Arya sudah siap dengan mengenakan kemeja putih ,celana hitam ,bersama dasinya yang bergaris horizontal berwarna hitam biru .
Arya kembali menatap dirinya dibalik cermin kamar penginapan, Ia tampak begitu cemas menghadapi semua ini ,Karena untuk kedua kalinya Ia akan mengikrarkan janji suci didepan penghulu, bersama wanita yang tidak Ia cintai,dan tentu saja paksaan dari istri tercintanya itu. Berulang kali Arya meyakinkan dirinya, menghilangkan segala kecemasannya yang ada pada dirinya, tapi tetap saja tak bisa.
"Arrrghh, ini benar benar konyol, bagaimana bisa aku akan menikah dengan seorang anak kecil" gerutu Arya dalam hati.
Sedangkan Siska tampak sibuk dari tadi pagi menyiapkan seseraha untuk pernikahan Arya dan Dinda, Ia hanya kesana kemari menelfon seseorang.
"Siska" panggil Arya.
"Iya Mas" sahut Siska menghentikan langkahnya.
"Hmm, Itu siapa namanya yang anak kecil itu?" tanya Arya.
"Oh Dinda"
"Hmm Iya iya, nama lengkapnya siapa? soalnya aku harus menghapal namanya jika Ijab kabul nanti"
"Oh iya aku lupa mas, seharusnya aku sudah memberitahukan ini kepadamu dari semalam" ucap Siska menepuk jidatnya.
"Namanya Dinda Kinara Binti Sudarsono Mas" lanjut Siska menyebut nama lengkap Dinda.
"*Apa? Dinda Kirana?"
"Bukan Mas, Dinda Kinara"
"Oh ya ya"
"Macam nama artis saja, hah" gumam
Arya dalam hati merasa heran.
"Mas kamu sudah Siap?"
"Hmmm"
Arya hanya menganggukan kepalanya lalu membalikan badannya kembali ke arah cermin. Tiba tiba Siska memeluk Arya dari arah belakang, Ia merasakan betul kesedihan yang mendalam, Sehingga butiran kristal dimatanya jatuh membasahi pipinya.
Arya juga turut merasakan kesedihan istrinya, seketika Ia mengerjapkan matanya lalu berbalik arah menatap Istrinya yang sudah 11 tahun Ia kenal itu.
"Sayang kenapa kamu sedih? bukankah ini kemauanmu?" tanya Arya membelai kepala Siska yang dibalut hijab pashmina berwarna kuning keemasan itu.
Siska langsung mengusap Air matanya, lalu mendongakkan kepalanya menatap wajah Arya.
"Aku, tidak sedih Mas, Aku hanya merasakan terharu bahagia karena kamu akan menikah" ucap Siska berusaha menutupi kesedihannya, walau ada rasa sakit menggerogoti lehernya.
"Sudahlah Siska, kamu tak perlu berbohong, aku tahu kamu sedang sedih, aku sudah lama mengenalmu ,jadi aku tahu betul sifat kamu yang sebenarnya"
Mendengar ucapan Arya, Siska langsung menundukkan wajahnya, Ia langsung melepaskan pelukannya kepada Arya.
"Sudahlah Mas, nanti kita bicarakan itu, bersiaplah karena penghulu akan segera datang di rumah Dinda" ucap Siska berusaha mengalihkan suasana dengan beranjak pergi dari Arya, namun tiba tiba Arya menahan tangan Siska,
"Apa kamu sudah yakin Siska, ?" tanya Arya memegang tangan Siska.
"kalau kamu tidak yakin kamu bisa membatalkannya pernikahan ini sekarang" lanjut Arya berbicara.
Tiba tiba Siska terdiam sejenak, Ia berusaha menahan Air matanya agar tidak tumpah, Ia menarik nafasnya lalu berbalik arah menatap Arya.
"Mas kamu tahu kan aku orangnya keras kepala, jadi sekali aku memutuskan, aku tak akan merubahnya" ucap Siska melepaskan tangannya dari genggaman Arya, dan berlalu meninggalkan Arya.
Sedang Arya hanya mengepalkan jari jemarinya, menahan emosinya, saat Siska meninggalkannya,
Siska mulai keluar dari Penginapan dengan membawakan sebuah seserahan kecil untuk dihadiahkan kepada Dinda, sedang Arya menyusul Siska keluar dari penginapan, Segera Arya memencet tombol yang berada di kunci mobil, agar Siska bisa segera masuk mobil, tampa harus menunggunya,
Arya pun ikut masuk ke mobil, lalu mulai menyetir, kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Mbah Tarmin.
Sampai dirumah Mbah Tarmin, Siska mulai menuruni mobil dengan membawa seserahan , disana sudah terlihat beberapa orang sedang menunggu, termasuk pak penghulu, perlahan Siska dan Arya masuk ke dalam rumah, lalu memberikan seserahan itu kepada Mbah Tarmin.
Arya mulai duduk dilantai kayu beralaskan tikar yang mulai usang menghadap pak penghulu, sedang Siska sibuk mencari keberadaan Dinda.
"Mbah, Dinda mana?" tanya Siska.
"Dinda ada di dalam kamarnya nak"
"Boleh saya masuk Mbah?"
"Boleh sekali nak, Silahkan"
Setelah Mbah Tarmin mengizinkan, Siska langsung beranjak lalu masuk kedalam menuju kamar Dinda yang berada didepan.
"Dindaa" Panggil Siska dari arah pintu kamarnya
"Iya Bu Siska" sahut Dinda yang sedang duduk ditepi ranjang, ia segera menghampus air matanya agar Siska tak curiga bahwa ia sedang sedih.
Dinda sudah siap dengan busana kebaya putih bersama hijab yang terbalut menutupi kepalanya, wajahnya memancarkan cahaya, karena Riasan wajah yang sangat natural hingga terlihat cantik, dan ini semua karena Siska yang telah mengundang MUA (Make Up Artist) terbaik dikotanya.
Perlahan Siska masuk ke kamar lalu menghampiri Dinda.
"Dinda kamu cantik banget" ucap Siska pangling melihat wajah Dinda.
Dinda hanya tersenyum menatap Siska, meski didalam hatinya dirundung rasa gugup karena akan menikah dengan Arya.
"Bu Siska, Dinda deg-degan banget" kata Dinda sambil meremas jari-jemarinya
"Kamu tenang saja Dinda, Memang begitu kalau baru pertama menikah ,pasti akan merasakan yang namanya deg-degan Sih, sama seperti Mbak juga begitu waktu awal menikah dengan Mas Arya" ucap Siska Tersenyum.
Dinda langsung menarik napasnya, berusaha manahan rasa gugupnya.
"Nak Siska, Dinda, acaranya sudah mau mulai, ayo keluar" panggil Mbah Tarmin dari balik pintu kamar Dinda.
"Oh iya Mbah, kami akan segera keluar" sahut Siska.
"Ayo Dinda kita segera keluar, acaranya akan dimulai"
"Iya Bu Siska" sahut Dinda bersnjak dari duduknya.
"Eh iya, mulai sekarang kamu gak usah panggil saya Ibu, tapi panggil saya mbak atau kakak saja yah, begitu juga dengan Mas Arya"
"Hmm Iya, jadi saya panggil Mbak Siska saja yah, biar enak" jawab Dinda.
"Nah gitu donk, Ayo kita keluar," ajak Siska seraya memegang tangan Dinda.
Sampai diruang tamu, semua mata tertuju melihat kecantikan Dinda,
Sedang Arya hanya menatap Dinda sebentar lalu menundukkan wajahnya, meskipun Dinda terlihat lebih cantik dan muda dari Istrinya, tapi itu semua tidak akan memudarkan cinta Arya kepada Siska.
Perlahan Siska mengantarkan Dinda duduk disamping Arya, jantungnya mulai berdegub kencang karena rasa cemburu mulai membakar hatinya, namun Ia berusaha tegar, seakan akan semuanya baik baik saja.
Sementara Arya hanya diam membisu, menahan emosi sambil menghafal nama Dinda, Ia berusaha menjaga sikapnya sebaik mungkin agar Istri tercintanya itu tidak kecewa dengan ucapannya saat ijab kabul.
"Baik semuanya sudah kumpul, jadi acaranya kita mulai saja yah?" tanya pak penghulu ditengah ruang tamu Mbah Tarmin.
"Iya Pak segera dimulai saja" jawab Siska.
Seluruh saksi dan Mbah Tarmin hanya menganggukan kepala sebagai tanda setuju.
Pak penghulu pun mulai membacakan doa doa yang sakral itu, hingga saat yang ditunggu tunggu itu tiba, Pak penghulu mulai memegang tangan Arya lalu menuntun Arya untuk membacakan Ijab kabul.
Mata Siska hanya terbelalak saat menyaksikan semuanya, Dinda hanya meremas jemarinya saat melihat Arya mulai memegang tangan pak penghulu, rasanya ia benar-benar tak percaya bahwa secepat ini ia akan menikah. Hingga pada akhirnya terdengarlah suara itu,
"Saya terima nikahnya Dinda Kinara binti Sudarsono dengan mas kawin cincin seberat dua gram dibayar Tunai" ucap Arya dengan lugas tanpa celah.
"Bagaimana saksi , sah?" tanya Pak penghulu.
"SAH !" Seru semua saksi dan orang-orang yang berada didalam ruangan itu
"Alhamdulillahirobbill'alaamiin" ucap pak penghulu sambil membacakan doa selamat untuk pengantin baru.
Setelah selesai penghulu membacakan doa, Arya memasangkan cincin mas kawin dijari manis Dinda, kemudian Dinda mencium punggung tangan Arya yang telah menjadi suami sah nya itu.
Kini semuanya telah terjadi, hari ini Siska harus memulai hidup baru bersama madunya Dinda, dan mulai hari ini juga suami yang mendampinginya selama 10 tahun pernikahan, harus membagi hati untuk kedua Istrinya.
Dinda menangis, langsung memeluk Siska, seketika tangisan Siska pecah membalas pelukan dari Dinda, beberapa kali ia mengucapkan selamat kepada Dinda, memberikan doa yang terbaik untuk suaminya dan Dinda.
Sementara Arya hanya menundukkan kepalanya sambil mengusap wajahnya,
ia berusaha menahan kekecewaannya terhadap Siska, sejujurnya ia tak sanggup melakukan ini semua, namun apa daya rasa cintanya terlalu besar terhadap Siska ,hingga dengan terpaksa Arya harus menikahi Dinda.
Kemudian Dinda menghampiri dan memeluk Mbah Tarmin, untuk meminta restu karena Mbah Tarmin adalah satu satu orang tua yang tersisa dikeluarganya.
"Selamat yah Nduk, semoga kamu bahagia bersama suamimu dan Mbakmu" ucap Mbah Tarmin terisak.
"Iya Mbah, Makasih hiks hiks" ucap Dinda terisak.
***
Setelah usai melangsungkan acara pernikahan, Siska menyuruh Dinda untuk mengemasi barang-barangnya ,karena sore ini mereka akan segera kembali ke Jakarta.
"Mbah, hati hati yah disini, jaga kesehatan" ucap Dinda terisak mengucap pamit kepada Mbah Tarmin.
"Iya Nduk, kamu juga hati-hati dijalan, selalu jaga kesehatan yah Nduk"
"Iya Mbah" jawab Dinda seraya mencium punggung tangan Mbah Tarmin.
Kemudian Dinda berlalu pindah kepada adiknya untuk berpamitan, Ia memeluk Dandi , lalu memberi pesan kepada Dandi adik semata Wayangnya.
"Dandi, jaga mbah baik baik yah, kamu sekolah yang betul-betul, jangan suka kelayapan"
"Iya Mbak, mbak juga jangan lupa ngabarin kami disini yah kalau sudah sampai disana" ucap Dandi.
"Iya dek, Pasti Mbak kabarin"
"Dinda ayo cepetan kita sudah mau jalan" panggil Siska yang sudah siap didalam mobil.
"Iya Mbak," sahut Dinda menoleh ke belakang. kemudian Dinda mengangkat Tas yang berisikan pakaiannya, lalu berjalan menuju Mobil Arya, lalu ikut masuk ke mobil.
Dari dalam mobil Siska pamit kepada Mbah Tarmin dan Dandi, dan ketika mereka mulai jalan, Dinda dan Siska masih sempat melambaikan tangan kepada Mbah dan Adiknya sampai akhirnya mereka tak terlihat. didalam perjalanan Dinda masih menoleh ke belakang melihat Mbah Tarmin dan Dandi untuk terakhir kalinya.
Dinda hanya bisa menangis sesenggukan harus meninggalkan keluarga yang ia sayangi itu,
"Dinda, kamu kenapa?" tanya Siska.
"Hmm, nggak Mbak, Dinda cuma sedih aja ninggalin mbah sama Dandi, karena selama ini Dinda gak pernah pisah sama mereka Mbak, hiks hiks" ucap Dinda terisak.
"Kamu gak usah khawatir, Mbah Tarmin dan Dandi pasti akan baik baik saja disana" Siska mengusap bahu Dinda, berusaha menenangkan Dinda.
"Nggih Mbak Siska"
"Siska" Panggil Arya dari depan memotong pembicaraan Siska dan Dinda.
"Iya Mas" sahut Siska.
"Jadi bagaimana nanti jika Dinda dirumah? nanti apa yang akan kita katakan kepada orang tua kita, jika mereka tanya tentang Dinda?" tanya Arya sambil menyetir mobilnya.
"Hmm Iya juga Mas, aku juga belum memikirkan soal itu"
Sejenak Arya menghela napasnya lalu mengatakan sesuatu kepada Siska.
"Bagaimana kalau dia berpura-pura sebagai pembantu kita disana? hanya untuk sementara waktu saja"
"Bener juga idemu mas"
"Bagaimana Dinda, kamu mau kan pura pura jadi pembantu kita"
"Hmm iya Mbak, saya mau" ucap Dinda mengiyakan pendapat Arya dan Siska.
Mendengar Dinda yang setuju membuat Siska merasa lega dan senang.
"Makasih yah Din" ucap Siska tersenyum.
Didalam perjalanan Dinda hanya melihat pemandangan lewat jendela mobil, sesekali ia berhitung mobil dijalan agar bisa menghilangkan kebosanannya, hingga akhirnya Ia tertidur pulas.
Setelah menempuh kurang lebih 2 jam perjalanan, akhirnya mereka sampai juga,
Siska menatap Dinda yang tertidur pulas,
"kasihan Dinda, pasti dia kelelahan" gumam siska dalam hati.
"Dinda, bangun! kita sudah sampai" panggil Siska mengguncangkan tubuh Dinda.
Karena terkejut Dinda langsung terbangun dari tidurnya.
"kenapa Mbak? kita sudah sampai mana?" tanya Dinda kebingungan.
"kita sudah sampai Dinda" ucap Siska.
"Hah, masak Mbak, Alhamdulillah kalau begitu" ucap Dinda merasa lega lalu bersiap turun dari mobil. dan setelah turun dari mobil betapa terkejutnya Dinda melihat rumah mewah yang ada dihadapannya.
"Waah, besar banget rumahnya Mbak? Kayak Istana" ucap Dinda dengan mulut menganga terkesima sambil memegang Tas bututnya
Melihat tingkah Dinda, membuat Siska merasa lucu dan tertawa.
"Mari Dinda kita masuk" ajak Siska.
"Iya Mbak"
Merekapun masuk bersama sama kedalam Rumah, namun sampai didepan pintu rumah, tiba-tiba Dinda membuka sendalnya,
"Eh kenapa itu sendalnya dilepas?" tanya Siska merasa aneh dengan kelakuan Dinda.
"Gak papa Mbak, sendal saya kotor Mbak, takut lantainya kotor" ucap Dinda polos.
"hahaha, gak papa kok Dinda, dipakai aja"
"Tapi Mbak"
"Sudahlah pakai saja" bujuk Siska.
Mendengar celotehan Siska dan Dinda didepan rumah membuat Arya kesal,
"Dasar Gadis Kampungaaan"
Teriakan Arya sontak membuat Dinda dan Siska terkejut. Selesai mengucap kata itu, Arya langsung pergi meninggalkan Siska dan Dinda didepan rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
Yani mulyani
duhh kasiannjuga sih sama dinda ...udah mas kawin murah bngt cuman 2 gr ....trus d akuin nya pembantu juga ..pasangan suami istri yg egoisss itu
2021-02-21
0
ARDIANSYAH GG
like terus
2021-01-14
0
Lintang Mia
alahhh Arya pertama g mau nnti klo udah cintrong😤
2020-12-15
0