Aborsi

Dua bulan kemudian

_____

* Didalam ruangan sebuah rumah sakit*

"Lepaskan pakaianmu dan berbaringlah di blangkar " ucap dokter wanita yang tengah menangani Zhia.

Zhia berbaring diranjang tersebut, setelah pakaiannya setengah terbuka, mata hitamnya memandang langit langit ruangan oprasi itu, hatinya dilanda kebimbangan dan putus asa, apakah ini jalan terbaik untuknya setelah sekian lama kehamilannya mampu ia sembunyikan dari siapapun termasuk keluarganya.

Saat ini kehamilannya hampir menginjak usia empat bulan, selama itu pula Zhia berusaha keras untuk mencari keberadaan pria malam itu, namun hasilnya nihil, petunjuk satu satunya hilang dibuang kakaknya, diperumahan yang pria itu tunjukan juga Zhia tidak menemukan keberadaanya, usahanya tidak menghasilkan apapun, hanya keputus asaanlah yang Zhia dapatkan.

Zhia hanya korban, tidak bisa menyalahkan orang lain atas apa yang telah menimpanya.

Zhia mendesah panjang.

Aborsi ??

Jika tidak, Zhia bisa apa ?

Perawat wanita paruh baya, mendengar ******* panjang Zhia berkata.

"Nona, kamu ini hamil bayi kembar, coba pikir pikir kembali niatmu itu nona sebelum smuanya erlambat " ucapnya.

"Resiko setelah menggugurkan janin kembar, akan ada dampak buruknya yang memungkinkan kamu tidak bisa hamil lagi, efeknya seumur hidup, bagai mana kalau memang benar kamu tidak bisa hamil lagi dimasa depan, coba kamu pikir kembali niatmu itu nona."

Tubuh Zhia bergetar seolah menahan tangisnya, matanya mulai mengembun namun dia tahan supaya tidak menangis.

"Dokter, bolehkah saya melihat foto USG itu lagi?" tanya Zhia

Dokter mengangguk dan tersenyum lembut, ke arah Zhia, lalu menyerahkan hasil USG milik Zhia.

"Lihatlah nona, bayimu sudah nampak jelas, ada dua disana, mungil mengemaskan, beberapa bulan lagi mereka berdua akan lahir kedunia ini untuk bertemu denganmu, apa kamu tega membuang bayi bayi imut ini nona?" ucap dokter sambil memperlihatkan gambar difoto itu.

Melihat janin-janin mungil itu, hati Zhia sedikit tersentuh, ada rasa yang sulit diartikan didalam dadanya, air matanya jatuh dipipi putih mulusnya itu, dia swsegukan sambil memandang foto itu.

'Ya Tuhan, aku harus apa ?'

"Bagaimana ini ? Aku gak mau kehilangan mereka " ucap Zhia sambil sesegukan.

"Maka, urungkanlah niatmu itu nona, mereka akan menyayangimu dan membutuhkanmu"

"Kenapa dokter melarang saya melakukan ini, bukankah ini juga pekerjaan dokter ?"

"Ini memang pekerjaanku nona cantik, tapi setiap mau melakukannya, tentunya aku berusaha meyakinkan pasienku dulu, banyak perempuan yang datang meminta membuang mahluk tak berdosa itu karena tak menginginkannya, itu salah satu perbuatan dosa yang dibenci Tuhan tentunya" jelas dokter.

"Do-dosa ?"

"Tentu nona, lihatlah, dua nyawa ini dalam beberapa menit saja mereka akan berubah menjadi sampah medis, nona"

"A-apa, sam-sampah dok ?"

Si dokter paruh baya pun mengangguk.

Zhia bangkit dari baringannya, lalu memakai pakaiannya kembali, dokter yang melihatnya pun tersenyum lembut.

"Kalau begitu, saya gak akan gugurkan kandunganku dok, saya akan melahirkan dan merawat mereka."

Dokter kembali tersenyum dan mengangguk senang.

"Itu bagus nona, lahirkan dan rawatlah mereka, semoga kamu sehat sampai proses melahirkan nanti dan dimudahkan, percayalah Tuhan selalu ada bersamamu, nona"

"Terimakasih, dok"

****

Setelah Zhia keluar dari gedung rumah sakit, Zhia menghela napas dalam sambil menapat langit nan jauh tak bertepi.

Zhia memutuskan untuk melahirkan bayi kembarnya apapun yang terjadi, saat ini Zhia hanya berpikir bagai mana cara orang tuanya bila suatu saat nanti mengetahui kehamilannya, semakin besar semakin terlihat membesar perutnya nanti, Zhia belum berani berkata jujur tentang kehamilannya pada keluaganya.

Tiba tiba saat Zhia dalam kegundahan, dia dikejutkan dengan suara teriakan dari beberapa orang bersetelan jas hitam yang sedang mendorong brangkar melewati ke depan Zhia.

Dalam keterkejutannya Zhia pun memberi jalan grombolan berjas hitam itu, tak lepas matanya memandang blangkar yang melintas didepannya.

Zhia melihat seorang anak kecil yang meringis kesakitan berbaring diatas brangkar.

"Minggir.. Minggir tolong beri kami jalan " ucap dari salah satu pria itu.

Anak itu terus saja menangis keras.

"Pelan pelan saja dorongnya" ucap pria yang tiba tiba ada disana, sebelumnya Zhua tidak melihat pria itu ada disana.

Zhia spontan melihat ke arah pria tersebut, Zhia tidak bisa melihat jelas wajah pria yang sedang panik itu, hanya suaranya yang terdengar begitu menenangkan diantara suara suara teriakan dari pria pria berjas hitam sebelumnya.

Tanpa sadar Zhia pun mengekor mengikuti orang orang itu hingha sampai di depan pintu unit gawat darurat.

"Tolong, tangani anak ini dengan baik" ucap pria yang bersuara menenangkan itu.

"Baiklah Tuan, mohon tunggu diluar, kami akan melakikan yang terbaik" ucap dokter sambil mendorong blangkar itu menuju keruang tindakan.

"Lakukanlah"

Lalu pria itu berdiri mondar mandir dengan wajah penuh kekhawatiran, diruang tunggu tersebut sambil memijit keningnya menghela napas dalam.

Zhia mematung berdiri tak jauh dari pria itu.

"Kenapa dia sekhawatir itu, anak itu siapanya ?" lirihnya hampir tak terdengar.

Tanpa diduga, manik matanya dan mata pria itu saling tatap, Zhia terkejut dan membuang pandangannya kearah lain, hawa dingin menyelimuti dirinya setelah melihat pandangan mata tajam pria itu.

Beberapa saat kemudian, pintu ruang tindakan itu terbuka dan munculah dokter yang menangani anak itu.

Dengan cepat pria itu menghampiri dokter.

"Bagaimana dok keadaanya ?"

"Tidak apa apa Tuan, anak itu hanya terluka ringan saja, mungkin dia hanya shock saja atas kecelakaan yang menimpanya"

"Sukurlah, terimakasih dok"

"Sama sama Tuan, anda sudah bisa melihatnya sekarang, silahkan "

" Baiklah"

Lalu pria itu masuk kedalam, Zhia pun mengikuti pelan sampai diambang pintu, Zhia hanya mengintip dari kejauhan.

"Apa kamu baik baik saja "

" Iya Tuan, terimakasih sudah menolong saya" ucap anak itu.

Zhia yang sedikit obrolan mereka pun monolog dalam hati 'Tuan ? kukira anak itu anaknya'

Saat Zhia setengah melamun, tiba tiba suara itu mengagetkan lamunannya.

"Apa kamu baik baik saja" tanya si pria yang kini sudah berada dihadapannya.

Zhia terlonjak kaget bukan kepalang, dia gugup tak menjawab, kini mata mereka bertemu kembali, mata yang Zhia rasa sangat meneduhkan hatinya.

Zhia hanya mengangguk, tak lama pria itu melangkah pergi meninggalkannya, tanpa sadar Zhia tersenyum kecil sambil memegang perutnya yang mulai sedikit membuncit, lalu dia dikejutkan gerakan halus diperutnya, padahal sebelumnya belum merasakan ada pergerakan diperutnya walaupun hanya sedikit.

Zhia tersenyum dan melihat kearah perutnya sambil terus mengusapnya lembut.

Sebentar lagi akan memiki anak bahkan sekaligus dua, apapun keadaanya, Zhia akan berusaha merawatnya walaupun gak tau siapa ayahnya.

Kini Zhia sudah tau keputusan apa saat ini yang akan Zhia ambil, hatinya sedikit lega, mungkin ini jalan terbaik baginya yang harus berusaha iklas dengan takdir yang menghampiri dalam hidupnya kini.

"Semoga Tuhan selalu melindungj kita ya Nak, ayo kita berjuang sama sama" ucapnya lirih.

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Aden Boy

Aden Boy

Ayahnya itu kyknya

2023-11-02

2

ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก

ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก

udah tuh ka thor komen and like

2023-10-14

2

ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก

ɑׁׅꪱׁׁׁׅׅit𖤐~น่ารัก

memang si Zhia gk menangis tapi aku menangis 😭 aku menangis karena kacian liatnya 😭🤧

2023-10-14

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!