Chapter 03

Aellyn memasang apron dengan motif bunga pada tubuhnya, lalu mulai menyentuh satu persatu alat masak yang ada di dapur.

Ia mulai memotong, mencincang dan mengaduk bahan makanan yang sudah ia siapkan sebelumnya.

Bibi Ahn mengawasi dengan perasaan gelisah, memperhatikan dengan jeli, memastikan jika Aellyn tidak keliru, yang niatnya ingin memotong cabai malah jadi memotong jari-jarinya sendiri.

"Nyonya, tolong biarkan kami membantu Anda," ucap salah seorang pelayan rumah yang berdiri dibelakang Bibi Ahn.

Sama seperti Bibi Ahn, pelayan kecil itu juga khawatir jika Aellyn terluka. Ia tidak mau mati ditangan sang majikan.

Re sangat mencintai Aellyn, jika gadis itu sampai terluka Re pasti akan marah besar.

Aellyn menggeleng keras, menolak bantuan yang ditawarkan oleh pelayan itu. "Tidak tidak aku bisa mengatasinya, kalian tenang saja. Dan berhentilah memperhatikanku, aku tidak sedang berpikir untuk meracuni tuan kalian, oke?!" ucap Aellyn dengan nada kesal di akhir.

Bibi Ahn mengangkat tangannya, menginstrupsi mereka untuk pergi dari sana.

"Tapi Bibi,,," Seorang pelayan berbisik pelan di telinga Bibi Ahn.

"Pergilah, lakukan pekerjaan kalian," ucap wanita tua itu dengan suara tegas.

Selain khawatir jika Aellyn terluka, mereka juga memang khawatir jika Aellyn punya niat buruk untuk meracuni Re.

Yeah, siapa juga yang tidak akan berfikiran seperti itu? Aellyn yang kemarin masih mengatakan bahwa ia akan membunuh Re dengan tangannya sendiri, hari ini tiba-tiba berinisiatif untuk membuatkan laki-laki itu makan siang, bukankah aneh? Terlebih mereka semua tau benar jika Aellyn itu sama sekali tidak bisa memasak, bahkan membuat telur ceplok saja tak bisa.

Tapi, bibi Ahn merasa jika ada sesuatu yang berbeda dari Aellyn. Sang nyonya yang biasanya selalu marah-marah dan suka meminta ini dan itu tiba-tiba saja berubah, bahkan hari ini Aellyn tidak menghukumnya seperti biasa padahal tadi pagi ia membuatkan teh dengan takaran yang salah.

Dan melihat bagaimana tadi pagi Aellyn memeluk Leon membuat bibi Ahn semakin yakin bahwa sang nyonya sekarang telah berubah, berubah menjadi lebih baik.

"Bibi, coba kemari dan cicipi ini!"

Bibi Ahn tersenyum lalu menghampiri Aellyn yang tengah berdiri di depan kompor dengan tangan kanan yang memegang sendok.

Aellyn menyodorkan sendok berisi kuah itu di depan bibir Bibi Ahn, meminta wanita paruh baya itu mencicipinya.

"Apakah kurang asin?" Aellyn bertanya setelah bibi Ahn mencicipi kuah sup yang ia buat untuk Re.

"Mungkin sedikit garam akan membuat rasanya lebih gurih," ucap Bibi Ahn dengan halus, tak ingin menyakiti hati istri dari majikannya.

Aellyn mengangguk, ia mengambil kotak berisi garam lalu memasukkan sesendok teh garam kedalam sup dan mengaduknya.

Ia kembali meminta Bibi Ahn untuk mencicipi sekali lagi dan kali ini wanita paruh baya itu mengangguk dengan ekspresi wajah yang membuat Aellyn senang bukan main. "Sangat lezat, Tuan pasti akan sangat lahap ketika memakannya."

"Benarkah?" Aellyn terlihat sangat antusias, dan itu membuat senyuman Bibi Ahn mengembang. "Tentu saja."

Ternyata ada gunanya juga dulu aku ikut kelas memasak.

Di kehidupan sebelumnya Aellyn pernah mengikuti sebuah kelas memasak karena desakan dari pacar dan sahabatnya.

Aellyn didesak mengikuti kelas memasak hanya supaya mereka dapat menjadikannya babu dimasa depan. Aellyn begitu hancur pada saat itu, ia benar-benar tidak menyangka jika mereka tega melakukan itu padanya.

Namun, itu semua hanyalah masalalu, masalalu yang tidak akan pernah Aellyn biarkan untuk terulang kembali.

Tuhan sudah memberikannya sebuah kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya dimasalalu, dan ia tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan baik ini.

Cayle Group

Aellyn memandang gedung pencakar langit itu dengan senyuman lebar. Hari ini ia akan memperbaiki semua kesalahannya dimasalalu. Ia akan mulai menjadi istri yang patuh dan perhatian kepada suaminya, Re.

Dengan langkah mantap, Aellyn berjalan memasuki lobi perusahaan.

Kini semua mata langsung tertuju padanya. Tidak, mereka tidak menatapnya dengan tatapan kagum, justru sebaliknya, semua karyawan yang ada disana malah menatap Aellyn dengan tatapan sinis dan juga was-was.

Aellyn tau jika semua bawahan Re sangat membencinya karena ia selalu berbuat ulah yang membuat suaminya kesusahan untuk mengatasinya. Seperti tiga hari yang lalu saat ia melakukan perundungan pada seorang Maba yang tidak sengaja menyenggolnya saat berjalan.

Menghela nafas pelan, Aellyn melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan bisikan-bisikan jelek tentang dirinya. Jika saja saat ini yang ada disini adalah Aellyn yang dulu, mungkin para wanita pencinta gosip itu akan langsung kehilangan pekerjaannya saat ini juga.

Berhenti didepan meja resepsionis, gadis itu pun memasang senyuman termanisnya. "Apakah Presdir ada di ruangan nya?"

Wanita cantik itu nampak tertegun untuk beberapa waktu karena senyuman manis Aellyn. Namun, sesaat setelahnya ia langsung tersadar saat salah satu rekan kerjanya menepuk bahunya.

"Pres,,, Presdir sedang ada meeting bersama dewan direksi, namun sepertinya meeting akan selesai sebentar lagi, nyonya," jawab sang resepsionis gugup karena Aellyn terus saja menatapnya.

Nyonya muda itu mengangguk singkat. "Baiklah, aku akan menunggu dia diruangannya, terimakasih," ucap Aellyn dengan suara lembut sebelum naik ke lantai paling atas dengan menggunakan lift khusus CEO.

"Terimakasih? Nyonya mengucapkan terimakasih?! Apakah aku sedang bermimpi?!" Resepsionis itu memekik heboh.

"Hei, coba cubit pipiku, apakah aku sedang bermimpi sekarang?!" Tak lama setelahnya wanita itu langsung berteriak kencang saat teman kerjanya benar-benar mencubit pipinya dengan kencang.

"Tidak usah keras-keras bodoh!" serunya kesal.

"Aku hanya melakukan apa yang kamu minta," ucap wanita lainnya sebagai pembelaan.

*Cklek,,,

Aellyn menoleh kearah pintu dengan senyuman manis saat melihat suaminya masuk bersama asistennya.

"Ka_kamu sedang apa disini?" Aellyn hanya mampu mengulum bibirnya saat melihat raut keterkejutan diwajah Re.

"Membawakan kamu makan siang, apakah tidak boleh?" Ia bertanya dengan raut wajah yang dibuat sesedih mungkin.

"Tidak tidak, tentu saja boleh. Aku malah sangat senang karena kamu datang, apalagi membawakan makan siang untukku." Re panik, Aellyn bisa melihatnya dengan jelas. Tawa gadis itu tidak bisa dibendung lagi, raut wajah Re benar-benar membuat perutnya tergelitik.

Re yang ditertawakan pun hanya bisa menggaruk tengkuknya bingung.

"Saya tidak ingin mengganggu waktu kalian berdua, permisi," si asisten langsung melarikan diri lantaran tidak mau menjadi obat nyamuk diantara tuan dan nyonya nya.

Aellyn menepuk sofa disampingnya, menyuruh Re untuk duduk disana.

Walaupun ragu, Re tetap melakukan apa yang diinginkan oleh istrinya.

"Aku yang memasak ini, jadi kamu harus menghabiskannya."

Re menatap Aellyn dengan tatapan tak percaya. Istrinya memasak? Untuk dirinya? Oh Re tidak bisa percaya ini.

"Tenang saja, aku tidak berniat untuk meracunimu kok," ucap Aellyn yang siap menyuapi Re dengan sup ikan yang ia buat.

"Aku akan tetap menghabiskan makanan ini sekalipun aku tahu jika didalamnya terdapat racun. Aku akan menghabiskannya karena kamu sendirilah yang membuatnya khusus untukku." Terdengar seperti gombalan semata, padahal Re bersungguh-sungguh dalam mengatakannya, dan Aellyn tau itu.

Aellyn hanya tersenyum menanggapi ucapan sang suami. Ia kembali menyuapi Re, namun kali ini laki-laki itu menolak.

"Kamu juga harus makan." Re memutar balik arah cendok yang hendak Aellyn suapkan padanya hingga sampai didepan mulut sang istri.

Aellyn tersenyum, begitu juga Re yang merasa begitu bahagia dengan perubahan sifat sang istri.

Mereka melanjutkan makan siang dengan saling menyuapi satu sama lain, hingga rasanya dunia ini hanya milik mereka berdua.

Selesai makan, Aellyn yang membereskan alat-alat makan yang tadi mereka gunakan lalu menaruhnya didalam tas kecil yang ia bawa.

"Nanti malam adalah acara ulang tahun Leon yang ke delapan belas tahun. Tadi pagi dia datang untuk mengundangku," Aellyn menjeda ucapannya sejenak.

Re mengusap kepala sang istri dengan penuh kelembutan. "Jika kamu tidak ingin datang, aku akan mencari alasan supaya kamu tidak perlu datang."

Aellyn menggeleng pelan. "Aku sudah berjanji pada Leon untuk datang nanti malam."

Senyuman Re mengembang, ia cukup terharu dengan ucapan sang istri, pasalnya ia tau benar bagaimana buruknya hubungan Aellyn dengan Leon dalam 2 tahun belakangan.

"Tapi aku belum menyiapkan kado apapun untuknya." Aellyn mendongak guna menatap wajah Re yang memang lebih tinggi darinya.

"Temani aku membeli kado untuk Leon ya," ucapnya dengan tatapan memohon.

Re tidak mungkin bisa menolak permintaan sang istri, maka dari itu ia pun langsung mengangguk tanpa berpikir dua kali padahal setelah ini ia masih harus meeting dengan clien penting.

Aku tidak tau apa yang terjadi hingga kamu berubah secepat ini, tapi aku bersyukur karena kini kamu telah berubah menjadi lebih baik.

•Bersambung•

Terpopuler

Comments

Luwang Maju

Luwang Maju

Yang baca jomblo loh😔

2024-04-28

2

Meryanti Nari

Meryanti Nari

bgus skli ceritax

2024-05-08

0

Eryna Farisha

Eryna Farisha

dahlah...aku nak pindah planet lah pulak... ambik lah dunia ni

2024-02-06

9

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 83 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!