Malam harinya, setelah selesai mandi dan berganti pakaian, Y/N mulai menyusun dan merapikan pakaian, serta beberapa barang-barang yang di kirimkan ayah Y/N dari rumah ayahnya, setelah selesai membereskan semuanya, Y/N pergi keluar dari dalam kamar, setibanya ia di dapur, Y/N melihat Jay yang sedang asik duduk di meja makan sembari menyantap makan malamnya.
"Dimana makan malam untukku ?" Tanya Y/N sembari menatap ke arah, Jay.
"Tidak ada, kamu masak saja sendiri !"
"Di rumah ini tidak ada asisten rumah tangga, jadi apa-apa yang kamu mau, kamu harus mengerjakannya sendiri, begitu juga dengan aku." Jawab Jay sembari melanjutkan makannya.
"Masakin dong, aku tidak bisa memasak, tetapi sekarang perutku terasa lapar."
"Di pesta tadi tersedia banyak makanan mewah dan enak, tetapi aku tidak sempat makan karena harus menyalami semua tamu undangan yang datang." Guman Y/N dengan nada lelahnya.
"Astaga, kau ini kan wanita, kau harus bisa masak, setidaknya untuk dirimu sendiri, agar ke depannya kau tidak terus menyusahkanku seperti ini." Ucap Jay dengan ketus.
"Apa susahnya di saat kau sedang memasak, sekalian saja kau buatkan juga sedikit makanan itu untukku." Protes, Y/N.
"Aku tidak mau, membuang-buang tenagaku saja." Jawab Jay tanpa basa basi.
"Ck... Lagian, kok bisa kakakku kenal, dan mau menikah dengan wanita sepertimu, sudah tidak bisa mengurus diri sendiri, tidak bisa memasak, nyusahin lagi." Ucap Jay sembari berdecak dengan nada mengejek, Y/N.
"Kalau kau cari yang banyak bisanya, menikah saja sana sama ular kobra, di jamin banyak bisanya, dan bisa mendatangkan tetangga, apa lagi semua keluargamu yang jauh." Jawab Y/N yang kesal, dan tidak terima dengan perkataan Jay kepadanya tadi.
"Kalau kau tidak mau membagi makananmu denganku, ya sudah tidak apa-apa, kau cukup menolak dan diam."
"Kau tidak perlu mengejek apa lagi membawa-bawa nama kakakmu yang ber*ngsek itu." Ucap Y/N yang kesal, lalu berjalan pergi keluar dari dalam rumah itu, Y/N memutuskan untuk pergi membeli makan malamnya sendiri di luar. Sementara Jay hanya menatap diam, dan membiarkan Y/N pergi.
Keesokan harinya, di kampus.
"Cie... Yang sudah jadi istrinya orang, gimana m*lam pert*ma lo sama si buaya kampus itu ?" Tanya Kiara, sahabatnya Y/N.
"Apaan sih, tidak ada yang namanya m*lam pertam*, malam kedua, malam ketiga, dan malam-malam lainnya lagi antara aku dan si buaya itu, aku tidak sudi."
"Dan lagi, kamar kita juga terpisah." Jawab Y/N dengan puas.
"Wah, kalian serius ?"
"Jadi kalian berdua punya kamar sendiri-sendiri begitu ?" Tanya Kiara lagi.
"Seriuslah, lagian kamu kan juga tahu Kiara, aku sama si buaya itu terpaksa menikah karena kelakuan kakaknya yang ber*ngsek itu."
"Gara-gara dia kabur, aku jadi terpaksa harus menikah dengan adiknya, si buaya kampus sekaligus musuh yang sering sekali menggangguku itu." Jawab Y/N yang mencoba menjelaskan.
"Nasib lo gini amat Y/N, di tinggal kakaknya yang ber*ngsek, eh malah dapat adiknya yang buaya, aku turut prihatin dengan nasibmu, kau yang sabar ya, Y/N." Ucap Kiara dengan tulus.
"Entahlah Kiara, aku sudah mulai lelah, rasanya pengen cepat-cepat bercerai saja." Ucap Y/N sembari menarik napas dan menghembuskannya dengan lesu.
"Huss, tidak baik bicara seperti itu, kalian berdua kan baru satu hari menikah, bisa-bisanya kau sudah berpikir untuk bercerai." Ucap Kiara sembari menasehati temannya itu.
"Aku yakin cepat atau lambat, pernikahan ini pasti akan berakhir, kami akan segera berpisah dan kembali ke kehidupan normal yang seperti biasanya lagi." Guman, Y/N.
"Belum tentu gitu dong Y/N, siapa tahu seiring berjalannya waktu, kalian berdua malah saling jatuh cinta."
"Jatuh cinta ?"
"Ah... Kamu jangan ngelawak deh, Kiara."
"Aku tidak mau itu terjadi, jangan sampai."
"Tapi Y/N, di buku nikah kalian yang di tulis nama si buaya kan, bukan nama kakaknya ?"
"Iya, nama dia yang di tulis." Jawab Y/N singkat.
"Ya sudah kalau begitu, kalau nanti kalian berdua jatuh cinta benaran juga sah-sah saja dong, tidak ada masalah juga."
"Tidak tidak, aku lebih baik jadi jomblo dari pada harus jatuh cinta sama cowok kayak dia." Ucap Y/N kesal.
"Nanti kalau kalian malah jadi sama-sama bucin baru tahu rasa kamu." Guman Kiara sembari tersenyum.
"Tidak akan, sudah ah, jangan di bahas lagi, sebenarnya kamu ini teman aku atau dia sih, dari tadi pendapatnya menyudutkan aku terus."
"Iya iya maaf, aku ada di pihak kamu kok, kamu tenang saja, kita kan teman." Jawab Kiara yang sudah selesai menjahili, Y/N.
Sementara itu, di tempat lain.
Jay sedang asik duduk bersama dengan beberapa gadis yang ada di kampus itu, ia sedang sibuk menggoda gadis-gadis itu dengan kata-kata manisnya.
"Hei Jay, kau kan sudah menikah, sebaiknya kau jangan terlalu banyak menggoda gadis-gadis yang ada di kampus ini." Ucap Aldo kepada, Jay.
"Santai Do, pernikahan itu tidak akan mempengaruhi kehidupanku." Jawab Jay kepada teman baiknya itu.
"Iya aku tahu, tetapi kan tetap saja, setidaknya kamu jaga sedikitlah perasaan istrimu itu, apa lagi kalian berdua kan berada di satu kampus yang sama." Ucap Aldo lagi.
"Ngapain juga aku harus menjaga perasaannya dia Aldo, aku kan tidak suka sama dia."
"Terserah deh, mendadak bucin dan tidak bisa lepas dari istri, baru tahu rasa lo." Guman Aldo sembari tertawa.
"Sialan lo." Gerutu Jay yang kesal mendengar perkataan dari temannya itu.
"Tetapi benaran tidak deh, soalnya dia bukan tipe wanita yang aku suka, ambil buat kau saja sana !" Ucap Jay lagi.
"Dasar gila, istri sendiri malah mau di kasih ke teman."
"Seharusnya kalau benar kau tidak mau menikah dengan calon istri dari kakakmu itu, kau tolak saja dia di saat orang tuamu memaksamu kemarin." Tegas Aldo lagi.
"Sudah, tetapi aku kalah debat, aku juga terpaksa karena tidak punya pilihan lain untuk menolak permintaan dari kedua orang tuaku."
"Mau bagaimana lagi, mereka cuma punya kakak, dan aku."
"Cukup kakak saja yang sudah membuat mereka kecewa, aku tidak ingin seperti itu, jadi mau tidak mau akhirnya aku terpaksa menikah menggantikan kakakku." Jawab Jay dengan nada lesunya.
"Iya deh iya, si paling nurut dengan orang tua." Guman Aldo sembari menahan tawa saat melihat wajah sok kecewa, Jay.
"Berat banget ya jadi anak orang kaya kayak lo."
"Hidupnya penuh banget sama aturan dari orang tua, terkadang tidak bisa memilih sesuai dengan apa yang lo mau juga." Guman Aldo lagi.
"Sudahlah, itu semua tidak perlu kau pikirkan, santai saja."
"kayaknya kalau aku pikir-pikir, tetap saja masih lebih berat dosamu dari pada beban hidupku, Do." Ucap Jay sembari tertawa puas.
"Sialan lo Jay, aku lagi serius tahu." Jawab Aldo dengan kesal.
Sore harinya, saat jam pulang kampus selesai, seseorang menghampiri Y/N.
"Y/N, pulang bareng sama aku yuk ?" Ajak pria itu saat sudah tiba di hadapan, Y/N.
"Haduh maaf ya, aku sudah keburu pesan taksi online tadi." Jawab Y/N sembari menunjukkan notifikasi pesanan taksi online yang ada di ponselnya.
"Kamu batalin saja, nanti biar aku yang kasih uang ganti rugi sama abang-abang taksinya." Ucap pria itu.
"Tidak deh, aku tidak enak sama bapak taksinya, masa ia aku batalin gitu aja, kan kasihan mereka." Jawab Y/N yang masih menolak.
"Mentang-mentang sudah menikah, kamu jadi sombong ya sekarang, sok-sokan menolak ajakan aku kayak gitu."
"Lihat, suami kamu saja tidak perduli kepadamu, dan lebih memilih bersama wanita-wanitanya itu." Ucapnya dengan nada sedikit kesal.
"Terserah apa katamu, mau dia bersama dengan siapa saja di luar sana, aku tidak perduli."
"Tetapi di saat pulang ke rumah, tetap saja aku istrinya, toh wanita-wanita itu cuma hiburan baginya, sedangkan aku rumahnya." Jawab Y/N dengan nada yang tidak kalah kesalnya.
"Ya sudah kalau begitu, kamu ikut sama aku saja, kita balas dia, kita pergi bersenang-senang juga." Ucap pria itu sembari menarik paksa tangan, Y/N.
"Lepasin, aku tidak mau, kau tidak dengar ya, aku bilang aku tidak mau !" Jawab Y/N yang mulai marah dan terus mencoba melepaskan tangannya dari genggaman pria itu.
"Batu banget sih lo di bilangin, sudah ikut aku saja, kita pergi bersenang-senang bersama, kamu mau beli apa saja biar aku yang bayarin." Ucap pria yang masih berusaha menarik paksa tangan Y/N itu.
"Aku tidak mau, lepasin tangan aku, sakit." Ucap Y/N dengan suara setengah teriak.
"Jauhkan tangan kotormu itu dari istriku !!" Titah Jay yang kini sudah berdiri tepat di belakang, Y/N.
"Kau." Guman Y/N saat merasakan tidak ada jarak antara tubuhnya dan juga tubuh Jay yang kini masih berdiri tepat di belakangnya.
"Hah... Santai, jangan memasang wajah marah seperti itu, aku hanya ingin membantu mengantar istrimu pulang." Jawab pria itu sembari melepaskan tangan, Y/N.
"Pergi dari hadapanku sebelum aku menghabisimu !!" Titah Jay yang marah, dan terus menatap tajam ke arah pria itu.
"Haiiss, iya iya aku pergi." Ucap Martin yang hanya bisa berlalu pergi dengan kesal.
"Ayo pulang, itu taksi pesananmu sudah datang." Tanpa aba-aba, Jay langsung menarik tangan Y/N dengan perlahan dan ikut masuk ke dalam taksi yang sudah di pesan oleh istrinya itu.
"Ta tapi kamu kan bawa mobil, apa tidak apa-apa mobilmu kamu tinggal di kampus ?" Tanya Y/N dengan ragu, saat mobil taksi pesanannya itu mulai melaju pergi mengantarkan mereka berdua.
"Biarkan saja, nanti aku akan mengirimkan orang untuk membawanya pulang." Jawab Jay yang kini sedang duduk tepat di sebelah Y/N, dan masih enggan melepaskan genggaman tangannya.
"Ck... Sudah aku duga, lihat dia, apa benar itu masih orang yang sama, yang tadi berkata tidak suka, bahkan rela memberikan istrinya kepadaku ?"
"Sekarang, baru melihat istrinya yang di goda pria lain seperti ini saja dia sudah panas, bahkan rela meninggalkan mobil mahal kesayangannya itu, apa lagi jika istrinya tadi benar-benar mau ikut bersama dengan pria itu, mungkin dia akan frustrasi." Ucap Aldo yang sejak tadi hanya tertawa puas saat melihat tingkah laku temannya itu dari kejauhan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Rita Riau
Thor nama nya siapa,,, masa nama anda doang🤔🤔🤭
2023-11-27
0
Retno Isusiloningtyas
gmn sih baca nama Y/N
2023-11-15
1