Tepat hari ini Fatma menjadi asisten bos, tapi Fatma sama sekali belum pernah melihat bosnya seperti apa?. Bagaomana sikapnya?, Fatma Khawatir kalau- kalau nanti bosnya sangat arrogan dan suka marah-marah.
"A_ aku tidak apa- apa".
"Lihatlah, wajahmu pucat, dan keringatmu juga bercucuran. Padahal ac ruangan ini lumayan dingin". Ririn menyeka keringat Fatma dengan tissue. "Ayo kita ke klinik aja" Ajak Ririn.
Fatma menggeleng, Dirinya tidak mau selalu merepotkan Ririn."Rin, Aku tidak apa- apa, hanya sedikit lelah saja. Kamu lanjutkan saja pekerjaanmu oke".
Ririn mengangguk lalu kembali ke tempatnya untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
"Iya baiklah, tapi kalau kamu kenapa- kenapa, segera panggil aku ya!".
"Oke".
"Huft, akhirnya pulang juga". Fatma merapikan meja kerjanya. "Besok kalau aku sudah tidak di sini, siapa yang akan menggantikan aku ya di tempat ini?".
"Fatma, yuk pulang bareng, aku akan mentraktirmu hari ini. Hari adalah hari ulang tahunku". Ucap Ririn menghampiri Fatma yang sedang berkemas.
"Wah!, iyakah?. Kalau begitu selamat ulang tahun Ririn yang cantik dan baik hati. Yuk, aku tidak akan melewatkan traktiranmu kali ini". Fatma menggandeng tangan Ririn setelah mengucapkan selamat ulang tahun.
Merekan berdua memilih sebuah cafe untuk makan, kemudian memesan menu yang mereka inginkan. Saat sedang asik makan, Rosa dengan sengaja menyenggol tangan Fatma hingga membuat makanan Fatma berserakan di atas meja.
"Upss!!! sorry!". Rosa tersenyum sinis, setelah membuat makanan Fatma berserakan.
"Kamu!". Teriak Ririn yang tampak marah dengan sikap Rosa.
"Sudah- sudah". Fatma berusaha menenangkan Ririn yang hampir menampar Rosa. "Kita pergi saja, itu lebih baik".
Menurut Ririn tidak ada gunanya bertengkar dengan Rosa di tempat umum seperti itu. Fatma segera mengajak Ririn untuk segera pergi dari cafe itu untuk menghindari Rosa, meski mereka belum selesai makan.
Saat baru hendak pergi, dengan cepat tangan Fatma di tarik oleh Rosa. Hingga membuat Fatma hampir terjatuh.
"Rosa!".
"Ada apa?, kenapa kau selalu mengangguku?. Apa kesalahan yang sudah kulakukan kepadamu, sehingga kau selalu saja mengangguku?". Fatma sudah berusaha selalu menahan emosinya saat Rosa mulai mengganggunya. Namun, apalah daya, Fatma juga hanya manusia biasa yang punya batas kesabaran.
"Karena aku benci kamu". Jawaban singkat yang di berikan oleh Rosa membuat Fatma dan Ririn saling tatap.
"Heii, kau benci kepada Fatma soal apa? Apa kau tidak bisa melihat kebaikan Fatma. Bahkan orang sebaik Fatma saja ada yang membenci. Apa lagi orang sepertimu?". Kesal Ririn.
"Kau tidak usah ikut campur! ini urusan aku dengan wanita ja_lang ini".
"Sudah kita pergi!". fatma tak menghiraukan ucapan Rosa, dan memilih untuk meninggalkan cafe tersebut, dan langsung pulang ke rumah.
"Hmmm, wangi sekali bau masakan ini?. Seperti masakan ibu waktu aku berumur 10 tahun". Ada aroma masakan yang terasa sangat lezat, saat Fatma baru sampai di teras rumahnya.
Fatma teringat akan masa kecilnya. Sewaktu keluarganya masih utuh, ibunya sangat rajin sekali memasak, membuat masakan- masakan lezat. Lasmini dulunya adalah seorang juru masak di sebuah restoran ternama. Namun setelah menikah, Lasmini terpaksa berhenti bekerja atas permintaan suaminya, dan Lasmini pun menyetujuinya.
Hingga saat ayahnya ketahuan berselingkuh dan telah menikah lagi, Lasmini tidak pernah lagi mah melakukan apa-apa, termasuk memasak. Meski memasak adalah hobinya. Dirinya depresi berat, hingga mengalami stroke ringan.
"I_ ibu!". Teriak Fatma menghampiri ibunya di dapur.
Lasmini tersenyum melihat anaknya sudah pulang kerja, lalu mengajak Fatma untuk segera makan. "Kamu pasti rindu masakan ibu kan?".
Fatma mengangguk, lalu menghamburkan pelukan kepada ibunya seraya menangis.
"Ibu, ibu sudah sembuh?, ibu sudah sehat?. Ini ibu yang masak semuanya?".
"Iya sayang, Ibu rindu pekerjaan ibu dulu, dan rindu juga melihat anak ibu makan dengan lahap.
"Alhamdulillah". Fatma mengangkat tangannya.
"Syukurlah kalau ibu sudah sembuh, Fatma senang sekali bu".
"Oh iya! Fatma mau ngasih tau ibu, kalau besok Fatma akan jadi asisten pribadi bos Fatma di perusahaan. Tapi, Fatma belum tau bu, seperti apa bos Fatma".
"Syukurlah kalau kamu benar naik jabatan, ibu senang mendengarnya. Kamu harus kerja yang lebih giat lagi, agar bosmu semakin baik padamu". Lasmini mengusap punggung putrinya sembari memberi semangat.
Fatma mengangguk dan mengajak ibunya untuk segera beristirahat.
Keesokan paginya, di perusahaan sedang heboh tentang siapa yang akan menjadi asisten pribadinya Leo. Seorang CEO di perusahaan itu.
Meski para karyawan tidak ada yang tahu bagaimana wajah sang CEO, atau pun sikapnya. Para karyawan tetap berharap mereka bisa terpilih sebagai asisten pribadi. Karena jika sudah menjadi asisten, pasti akan ada kenaikan gaji juga. Terlebih lagi itu adalah asisten pribadi.
"Bu Yulia, ibu pasti akan terpilih sebagai asisten pribadinya bos". Rosa memang berharap akan menjadi asisten juga. Akan tetapi saat melihat Yulia, Rosa langsung pasang muka di hadapan Yulia. Karena Rosa tau, kalau keluarga Yulia sangat dekat dengan keluarga Bos mereka.
"Ada apa sih pagi ini? kok terlihat ramai sekali?". Tanya Fatma merasa penasaran kepada Ririn. Fatma sepertinya lupa kalau akan ada pengangkatan karyawan sebagai asisten pribadi sang bos.
"Hari ini kan ada pengangkatan karyawan, dan itu hanya satu orang. Pasti orang yang di angkat itu sangat beruntung karena bisa terpilih". Jelas Ririn.
"Oh iya!" batin Fatma.
"Kamu ada lihat Rahmad tidak?".
"Pak Rahmad?, sepertinya dia belum datang". Ririn menjawab seraya menggelengkan kepalanya. "Aku belum melihatnya pagi ini".
Fatma kembali duduk di kursinya, kursi dan meja yang sudah menemaninya selama kurang lebih 3 bulan ini. Setiap hari mengerjakan berkas- berkas yang bertumpuk- tumpuk. Dan bahkan dengan sengaja Rosa memberikan tugasnya untuk di kerjakan oleh Fatma. Jika Fatma menolak, Rosa mengancamnya akan mengadukan yang bukan- bukan kepada Yulia yang berprofesi sebagai HRD di perusahaan.
Dan akhirnya Fatma menurut saja dengan Rosa, karena Fatma masih sangat butuh pekerjaan itu. Meski dia tau kalau Yulia tidak akan memecat seseorang yang tidak berbuat kesalahan fatal.
"Hei Fatma!". panggil Rahmad membuyarkan lamunan Fatma.
"Iya ada apa Mad?". Tanya Fatma seraya menoleh ke arah suara.
"Ayo ikut aku".
"Kemana?".
Meski Fatma bingung mau kemana di ajak Rahmad, kaki Fatma tetap melangkah mengikuti langkah Rahmad yanga da di depannya.
"Tok,tok,tok!". Rahmad mengetok pintu yang bertuliskan Ruangan CEO tersebut.
"Masuk!". sebuah suara dari dalam sana, menyuruh mereka untuk segera masuk.
"Jef ini Fatma, asisten yang kamu pilih". Ucap Rahmad setelah mereka berdua masuk ke dalam ruangan itu.
"Hah!, Jef?. Kenapa bukan bos atau pak?". Batin Fatma keheranan.
Meski sudah sudah berada di ruangan yang sama, Fatma tetap tidak bisa melihat wajah bosnya. Karena, Jefri duduk membelakangi mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments