Chapter 11

Aellyn bangun pagi-pagi sekali demi membuatkan sarapan untuk Re yang hari ini ada jadwal meeting pagi dengan para petinggi perusahaan.

Gadis itu langsung mengusir para pelayan dari dapur, hari ini dan seterusnya ia lah yang akan memasak untuk Re. Entah itu sarapan, makan siang ataupun makan malam.

"Nyonya, biarkan kami membantu. Ini adalah pekerjaan kami, tolong jangan membiarkan kami makan gaji buta."

Aellyn menggeleng cepat. "Tidak. Mulai hari ini aku akan memasak untuk diriku dan suamiku. Kalian bisa memasak untuk diri kalian sendiri. Soal pekerjaan, kalian bisa membersihkan rumah ini dua kali jika tidak ingin makan gaji buta. Sekarang pergilah, biarkan aku memasak dengan tenang disini!" usirnya pada segerombolan wanita pengganggu itu.

Para pelayan terlihat bingung, mereka semua langsung menatap kepada bibi Ahn yang hanya memberikan anggukan pelan sebagai jawaban.

"Sesuai permintaan anda nyonya. Kami permisi." Bibi Ahn membungkuk 120° di ikuti para pelayan lainnya yang membungkuk hingga 90°.

Mereka semua pergi meninggalkan Aellyn dan alat-alat masak seorang diri.

Nyonya muda itu mulai memotong, mencincang dan mengaduk adonan yang akan ia masak. Sarapan tidak perlu makanan yang berat-berat, jadi Aellyn memilih untuk membuatkan lauk bekal makan siang dulu sebelum membuat roti panggang sebagai menu sarapan mereka.

Tidak butuh waktu lama bagi Aellyn untuk menyelesaikan masakannya. Gadis itu langsung menata makanan di atas meja, termasuk bekal yang sudah tersusun rapih untuk sang suami.

Aellyn beranjak dari ruang makan, hendak pergi untuk membangunkan Re sebelum suara derap kaki menghentikan langkahnya.

Tak,,,Tak,,,Tak,,,

Aellyn menoleh.

Gadis itu sangat terkejut saat melihat seorang wanita setengah baya kini telah berdiri di hadapannya.

Kaca mata hitam bertengger apik di hidung wanita itu. Di tangan kanannya ada sebuah tas berwarna hitam dengan merek terkenal. Bibir dan pakaian wanita itu berwarna merah gelap. Gelang, cincin dan anting emasnya nampak berkilau menambah kesan mewah pada penampilannya.

Wanita cantik itu melepas kaca matanya. "Morning, Apakah kedatanganku mengganggu?"

Aellyn menggeleng dengan gerakan kaku.

Oh sungguh, Aellyn tidak ingat jika ada skenario ini, karena seingatnya, mertuanya itu seharusnya berada di Jepang dan kembali ke Indonesia di hari dimana ia tertangkap basah berselingkuh disebuah club malam bersama Sean. Dan hari itu seharusnya terjadi sekitar satu bulan lagi.

Aellyn masih terdiam mematung bahkan ketika sosok wanita dihadapannya itu tersenyum padanya. Entah senyuman ramah, menyapa, meremehkan atau apa, Aellyn tidak bisa mengartikan senyuman itu dengan jelas.

"Sayang, kenapa tiba-tiba membangunkanku?"

Keduanya langsung menoleh ke arah Lift, dan terlihatlah Re yang berjalan mendekati mereka tanpa melihat ke depan karena terlalu sibuk membenarkan dasinya sedikit menceng.

"Jika berjalan lihatlah ke depan atau kamu akan terjatuh karena tak sengaja mengandung sesuatu." Aellyn hendak menegur Re namun di dahului oleh sang ibu mertua.

Mendengar suara seseorang yang nampak tak asing di pendengarannya, Re pun langsung mendongak.

Laki-laki itu lantas dibuat terkejut saat melihat keberadaan ibunya disana.

"Mommy? Sejak kapan mommy datang?" Tanya Re dengan ekspresi terkejut yang ketara.

"Baru saja. Kenapa? Apakah mommy tidak boleh datang untuk menengok anak dan menantu mommy?" Wanita itu melirik Aellyn yang hanya bisa terdiam meremat ujung pakaian nya dengan gugup.

"Tidak, bukan begitu maksudku. Emm,,, bagaimana jika kita sarapan bersama?" Tawar Re yang langsung di angguki oleh wanita itu.

Nyonya Cayle berjalan menuju ruang makan terlebih dahulu, meninggalkan pasangan suami istri itu.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Re mengusap bahu sang istri dengan gerakan perlahan.

Anggukan kepala dari Aellyn membuat Re menghela nafas lega.

Keduanya pun segera menyusul nyonya Cayle ke ruang makan. Untung saja Aellyn membuat roti panggang lebih banyak.

Sebenarnya ia membuat banyak juga untuk ia bawa ke kampus, niatnya mau ia berikan pada Lea. Tapi karena ibu mertuanya ikut sarapan bersama mereka, akhirnya Aellyn hanya bisa mengurungkan niatnya dan meminta maaf pada Lea dalam hatinya.

Selesai sarapan, Re terburu-buru pergi ke perusahaan jadi tidak sempat untuk mengantarkan Aellyn. Dan Aellyn pun tidak merasa keberatan sama sekali.

Namun si-alnya, Nyonya Cayle malah menawarkan diri untuk mengantarkan Aellyn.

Sejujurnya Aellyn tidak masalah jika mertuanya itu mengantarkan dirinya ke kampus.

Namun mengingat jika dulu nyonya Cayle sempat tidak setuju dengan pernikahannya dan Re lantaran wanita itu tau bagaimana perilaku Aellyn diluaran sana, Aellyn jadi merasa kikuk jika harus bersama dengan wanita itu, berduaan di dalam mobil. Rasanya canggung sekali.

Aellyn sejak tadi tidak bisa bernafas dengan baik lantaran hawa gelap yang menguar pekat dari diri sang mertua.

Padahal wanita itu terlihat acuh pada dirinya, namun entah kenapa Aellyn malah merasa takut.

"Katakan, apa yang sedang kamu rencanakan terhadap putrakun!"

Aellyn dibuat bingung dengan pertanyaan yang wanita itu lontarkan padanya. Suara wanita itu terdengar sangat dingin, begitu juga tatapannya yang menyorot ke arah jalanan yang lumayan ramai.

Mengusir segala rasa gugup dan canggung di dalam hatinya, Aellyn pun memberanikan diri untuk bertanya. "Apa maksudmu?"

Nyonya Cayle menghentikan mobilnya karena lampu lalulintas kini menunjukkan warna merah yang artinya mereka harus berhenti dan memberikan jalan pada kendaraan dari arah lain untuk melaju.

"Apakah pertanyaan saya kurang jelas?" Kini wanita itu menoleh, menatap langsung pada Aellyn.

Aellyn tertegun untuk sesaat ketika mendapati tatapan tak bersahabat yang di lontarkan oleh ibu dari suaminya.

"Kedatangan saya kemari tentu bukan tanpa alasan." Aellyn mengangguk, ia tentu tau, nyonya Cayle tak mungkin sudi kembali ke Indonesia dan meninggalkan tanah kelahirannya jika bukan karena urusan yang penting.

"Saya kembali ke Indonesia demi melindungi putra saya dari ancaman ular berbisa. Kamu paham?"

Aellyn tentu tidak bodoh untuk memahami kalimat sederhana itu. Nyonya Cayle dengan mencurigainya, dan ia memaklumi hal itu.

Perubahannya yang begitu drastis pasti membuat semua orang curiga, begitu juga mertuanya yang memang sejak awal sudah tidak menyukai keberadaannya.

"Anda tenang saja, tidak ada seekor ularpun yang akan tega menyakiti laki-laki sebaik putra Anda." Aellyn membalas tatapan nyonya Cayle, tak ada sedikitpun keraguan dan ketakutan dalam tatapan itu, yang ada hanyalah tatapan tegas sarat akan kejujuran.

Nyonya Cayle mengangguk pelan, wanita itu tidak mengatakan apapun dan lebih memilih untuk kembali menjalankan mobilnya setelah lampu berganti warna menjadi hijau.

...•Bersambung•...

Gak tau kenapa, akhir-akhir ini hidupku rasanya berat banget.

Terpopuler

Comments

isnaini naini

isnaini naini

buktiksn Klo Km bs mnjadi menantu idamn...
Klo berat letak kn dl sbntar thor slh itu ayo berjuang Lg....yok Smngt yok

2023-12-24

1

Moh Rifti

Moh Rifti

👍👍

2023-12-14

1

Yossy Yossy

Yossy Yossy

lanjuuuut

2023-11-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!