Chapter 13

Cayle Group

Waktu makan siang sudah berlalu sejak bermenit-menit yang lalu namun Re belum sama sekali membuka bekal yang Aellyn bawakan.

Re bukannya sengaja tidak ingin memakan bekal pemberian sang istri. Tapi pekerjaannya yang sangat banyak membuatnya tidak bisa berhenti barang sejenak pun.

Ale sudah berulangkali masuk ke dalam ruangan Re hanya untuk mengingatkan laki-laki itu untuk segera makan siang, tapi Re tentu tidak mendengarkan dirinya.

Bahkan nyonya Cayle sendiri sudah berulangkali kali menelpon Re untuk menyuruhnya makan, tapi Re tetap tidak memperdulikan perintah itu.

Drtt,,,Drtt,,,Drtt,,,

Re menggeram rendah. Ibunya ini terus saja menelpon dirinya, memaksanya makan ketika ia tidak sedang berselera untuk makan.

Dengan gerakan cepat bercampur kesal, Re pun mengangkat panggilan itu.

"Mom, aku sudah makan jadi jangan menelponku lagi."

Re hendak mematikan sambungan itu, namun sebuah suara menghentikan dirinya.

"Tidak usah berbohong!" Re yakin sekali ia tidak salah dengar. Itu adalah suara istrinya, itu suara Aellyn.

"Kalau tidak suka dengan masakanku buang saja. Berikan pada an-ji-ng gila di pinggir jalan!" ucap Aellyn dengan suara keras.

"Sayang, bukan sep_"

Tut,,,Tutt,,,Tuttt,,,

Panggilan di putuskan sepihak oleh Aellyn sebelum Re sempat memberikan penjelasan kepada sang istri tercinta.

Oh tidak, tamatlah riwayatmu Re. Nampaknya Aellyn sangat marah sekarang.

Tak,,,

Aellyn meletakkan handphonenya di atas meja dengan kasar. Aellyn sangat kesal. Padahal ia sudah rela bangun pagi-pagi untuk membuatkan Re bekal, tapi laki-laki itu tidak memakannya, menyebalkan.

Jika saja Ale tidak menelponnya tadi, mungkin ia tidak akan tau kelakuan suaminya itu.

"Kenapa? Kamu terlihat kesal." Lea menatap bingung pada Aellyn yang malah mendengus sebal. Apakah Lea salah bicara?

"Kamu tau gak gimana rasanya gak dihargain? Kayak, kamu itu udah susah-susah masakin makanan buat seseorang, tapi ternyata orang itu gak mau makan. Ngeselin gak sih?" Aellyn merengut kesal.

Lea mengangguk pelan. "Aku tahu. Saat kamu berniat baik, melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh untuk seseorang tapi malah tidak dihargai, rasanya sakit, sangat sakit. Aku pernah merasakannya."

Entah kenapa ucapan Lea malah membuat Aellyn merasa bersalah. Lagi-lagi ia teringat akan prilakunya yang dulu sama sekali tidak menghargai Re sebagai suaminya.

Apa yang Re lakukan hari ini bahkan tidak sebanding dengan apa yang Aellyn lakukan dulu. Aellyn tidak pernah sekalipun menghargai pemberian Re. Dulu ia bahkan pernah menghancurkan mobil mahal yang Re berikan sebagai hadiah ulang tahun hanya karena ia tidak suka dengan Re.

Aellyn berulang kali membakar baju-baju yang Re belikan dari luar negri, dan tentu itu karena hasutan dari Rara.

Sebenarnya salah Aellyn saja karena ia mudah sekali di bodohi oleh Rara yang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri.

Menghela nafas pelan, Aellyn mencoba mentralkan kembali detak jantungnya yang berdegup kencang tak beraturan.

"Kenapa? Apakah aku salah berbicara? Kenapa kamu malah terlihat sedih sekarang?" Lea menatap Aellyn. Gadis itu membenarkan letak kaca matanya yang sedikit merosot karena ia memiringkan kepalanya.

Aellyn menggeleng pelan sebagai jawaban. Tak lama kemudian, gadis itu bangkit dari duduknya membuat Lea menatapnya penuh tanya.

"Makasih udah mau nemenin aku makan siang." Aellyn mengusap kepala Lea pelan lalu beranjak pergi dari sana.

Lea sendiri hanya bisa tersenyum senang karena akhirnya ia memiliki seorang teman. Selama ini tidak ada seorangpun yang berteman dengannya karena ia adalah gadis yang susah bergaul, miskin dan juga penakut.

Beberapa mahasiswa yang mendekati Lea pasti hanya ingin menggunakan kepintaran dan kreatifitasnya untuk kepentingan mereka.

Tapi Aellyn berbeda. Gadis itu cuek, namun juga perhatian. Aellyn baik, walaupun terkadang sifatnya suka berubah-ubah. Tapi tak apa, itu jauh lebih baik daripada orang-orang munafik yang selama ini selalu memanfaatkan Lea.

Aellyn, terimakasih.

Aellyn berdiam diri di ruang tunggu depan kampusnya. Ia sedang menunggu taxi online yang sudah ia pesan sejak 10 menit yang lalu ketika ia baru saja meninggalkan kantin tempat ia dan Lea makan siang bersama.

Aellyn menyadari jika ada sebuah mobil yang berhenti didepannya, namun ia acuh saja, mobil itu pasti bukan sedang menghampirinya melihat jika ia memang tidak sendirian disana.

"Kakak, ayo pulang kerumah bersamaku."

Aellyn langsung mendongakkan kepalanya saat mendengar suara yang terdengar tak asing di pendengarannya.

"Leon?" Dahi Aellyn berkerut saat Leon malah tersenyum lebar ke arahnya dari dalam mobil.

"Kamu ngapain disini? Sekolahan kamu kan gak ada di daerah sini. Lagian ini bukan jamnya pulang. Kamu bolos ya?!"

Lagi-lagi laki-laki itu hanya mampu menunjukkan senyuman lebarnya, memamerkan gigi-gigi putihnya yang tersusun rapih.

Aellyn menghela nafas. Ia tentu tau bagaimana nakalnya Leon saat disekolah, karena guru Leon hampir setiap Minggu selalu menghubunginya dan melaporkan semua kenakalan Leon.

Jika yang disini adalah Aellyn yang dulu, mungkin Aellyn sudah mengurung Leon dan memarahinya habis-habisan karena telah membuat malu dirinya.

Namun sayangnya, Aellyn yang sekarang jauh lebih baik daripada Aellyn yang dulu.

Aellyn tidak akan mengurung Leon, tapi memarahi adik nakalnya itu tentu adalah sebuah kewajiban. Maka dari itulah Aellyn langsung menyemprot adik bungsunya itu dengan ocehan panjang setelah ia masuk ke dalam mobil.

"Kamu ini sudah kelas dua belas, sudah seharusnya mulai belajar dengan serius supaya bisa masuk ke universitas impian kamu! Sebentar lagi ujian, jangan sampai nilai kamu menurun! Kakak tau kamu cerdas, tapi tolonglah, hargai gurumu!"

"Iya kak, ak_"

"Aku apa?! Seminggu yang lalu kakak baru saja mendapatkan laporan bahwa kamu selalu membolos setelah jam istirahat! Kamu ini niat sekolah gak sih?! Kalau menurut kamu sekolah itu gak penting, mending keluar aja."

"Iya kak, iya, aku salah, aku minta maaf." Oh sungguh, gendang telinga Leon bisa saja rusak kalau Aellyn tidak segera menyelesaikan ceramah panjangnya.

Amarah Aellyn mulai mereda. Bahu gadis itu nampak naik turun, efek ia yang menahan nafas ketika mengomeli Leon.

"Aku minta maaf ya. Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku memberikan kakak ice cream? Mommy baru saja menyetok ice cream kesukaan kita loh di rumah." Leon menaik turunkan alisnya dengan senyuman menggoda.

Aellyn mendengus sebal. "Kamu kira aku adalah anak kecil yang akan mudah dirayu dengan ice cream?" ucapnya ketus.

Wajah Leon langsung layu. Ia yakin, setelah ini ia pasti akan mendapatkan ocehan panjang lebar lagi dari Aellyn setelah mereka sampai di rumah.

"Semua ice cream itu milikku, kamu tidak boleh memintanya!"

Leon langsung menoleh ke arah Aellyn, sedetik kemudian, laki-laki itu tertawa kecil saat melihat kedua pipi Aellyn yang menggembung lucu.

Kamu kira aku adalah anak kecil yang mudah dirayu dengan ice cream?

Leon terkekeh setelah mengulang kembali ucapan sang kakak beberapa saat yang lalu.

...•Bersambung•...

Terpopuler

Comments

isnaini naini

isnaini naini

manis nya hubungan kakak adk Klo rukun

2023-12-24

5

Moh Rifti

Moh Rifti

/Awkward//Awkward/

2023-12-14

0

!M@m@#

!M@m@#

lanjut thor

2023-11-09

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!