Bab 20

Gleen terbangun dari tidurnya, sambil menguap dan menggeliatkan badannya, dia mengerjapkan kedua matanya begitu menyadari Felicia tidak ada disampingnya.

"Kemana wanita itu? Apa dia kabur?" Gleen mengedarkan pandangannya untuk mencari sesosok wanita yang sudah merenggut keperjakaannya itu.

Kemudian Gleen tak sengaja melihat ada sebuah cek tergeletak diatas nakas, Gleen segera berdiri, dia meraih cek tersebut, rupanya Felicia ingin membayar keperjakaannya senilai 1 miliyar.

Gleen mere-mas cek tersebut, dia menghela nafas dengan kesal. Dia pikir Felicia akan meminta pertanggungjawaban darinya, tapi sungguh di luar dugaan, wanita itu malah kabur dan membayarnya.

"Dia membayarku satu miliyar? Dia pikir aku seorang gigolo apa?"

Gleen segera mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, lalu memakainya kembali. Kemudian dia mencari keberadaan Felicia di sekitar rumah. Ternyata Felicia benar-benar sudah pergi.

Gleen pun berkacak pinggang dan menyeringai, "Kamu boleh pergi begitu saja, Felicia. Tapi mulai sekarang aku akan mengejarmu." gumamnya.

Gleen kembali masuk ke dalam rumah, dia lebih baik segera mandi karena harus segera pergi bekerja.

Sehingga siang ini Gleen sudah berada di kantor The Darkness bersama kedua rekan kerjanya, mereka baru saja menyelesaikan sebuah kasus pembunuhan yang dilakukan oleh seorang suami yang tega membunuh istrinya membuat seolah-olah istrinya mati karena kecelakaan, sebenarnya kasusnya sudah lama dan polisi menyatakan bahwa kecelakaan itu murni kecelakaan biasa.

Tapi karena kliennya bernama Edgar merasa ada kejanggalan dengan kecelakaan itu, sehingga dia menyuruhnya tim The Darkness untuk menyelidiki kasus kecelakaan tersebut. Dan akhirnya masalah ini telah terselesaikan. (Kasus ini ada di novel Menantu Sampah: Sang Pewaris).

"Hari ini kita dapat transferan dari Tuan Edgar Bastian William." ucap Alvaro sambil menatap layar ponselnya, bayaran yang mereka dapatkan cukup besar.

Gleen dan Danu saling mengarahkan tinju ke udara, karena jarak mereka sedikit berjauhan, tepatnya sedang berada di meja masing-masing

Danu teringat dengan makanan yang dititipkan oleh adik tirinya untuk Gleen, dia pun bangkit dari tempat duduknya, lalu menaruh sebuah wadah makanan tersebut di atas meja Gleen, "Ini ada titipan dari Maura." katanya dengan nada kesal.

Danu pun duduk di kursinya kembali.

Gleen sangat senang menerimanya, karena masakan ibu tirinya Danu memang sangat enak, kebetulan dia juga lapar sekali. "Wah, tumben bukan Maura yang antar sendiri."

"Aku yang melarangnya, jangan main-main sama adikku, Gleen. Kamu akan berurusan denganku" timpal Danu dengan nada mengancam.

"Siapa juga yang mau main-main, Maura itu sudah aku anggap sebagai adikku juga." Gleen memang tak memiliki perasaan lebih pada Maura, hanya menganggapnya sebatas adik saja.

"Sayangnya adikmu itu pilih kasih, aku tidak dikasih makanan olehnya." canda Alvaro. Sebenarnya dia tak mempermasalahkannya, karena selalu membawa bekal buatan sang istri tercinta.

"Boro kamu, Al. Aku nih sebagai abangnya juga nggak." Danu menanggapi candaan dari Alvaro.

Sebenarnya ibu tirinya selalu memberikan bekal untuk Danu, tapi mungkin maksud Danu, Maura malah sibuk menitipkan makanan untuk Gleen saja, sama sekali tak peduli pada sang abang tirinya itu.

"Ini makanan buatan Tante Mira kan, Dan? Sebenarnya aku tidak paham, mengapa ibu tiri kamu itu ingin sekali nama rumah makannya Manda?" tanya Gleen sambil mencicipi makanan yang telah di berikan oleh Danu itu.

"Katanya sih nama gabungan Maura and Danu." jawab Danu.

Alvaro terdiam sebentar, kemudian dia berkata. "Tadinya aku pikir Manda itu sebuah nama."

Danu pun terkekeh, "Nama siapa? Di keluarga kami tidak ada yang namanya Manda."

Kemudian Danu tiba-tiba menyinggung perihal semalam kepada Gleen, "Wah ada mantan perjaka nih!" Dia terkekeh melihat Gleen seperti orang kelaparan melahap makanan buatan ibu tirinya itu.

Danu memang sahabat yang paling usil.

Hal tersebut membuat Gleen hampir tersendak makanan, gara-gara perkataan Danu, Gleen jadi teringat lagi dengan bagaimana nikmatnya ketika dia bercinta dengan Felicia.

Gleen membuka tutup toples yang ada di mejanya, dia melemparkan kacang goreng ke arah Danu dengan kesal. "Aishhh!".

Danu hanya terkekeh, dia menangkap kacang goreng tersebut, lalu memakannya.

"Dari pada kamu, jomblo abadi." Gleen balik meledek Danu.

Kemudian Gleen berseru dengan sedikit menganga menunjuk ke arah Danu, "Wah, aku baru sadar. Jangan-jangan kamu naksir aku ya Dan, makanya gak pernah mau pacaran." Gleen pun bergidik ngeri, "Hiiihh!"

Danu melempar satu biji kacang goreng yang masih tersisa di tangannya, "Dih najis, aku normal kali." dia merasa geli dengan candaan dari Gleen.

Alvaro yang paling kalem disana, dia hanya tersenyum geli melihat tingkah kedua sahabatnya yang saling melempar kacang, kemudian dia pun berdehem, "Ehm!"

Deheman Alvaro mampu membuat Gleen dan Danu terdiam.

"Lalu tindakan apa yang akan kamu lakukan setelah ini, Gleen?" tanya Alvaro, dia sangat penasaran sekali.

"Felicia sangat berbeda, aku pikir dia akan meminta pertanggungjawaban dariku. Tapi ternyata dia malah membayar aku dan pergi begitu saja. Benar-benar wanita yang aneh." jawab Gleen dengan nada kesal.

Danu pun ikut nimbrung dengan obrolan mereka, "Wah rencana pertama gagal dong."

Gleen menggelengkan kepala, "Tentu saja tidak, kalau dia tidak menuntut pertanggungjawaban dariku, biar aku yang meminta pertanggungjawaban darinya. Di dalam rahimnya ada benihku, aku berhak meminta pertanggungjawaban darinya. iya kan?"

Alvaro tak bisa menahan tawa mendengar perkataan Danu, "Baru kali ini ada laki-lak yang akan meminta pertanggungjawaban dari wanita."

"Ya lah, harus. Kita itu sebagai pria jangan mau dianggap remeh oleh wanita, jangan mau harga diri kita diinjak-injak. Dia yang memaksa, dia yang memulai, tapi malah pergi begitu saja. Benar-benar wanita tak berperasaan." Padahal dari dulu Gleen selalu berusaha untuk mempertahankan keperjakaannya itu, ingin melakukannya dengan orang yang dia cintai.

Danu menatap laptopnya dengan tajam, dia sebenarnya merasa kesal karena tak bisa menembus semua akses yang berhubungan dengan Robert, bahkan semua alat penyadap yang pernah dia pasang pun telah di hancurkan.

"Padahal Robert tidak ada catatan kriminal, dia terkenal begitu baik dan ramah kepada semua orang. Tapi mengapa susah sekali untuk menembus seluruh akses disekitarnya." gumam Danu.

Alvaro menanggapi perkataan Danu. "Karena itulah aku yakin dia bukan sembarangan orang, semua yang dia lakukan di depan orang lain itu adalah kedok belaka. Makanya aku menyarankan Gleen untuk terlibat langsung dengannya."

"Karena itu aku harap rencana kedua kita berhasil." Gleen mengatakannya dengan penuh semangat, dia yakin dia pasti bisa menjalankan rencananya itu, walaupun harus dengan penuh perjuangan.

Kemudian Gleen mengecek laptopnya, tanpa Felicia sadari, semalam Gleen telah menyadap ponsel Felicia, kerena Felicia satu-satunya pion yang bisa dia manfaatkan dalam rencana balas dendamnya.

Terpopuler

Comments

Elok Fauziah

Elok Fauziah

Promo promo

2024-03-31

2

Elok Fauziah

Elok Fauziah

Mayan loh 1M untung banyak tuh kamu Gleen. Dapat uang dan dapat perawan

2024-03-31

0

Tuti Tyastuti

Tuti Tyastuti

keren

2024-03-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!