Chapter 06

Alunan merdu dari tuts-tuts piano yang Leon mainkan menggema keseluruh penjuru ruangan.

Semua orang terdiam menikmati, meresapi setiap alunan merdu penuh kebahagiaan yang coba Leon sampaikan lewat permainannya.

Disaat semua perhatian berpusat pada Leon yang terlihat bersinar di depan sana, Aellyn malah mengedarkan pandangannya kesetiap penjuru, mengamati satu persatu wajah para tamu yang terlihat asing baginya.

Dimana pianis itu?

Aellyn ingat sekali, dulu ada seorang pianis terkenal yang datang ke acara ulang tahun Leon yang ke delapan belas tahun. Sayangnya, Aellyn malah berbuat onar hingga membuat sang pianis kesal dan berakhir meninggalkan pesta. Lalu keesokan harinya, kejadian malam itu langsung viral dan menjadi topik panas dimana-mana.

"Pacarmu tidak diundang, tidak usah mencarinya," ucap Leona dengan nada ketus.

Yeah, alasan dulu Aellyn berbuat keributan diacara ulang tahun Leon adalah karena keluarganya yang tidak mengundang keluarga kekasihnya dan ia tidak terima akan hal itu.

"Aku tidak mencari laki-laki bajingan itu," ucap Aellyn tak kalah sinis.

"Lalu? Apakah kamu mencari Re yang jelas-jelas ada disampingmu?" Leona melirik Re yang nampak fokus pada pertunjukan Leon hingga tidak menyadari percakapan kakak beradik itu.

Atau,,,Re hanya pura-pura tidak mendengar?

"Aku sedang mencari keberadaan Maurizio Pollini, kakak melihatnya?" Tanya Aellyn yang malah mendapatkan tatapan tajam dari sang kakak. "Apakah Re seburuk itu hingga kamu ingin berselingkuh dengan seorang laki-laki tua berusia lebih dari setengah abad itu?"

Aellyn menggeleng cepat, menampik spekulasi tak masuk akal yang baru saja Leona ungkapkan. "Aku masih waras untuk tidak melakukan itu."

Tatapan Aellyn langsung mengarah pada Leon yang sepertinya akan segera menyelesaikan permainan pianonya.

"Adikku sangat suka bermain piano, dia sudah mencintai piano sejak kecil, bahkan sejak didalam kandungan. Aku hanya berharap semoga dihari ulang tahunnya ini, ia mendapatkan sebuah berkah yang dapat membantunya untuk menggapai cita-citanya sebagai seorang pianis profesional."

"Bukankah Maurizio Pollini adalah seorang pianis terkenal?" Aellyn menatap ke arah Leona. "Aku rasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk Leon." Aellyn kembali melihat kedepan setelah mendapatkan anggukan dari Leona.

Permainan Leon berakhir tepat setelah Aellyn kembali memusatkan perhatian para sang adik.

Suara tepuk tangan ricuh terdengar setelah Leon berdiri lalu membungkuk untuk berpamitan karena permainannya telah selesai.

Banyak sekali penonton yang meminta Leon untuk memainkan kembali pianonya tapi pemuda itu tak menghiraukan seruan mereka sama sekali.

"Apakah orang itu yang kamu maksud?" Aellyn segera menoleh saat Leona menepuk-nepuk bahunya pelan lalu menunjuk ke arah bangku paling pojok.

Senyuman Aellyn mengembang kala melihat seorang pria paruh baya menatap Leon penuh minat, pria itu seperti seorang guru yang telah menemukan murid yang tepat untuk mewarisi ilmunya.

Re menatap Aellyn yang tersenyum tanpa mengucapkan apapun, ia hanya ingin menikmati pemandangan indah yang jarang ia temui lebih lama lagi.

Senyuman Aellyn adalah hal terindah yang pernah ada di dunia, setidaknya itulah pendapat Re.

Leon menghampiri keluarga nya dengan senyuman lebarnya.

"Bagus, penampilanmu sangat menawan." Aellyn mengacungkan dua ibu jarinya, memberi apresiasi pada permainan Leon.

Pemuda itu tersenyum malu mendapatkan pujian yang demikian dari kakak keduanya.

Aellyn mengusap lengan sang adik penuh kelembutan. "Duduklah."

Pemuda itu mengangguk, ia pun duduk di samping Re dan juga sanb ayah.

"Mommy senang kamu bisa hadir malam ini. Terimakasih Aellyn, terimakasih sudah mau datang di acara ulang tahun ke delapan belas adikmu," ucap nyonya Damaris tulus.

Wanita setengah baya dengan perawakan lembut itu tersenyum kepada Aellyn. Tatapannya begitu lembut, membuat dada Aellyn terasa sesak. Sungguh, ia tidak mengerti kenapa bisa-bisanya ia dulu menyia-nyiakan ibu sebaik ini.

"Mom,,," Mata Aellyn berkaca-kaca, membuat mereka semua panik terutama Re yang langsung mengambil tisu untuk mengusap air mata Aellyn.

Nyonya Damaris berdiri dari duduknya dan menghampiri Aellyn. Ia tau, anak keduanya itu sedang membutuhkan sebuah pelukan hangat darinya.

Aellyn berdiri dan langsung memeluk sang ibu dengan erat, ia terisak pelan dalam pelukan wanita yang telah melahirkannya 20 tahun yang lalu.

Ria mengusap punggung sang anak dengan lembut, membuat perasaan Aellyn semakin tidak karuan.

Mereka menjadi pusat perhatian tapi sungguh, Aellyn tidak peduli, ia hanya ingin memeluk ibunya lebih lama dan lebih erat lagi. Ia tidak ingin kehilangan wanita cantik itu untuk kedua kalinya, tidak ingin lagi.

Leona hanya terdiam melihat Aellyn yang menangis tersedu-sedu dipelukan sang ibu.

Sebuah tepukan dibahunya membuat Leona menoleh dan mendapati sang suami yang tersembunyi lembut padanya. "Aellyn sudah berubah, kamu jangan membencinya lagi."

Leona tidak menjawab apapun, ia hanya diam lalu menunduk memperhatikan tangan halusnya yang mengusap perut besarnya sendiri.

Apakah mommy harus memaafkan auntymu, baby?

Re menatap haru pada istrinya. Dia benar-benar kembali seperti dulu. Dia kembali menjadi Lyllyku yang baik dan penyayang.

Kamar Utama Kediaman Cayle

Aellyn dan Re masih terjaga, tubuh mereka yang pegal tak membuat keduanya lantas mengantuk dan tertidur.

Re menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang sedangkan Aellyn setengah berbaring dengan menjadikan dada Re sebagai bantalnya. Re memeluk perut Aellyn, sedangkan gadis itu mengusap punggung tangan besar Re. Keduanya menikmati waktu di atas ranjang ditemani TV yang menyala menayangkan sebuah drama China yang saat ini menjadi favorit Aellyn.

Telapak tangan besar Re tidak bisa berhenti mengusap rambut halus Aellyn, tatapan laki-laki itu begitu dalam menatap sang istri yang terlihat sangat fokus pada apa yang ia tonton.

"Sudah lewat tengah malam, tidakkah kamu ingin tidur sekarang? Besok kamu harus kuliah, sayang," ucap Re halus dengan suara beratnya.

"Sebentar, aku sedang belajar."

Kening Re berkerut bingung dengan jawaban Aellyn.

Belajar? Belajar apanya? Sejak tadi yang gadis itu lakukan hanya menonton drama balas dendam, lalu apa yang sedang ia pelajari?

"Belajar apa?"

Aellyn mendongak untuk menatap wajah Re. "Aku sedang belajar untuk menindas dua bajingan sia-lan yang menyamar sebagai sahabat dan kekasihku."

"Mereka sudah berani membohongiku, maka aku tidak akan melepaskan mereka dengan mudah!" ucap Aellyn geram, bahkan gadis itu sudah mencekik bantal dalam pelukannya, menganggap jika itu adalah leher dua bajingan yang sudah menghancurkan hidupnya.

Re tersenyum, ia senang karena ternyata Aellyn sudah tau kebenaran tentang dua ba-ji-ngan itu.

Sebenarnya Re sudah tua tentang ini, namun ia tak berani mengatakannya kepada Aellyn mengingat jika dulu Aellyn sangat mempercayai pasangan rubah itu. Ia hanya tidak mau Aellyn menjauhinya karena menganggap bahwa ia telah memfitnah dua orang kesayangan gadis itu.

Tangan besar Re terangkat, mengusap kepala Aellyn pelan. "Jika kamu membutuhkan bantuan, bilang saja padaku."

Aellyn menggeleng. "Mereka urusanku, biar aku yang menyelesaikan mereka sendiri. Aku bisa melakukannya, kamu tidak usah khawatir."

"Iya, aku tau, istriku memang sangat hebat." Apa-apaan ini?! Kenapa pipi Aellyn tiba-tiba memerah ketika Re mengucapkan kata-kata itu sambil mengecup puncak kepalanya?

•Bersambung•

Leon Damaris

"Kakak peyuk,,,"

Leona Damaris

"Aku juga kakakmu bocah! Kenapa kau hanya memperhatikan Aellyn?!"

Terpopuler

Comments

Luwang Maju

Luwang Maju

Keluarganya good looking semua bjir😭

2024-04-28

0

☠zephir atrophos☠

☠zephir atrophos☠

*tau

2024-02-15

2

Ayu Dani

Ayu Dani

Oh love love love thor banyak banyak

2024-02-04

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!