Chapter 15

Re berlari di lorong fakultas seni rupa dan desain seperti orang kesetanan. Laki-laki itu mengecek setiap ruangan yang ada disana, mencari keberadaan sang istri yang setahunya masih ada kelas siang ini.

Tidak menemukan keberadaan Aellyn di semua ruang kelas yang ia datangi, Re pun memutuskan untuk pergi ke kantin. Mungkin saja istrinya sedang malas mengikuti kelas dan lebih memilih untuk membolos di kantin, bisa saja kan?

Sesampainya di kantin, Re langsung mengedarkan matanya, mencari sosok yang sejak tadi membuat hatinya gundah.

Netra gelap Re menangkap keberadaan seorang gadis berkacamata yang tengah duduk sendiri di bangku pojok dengan sebuah laptop yang menyala di depannya.

Re mengenali gadis itu. Dia adalah gadis yang semalam Aellyn ceritakan padanya sebagai teman baru.

Tanpa berpikir panjang, Re segera memacu langkahnya untuk mendekati si gadis berkacamata.

"Dimana Aellyn?" tanya Re tanpa berbasa-basi setelah ia sampai di hadapan gadis yang sekarang tengah terperanjat dari duduknya karena ulah Re yang membuat ia terkejut setengah mati.

"Dimana Aellyn?" tanya Re lagi, kali ini dengan sedikit penekanan dan tatapan yang mengintimidasi.

Gadis itu lantas menunduk karena takut dengan aura yang Re keluarkan.

"Ae_Aellyn sudah pulang sejak tadi," jawab gadis itu. Tangannya bergetar, terlihat sekali bahwa ia sangat takut kepada Re.

"Pulang?" Re mengerutkan keningnya, heran.

"Pulang dengan siapa? Jam berapa? Kenapa? Naik apa? Kenapa dia tidak mengabariku? Kenapa handphonenya tidak bisa dihubungi?" Re sama sekali tidak memberikan jeda pada kalimat hingga Lea tidak memiliki kesempatan untuk menjawab.

Si gadis bermata empat menggaruk belakang kepalanya, bingung harus menjawab darimana.

"Kenapa diam?! Katakan!" Oh, suara dingin dengan intonasi tegas itu terdengar sangat mengerikan ditelinga Lea.

"Ae_Aellyn pulang sekitar se_setengah jam yang lalu. A_aku tidak tau dia pu_pulang dengan siapa dan na_naik apa," ucap Lea gagap lantaran rasa gugup yang mendera jiwanya.

Lea menarik nafas dalam-dalam sebelum melanjutkan ucapannya. "Sebelumnya Aellyn terlihat ke_sal dengan seseorang yang dia telpon, dia curhat denganku la_lalu pulang."

Penjelasan Lea sukses membuat Re menggeram kesal, kesal dengan dirinya yang telah membuat Aellyn marah.

Tanpa mengatakan maaf ataupun terimakasih, Re langsung pergi darisana tanpa menghiraukan Lea yang diam-diam menghela nafas lega karena tak lagi merasakan aura gelap Re di sekitarnya.

Aellyn menatap selang yang tengah menyedot darahnya untuk dimasukkan ke dalam kantong darah yang akan diberikan pada Leona.

Darah yang diambil cukup banyak, ada 2 kantong dengan ukuran 350cc yang mereka siapkan.

Sejak kantong pertama penuh, Aellyn sudah merasakan pusing di kepalanya namun sebisa mungkin ia tetap mempertahankan kesadarannya hingga proses pengambilan darah selesai.

Disamping Aellyn ada tuan Damaris yang setia menemani putrinya sejak tangan Aellyn di suntik untuk dipakaikan selang.

Dheny menggenggam tangan Aellyn erat-erat seolah menyampaikan pada Aellyn bahwa semuanya akan baik-baik saja.

"Sudah mulai pusing? Masih kuat gak?" tanya Dheny dengan lembut.

Jika Aellyn sudah tidak kuat, maka Dheny akan meminta mereka untuk menyudahi transfusi darah ini. Ia tidak mau Aellyn kenapa-napa.

Satu kantung darah saja mungkin cukup untuk Leona, atau jika tidak Dheny akan mencari satu kantung lagi di tempat lain.

Tak apa jika ia harus keluar banyak uang asalkan kedua putrinya selamat.

"Sedikit, tapi gapapa, sebentar lagi juga selesai, Dad." Suara Aellyn terdengar lemah. Bibir gadis itu memucat pasih seperti orang sakit.

Dheny sungguh tidak tega, tapi melihat kantung kedua yang sudah hampir penuh, akhirnya ia hanya mengangguk atas ucapan Aellyn.

Mereka hanya harus menunggu untuk beberapa saat hingga akhirnya kantung kedua penuh. Suster segera menyopot selang di tangan Aellyn lalu menutup bekas suntikan di tangan Aellyn dengan kapas.

"Transfusi darah telah selesai, nona bisa beristirahat sebentar. Saya permisi." Suster itu membungkuk pelan sebelum pergi membawa kantung darah yang sudah diambil dari Aellyn untuk dibawa ke ruang operasi tempat Leona bersalin.

Tangisan Dheny pecah, ia lantas berhamburan memeluk Aellyn yang berbaring lemas di atas ranjang.

Dikecupnya kening sang anak berkali-kali sembari mengucapkan terimakasih.

"Terimakasih sayang, terimakasih sudah mau memberikan darahmu untuk kakakmu. Daddy tidak tau lagi bagaimana jadinya kalau kamu tidak ada disini."

Aellyn tersenyum, tangan terangkat perlahan untuk mengusap punggung lebar sang ayah. "Daddy tidak perlu berterimakasih. Kak Leona adalah kakakku. Aku tentu akan dengan senang hati membantu saat dia membutuhkan begitupun sebaliknya."

Kali ini aku berhasil menyelamatkanmu. Maafkan aku, dulu aku tidak mau memberikan darahku untukmu, maafkan aku yang dulu hampir membuatmu meregang nyawa di ruang operasi.

Ya, di kehidupan sebelumnya hal serupa juga terjadi pada Leona. Saat itu Leona sangat membutuhkan transfusi darah namun tidak ada stok darah yang cocok untuknya.

Aellyn sebagai adik kandungnya pun malah menolak saat diminta untuk menyumbangkan sedikit darahnya supaya Leona bisa bertahan.

Hari itu seluruh keluarga Damaris berduka atas meninggalnya Leona dan calon anaknya.

Hari itu, Andre, untuk pertamakalinya mengatakan bahwa ia sangat membenci Aellyn dan akan menghancurkan hidup gadis itu bagaimanapun caranya.

Dan benar, Andre benar-benar merealisasikan ucapannya dengan cara bersekongkol dengan seorang desainer yang membenci Aellyn untuk menjatuhkan reputasinya.

Mereka menyebarkan berita bohong tentang karya desain Aellyn yang mereka tuduh sebagai hasil jiplakan dari karya desainer tersebut.

Tapi sudahlah, semua itu hanyalah kejadian di kehidupan sebelumnya yang tidak akan pernah Aellyn biarkan terulang kembali di kehidupannya yang sekarang.

Di kehidupan keduanya ini, Aellyn akan memulai hidupnya dengan bahagia bersama orang-orang yang menyayanginya dengan tulus. Dan di kehidupan ini juga Aellyn akan membalas semua perbuatan orang-orang yang menyakitinya dulu.

Dan tentu, Aellyn sudah memiliki beberapa rencana untuk itu. Kini ia hanya perlu menunggu tanggal mainnya saja.

Drett,,,Drett,,,Drett,,,

Re sedang mengemudikan mobilnya menuju rumah kediaman pribadinya dengan sang istri saat handphone di kantong celananya tiba-tiba berdering.

Re memasang earphone bluetooth di telinganya lalu menjawab panggilan masuk yang entah dari siapa, Re tidak sempat melihat nama kontaknya.

"Kak Re ke rumah sakit Cinta Kasih sekarang ya, kak Leona mau lahiran." Itu suara Leon, Re sangat hafal dengan suara adik iparnya itu.

"Aellyn ada disana?"

"Iya, kak Aellyn ada disini. Kakak cepetan kesini ya."

Tutt,,,Tutt,,,

Re tidak memberikan jawaban apapun pada Leon, ia lebih memilih memutuskan sambungan lalu menambahkan kecepatan mobilnya supaya bisa segera sampai di tempat tujuan.

Syukurlah kalau Aellyn ada bersama keluarganya, setidaknya Re tidak perlu merasa takut jika istrinya kabur karena merasa kesal dengan tingkah Re.

...•Bersambung•...

Hari senin itu hari yang paling menyenangkan, bukan karena upacara, tapi karena mata pelajaran kedua adalah matematika.(⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤

Terpopuler

Comments

han han

han han

tetap semangattt💪💪💪💪

2024-03-01

0

isnaini naini

isnaini naini

lanjut thor

2023-12-24

2

Moh Rifti

Moh Rifti

💪💪

2023-12-14

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!