Meninggalkan rumah bordil Heaven adalah impian semua wanita yang bekerja sebagai kupu-kupu malam di tempat itu tapi para wanita yang bekerja di rumah bordil itu terikat kontrak dengan sang muncikari yang licik dan cerdik. Itu dilakukan agar para kupu-kupu malam tidak lari lalu bekerja di tempat lain dengan sesuka hati.
Rata-rata yang bekerja di sana adalah wanita yang masih muda dan gadis yang masih belia. Mereka semua memiliki problem hidup yang berbeda-beda tapi ada pula yang melakukan pekerjaan kotor itu demi uang dan kehidupan sosialita yang tak mudah didapatkan. Rata-rata dari mereka dikontrak selama lima tahun bahkan ada yang sepuluh tahun seperti Roseline, dia langsung dikontrak sepuluh tahun karena dia adalah bintangnya tapi hari ini, dia dibeli dengan harga satu juta lima ratus Euro.
Sebelum mengikuti Demitri Edgard, Roseline meminta ijin pada Edgard untuk mengambil barang-barangnya di rumah yang sudah disediakan oleh semua PSK yang bekerja di rumah bordil Heaven. Semua kebutuhan mereka disediakan bahkan mereka pun mendapatkan perawatan khusus agar para tamu puas. Tentunya harga untuk satu jam para kupu-kupu malam itu tidak murah karena itulah mereka mendapatkan perawatan yang spesial.
Edgard mengijinkan Roseline untuk mengambil barang-barangnya dan meninggalkan Roseline. Sebuah alamat sudah diberikan pada Roseline dan dia harus datang ke alamat itu saat urusannya sudah selesai. Kabar jika Roseline dibeli oleh seorang miliarder sudah didengar oleh semua para pekerja malam tentunya sebagian dari mereka sangat iri.
"Rose, apa benar kau sudah dibeli oleh seorang miliarder?" seorang rekan bertanya pada Roseline yang sibuk mengambil barang-barangnya.
"Begitulah, sekarang aku sudah tidak perlu lagi melayani pada pria hidung belang karena aku hanya perlu melayani satu pria saja."
"Betapa beruntungnya dirimu? Tidak saja menjadi yang nomor satu tapi kini kau pun dibeli oleh seorang miliarder."
"Tidak ada yang beruntung karena pada akhirnya aku harus melayani seorang pria. Tubuh kita sudah kotor dan selamanya akan kotor tapi tidak jadi soal karena aku melakukannya untuk adikku!"
"Semoga kita bisa segera memiliki kehidupan yang lebih baik, Rose. Semoga adikmu segera sadar."
"Terima kasih, aku sudah harus pergi," Roseline berpamitan pada rekannya yang belum pergi. Untuk sesaat dia tidak akan tinggal di sana lagi tapi setelah tugasnya sudah selesai, maka dia akan kembali dan tinggal di sana lagi lalu dia akan kembali bekerja di rumah bordil.
Rose tidak langsung pergi ke alamat yang diberikan oleh Elgardo. Dia pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan adiknya. Sudah empat tahu, adiknya yang mengalami koma semenjak bayi kini sudah empat tahun dan selama empat tahun pula, adiknya tidak pernah membuka matanya.
Benturan keras akibat dilempar oleh para perampok itu membuat kepala adiknya yang masih berusia beberapa bulan membentur dinding sehingga mengalami pendarahan di bagian otaknya. Edmund, itu nama adiknya. Semua gara-gara uang asuransi jiwa yang dia dapatkan saat kedua orangtua mereka meninggal. Sepertinya mereka sudah diincar sebelumnya. Tidak saja harus kehilangan keperawanannya, Rose juga harus menerima kenyataan jika Edmund mengalami koma.
Rose tidak tega melihat keadaan adiknya tapi dia tidak bisa melakukan apa pun. Jika adiknya akan dipanggil, dia sangat rela karena dia tidak tega melihat adiknya yang hidup tidak mati pun tidak. Tidak hanya itu saja, dokter sudah berkata jika Edmund sadar dari komanya, dia tidak akan menjadi anak yang normal seperti pada umumnya karena benturan yang dia dapatkan sangat parah.
"Edmund, kapan kau akan sadar?" Rose memegangi tangan adiknya yang kecil. Edmund tumbuh dalam keadaannya yang tidak sadar, Rose benar-benar tidak tega melihatnya.
"Kapan penderitaanmu akan berakhir, Edmund!" ucap Rose dengan lirih. Tidak ada yang tega melihat keadaan adiknya yang harus mengalami hal itu semenjak bayi. Setiap kali dia datang, Rose hanya bisa menangis saja. Dokter pernah menyarankan untuk merelakan adiknya yaitu dengan mencabut alat bantu yang terpasang di tubuh Edmund tapi sebagai seorang kakak, dia tidak tega bahkan dia merasa jika dia melakukannya maka dia adalah seorang pembunuh.
"Kau datang lagi, Nona. Apa ada reaksi dari Edmund hari ini?" tanya seorang perawat pada Rose yang sedang termenung di sisi Edmund.
"Tidak, dia seperti biasanya."
"Nona, bukankah sebaiknya kita cabut saja alat bantunya? Mungkin dengan demikian Edmund akan bahagia di surga."
"Tidak, aku tidak mau melakukannya!" tolak Roseline.
"Tapi, Nona. Sudah empat tahun Edmund seperti ini, tidak ada perkembangan sama sekali. Apa Nona tidak tega? Dokter selalu menyarankan Nona melakukannya agar Edmund tidak menderita. Nona juga sudah tahu, jika dia sadar nanti, dia tidak akan bisa tumbuh seperti anak seusianya dan dia tidak akan bisa berbicara," Jelas sang perawat dan ini bukan pertama kali mereka membahas hal itu.
"Aku tidak peduli, selama aku mampu membayar maka lakukan yang terbaik untuk Edmund. Jangan pernah melakukan hal itu untuk merampas kehidupannya tapi jika aku sudah tidak mampu membayar atau aku mati, maka kalian boleh melakukannya tapi selama aku masih hidup dan mampu, aku tidak akan membunuh adikku sendiri!"
"Baiklah, Nona. Aku hanya iba dengan keadaan Edmund. Dokter selalu meminta aku untuk membahas hal ini padamu agar kau mengambil tindakan yang tepat karena kita tidak tahu, sampai kapan Edmund akan terbaring seperti ini."
Roseline tidak menjawab, tatapan matanya tertuju pada wajah adiknya. Tubuh Edmund begitu kurus, hanya tulang dibalut dengan kulit. Dokter yang menangani Edmund memang sudah membahas hal itu begitu lama karena tidak tega dengan keadaan Edmund tapi dia selalu menolak karena dia lebih tidak tega lagi mengambil kehidupan adiknya.
"Kakak tidak akan melakukannya, Edmund. Apa pun yang akan terjadi padamu nanti, selama napas ini masih ada maka kakak tidak akan berhenti berjuang untuk dirimu. Kakak tidak akan ragu untuk melakukan apa pun, bahkan jika tubuh ini sudah tidak bisa dijual, masih ada anggota tubuh yang bisa kakak jual asalkan kau mendapatkan perawatan. Kakak berharap kau segera sadar agar kau dapat menikmati masa kanak-kanakmu!" Rose menggenggam tangan adiknya yang kurus bahkan dia seperti menggenggam tulang.
Air mata tak tertahankan, Roseline berada cukup lama di rumah sakit karena dia memang selalu berada cukup lama di sana untuk menghabiskan waktu bersama dengan adiknya. Meski Edmund tidak bisa menjawab tapi Roseline selalu berbicara dengan adiknya sambil membersihkan tubuhnya dan menggantikan pakaian untuk adiknya. Rose juga membelikan pakaian baru untuk Edmund dan memakaikannya.
Banyak yang dia bicarakan. Tentang indahnya taman bermain, pantai dan beberapa tempat lainnya tapi adiknya tidak bereaksi sama sekali. Hatinya sangat pedih, lagi-lagi Rose hanya bisa menangis saja. Entah apa lagi yang harus dia katakan, harapan agar adiknya sembuh tentu saja sangat tinggi tapi prediksi dokter mengenai adiknya selalu membuatnya takut karena adiknya diprediksi akan terus seperti itu tanpa tahu kapan ajal akan menjemput atau tanpa tahu kapan dia akan sadar.
Setelah menghabiskan waktu bersama adiknya, Roseline membayar biaya rumah sakit yang cukup besar dan setelah itu, dia pergi ke alamat yang diberikan oleh Edgard karena dia harus mencari uang lagi untuk biaya perawatan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
im3ld4
cerita renjul emang selalu beda.. love u kk
2024-09-01
0
im3ld4
baik amat ciii dedek rose🥺🥺
2024-09-01
0
Sardes Nainggolan
kakak yg baik sabar...dan berjuang untuk adik satunya..salut saya kegigihanu kakak untuk adik satunya...
2024-01-03
0