya, gak lama kok."

Chup,,,

Re mengambil kesempatan untuk melayangkan kecupan di bibir Aellyn sebelum berlari keluar kamar.

Aellyn yang melihat tingkah suaminya pun hanya bisa terkekeh kecil, lalu meringis saat kepalanya kembali terasa pening.

Tiga puluh menit berlalu namun Re tak kunjung kembali juga.

Berkali-kali Aellyn melirik jam kamar hanya untuk melihat waktu dan memperkirakan kapan suaminya itu akan kembali.

Suara gemercik air dan petir diluar sana membuat Aellyn sedikit takut. Rasanya ia seperti sedang ada di salah satu adegan yang pernah ia lihat disebuah film horor yang sempat ia tonton dengan Re beberapa hari lalu.

Cklek,,,

Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Aellyn bisa melihat sesosok bayangan laki-laki berdiri di depan pintu sana.

JDYAR,,,

Suara petir dan kilatan cahaya yang datang bersamaan membuat Aellyn terkejut hingga ia menjerit kencang.

...•Bersambung•...

Hehehehe, lama gak up nih😁

Moon maap ya semua, aing teh lagi setres gara-gara tugas, jadi gak ada waktu dan mood buat ngetik nopel🙏🙂

Terpopuler

Comments

isnaini naini

isnaini naini

siapa tuh

2023-12-24

2

Moh Rifti

Moh Rifti

lanjuuut

2023-12-14

0

amelia

amelia

up nya banyakin dong Thor tiap hari juga

2023-11-18

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!